Terlepas dari orangtua mengerti atau tidaknya agama, seharusnya mencoba mengerti. Agama yang melekat di KTP bukanlah agama sembarangan yang saat terlahir dengannya, lalu dengan mudahnya tidak menjalankan kewajiban sebagai seorang yang beragama.
Perjalanan spiritual bukanlah perjalanan singkat, jika memang benar tiga anak itu tersadar, mungkin mereka akan berkata, “aku membenci mereka yang saat pagi hari datang, mereka mati-matian membangunkanku untuk pergi ke sekolah, tapi tak pernah mati-matian membangunkanku untuk terbebas dari api neraka kelak lewat berdirinya sholat subuh. Dan sekarang aku mati-matian mendirikan sholat subuh itu sendiri”
Lalu anak nomer dua berkata “tapi kalau kita membenci mereka, kita akan menjadi anak durhaka, bukankah kita baru belajar hal itu kemarin?”
Mereka bertiga bingung dan resah hingga memutuskan untuk tetap berbakti dengan harapan orangtua mereka mengenal agama dan bersama menetap di surganya Tuhan yang abadi. Akhir yang indah. Tapi itu semua hanyalah ‘jika’.
Tidak memberikan salah satu hak dan kewajiban anak saja, sudah menjadi orangtua yang durhaka, apalagi bagi orangtua diluar sana yang jelas-jelas menyalahgunakan kekuasan yang Tuhan berikan, anakpun tak lepas dari kekerasan fisik dan jiwa.
Terserah anak mau menjadi apa, namun pastikan ia memiliki landasan yang kuat, agar saat dunia menghampiri, ia tidak lupa dengan orangtua dan Tuhannya.
Setidaknya ajarkan seperti yang Mbah Maimoen nasihatkan, “Ajarkan anakmu walau hanya alif ba ta, itu akan menjadi amal yang tak pernah putus saat berada di gelapnya tanah” intinya begitu.
Atau bisa berikan dorongan-dorongan untuk mempelajari agama dengan sepaham-pahamnya. Seperti yang saat ini saya lakukan, mendorong orangtua untuk menanamkan agama ke anak agar tidak menyesal seperti bapak dosen yang saya ceritakan.
Manusia tak pernah luput dari kesalahan, maka sebagai individu yang memiliki peran, akan lebih baik jika kita selalu mengintrospeksi diri sebagai orangtua ataupun sebagai seorang anak.
Bukankah Indah berkehidupan didalam keluarga yang saling mendoakan?
Bayangkan saja, anak sholeh dan orangtua yang membawa ridho Tuhan(?)