Mohon tunggu...
Gilang Adhi Nugraha
Gilang Adhi Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo

Seorang mahasiswa sekaligus freelance graphic designer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ecobrick, Salah Satu Pemanfaatan Sampah Plastik di Desa Bakalan

23 Agustus 2022   10:48 Diperbarui: 23 Agustus 2022   12:12 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Persoalan mengenai sampah telah menjadi masalah global tiap harinya, sampah plastic sering dipakai tiap harinya, plastic mempunyai keunggulan keunggulan seperti kuat, stabil, dan ringan. Dari data survei salah satu akun "greenliving" yang dipostkan di media massa online, jika dalam satu hari saja jumlah sampah yang dihasilkan per individu sebanyak 9 plastik, 3 styrofoam dan 1 kemasan botol sekali pakai, dengan asumsi sekitar 228 juta penduduk di Indonesia. Maka dalam sehari indonesia menghasilkan 2.052.000.000 kantong plastik, 684 juta styrofoam dan 228 kemasan botol sekali pakai.(Greenliving, 2019)

Pada umumnya sampah plastik sekali pakai akan dibakar mengingat sampah plastik sekali pakai sangat sulit terurai. Kantong plastik membutuhkan waktu sekitar 10-12 tahun untuk dapat terurai dan 500 tahun bagi styrofoam untuk dapat terurai dengan baik. Penanganan sampah plastik sekali pakai ini belum menemui titik yang sempurna yang dapat menjaga kelestarian dan kelangsungan bumi. 

Saat sampah dibakar, gas karbondioksida akan memacu timbulnya efek rumah kaca dan juga merusak lapisan bumi atau ozon serta dapat memicu sel kanker bagi kesehatan. Jumlah satu ton sampah plastik sekali pakai yang dibakar akan menghasilkan jumlah karbondioksida yang sama yakni satu ton, jika satu ton sampah plastik sekali pakai itu dibiarkan tertimbun akan menghasilkan 63 m3 gas metan, dimana lebih berbahaya dari 1 ton karbondioksida yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah plastik sekali pakai. Penggunakan plastik juga akan semakin meningkatkan pula pencemaran lingkungan seperti pencemaran tanah.

Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahanbahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle).

Adapun sebagian warga bakalan masih mengurangi sampah dengan cara dibakar, hal ini sangat berbahaya, pengurangan sampah dengan dibakar sapat meyebabkan kabut asap yang tebal dan mengurangi jarak pandang dan kenyamanan di lingkungan tempat tinggal. Yang lebih parah, bisa memicu terjadinya kebakaran dengan skala lebih besar. Selain itu kegiatan pambakaran ini akan menghasilkan karbonmonoksida (CO) yang bila terhirup manusia dapat mengganggu fungsi kerja hemoglobin (sel darah merah) yang semestinya mengangkut dan mengedarkan oksigen (O2) ke seluruh tubuh. Kekurangan O2 ini bisa menimbulkan kematian. Sebagai gambaran kasar, satu ton sampah yang dibakar akan berpotensi menghasilkan gas CO sebanyak 30 kg.

Asap dari pembakaran sampah plastik akan menghasilkan senyawa kimia dioksin atau zat yang bisa digunakan sebagai herbisida (racun tumbuhan). Selain itu, proses tersebut juga dapat menghasilkan fosgen atau gas beracun berbahaya yang pernah digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang Dunia pertama. Dan juga hasil dari pembakaran juga mengandung klorin dapat menghasilkan 75 jenis zat beracun lain.

Permasalahan sampah plastik tersebut apabila semakin banyak jumlahnya di lingkungan maka akan berpotensi mencemari lingkungan. Plastik terbuat dari petro-kimia dan termasuk bahan photodegrade yang berarti plastik perlahan-lahan akan pecah menjadi potongan-potongan kecil-kecil kemudian meresap kedalam tanah atau air. Mereka diserap oleh tanaman dan hewan yang pada akhirnya akan diserap juga oleh manusia, menyebabkan cacat lahir, ketidakseimbangan hormon, dan kanker. Sampah plastik yang berserakan, dibakar atau dibuang akan menghasilkan bahan kimia beracun. Plastik harus dihilangkan atau diolah sebaik mungkin, atau diletakkan di tempat yang tepat (Suminto Sekartaji, n.d.)

Salah satu pemanfaatan sampah di Desa bakalan adalah dengan menggunakan ekobrik, ekobrik dapat dijadikan suatu barang yang berguna dalam kehidupan sehari hari seperti meja, kursi, tembok, dan barang kesenian lainnya. Ekobrik merupakan solusi cerdas dalam pengurangan sampah plastic. Penguraian sampah plastic diperlukan waktu 50 -- 100 tahun, maka dari itu pengalihfungsian sampah plastic menjadi barang bermanfaat dapat menjadi solusi warga Desa Bakalan, mengingat masih banyak warga yang membuang sampah disembarang tempat

Salah  satu  cara  sederhana  untuk  mengantisipasi  sampah  plastik  adalah  mengolah  sampah plastik menjadi ecobrick. Metodeini pertama kali muncul di Guetamala dan kini sudah diadopsi oleh penduduk di negara lain  seperti di Afrika Selatan yang mendaur ulang plastik  sebagai bahan material bangunan  (Hopkins,  2014). 

Proses  pembuatan  ecobrick  sederhana  dan  murah  dari  segi  biaya, tetapi diperkirakan  efektif  mengurangi  jumlah  sampah  plastik  yang  mencemari  lingkungan,  khususnya  di daerah  yang  belum  memiliki  industri  daur  ulang  sampah  yang  baik (Antico, F., Wiener, M., Araya-Letelier, G., & Retamal, 2017). 

Melihat permasalahan  sampah  plastik  yang  tidak  terkelola  dengan  baik  serta  minimnya  pengetahuan  warga tentang  pengelolaan  sampah  plastik  dengan  metode  ecobrick melihat dengan adanya budaya buang sampah pada tempatnya yang kurang mengakar pada masyarakat desa bakalan maka dari itu kelompok 32 KKN UIN Walisongo melakukan pengabdian keapada masyarakat dengan mengurangi penggunaan sampah plastic yang kemudian dimanfaatkan untuk membuat ecobrik

Pembuatan Ekobrik termasuk mudah dilakukan dan barang yang digunakan pun dapat ditemukan disekitar kita, pembuatan ekobik hanya perlu menggunakan botol plastic dan sampah plastic. Langkah pembuatan ekobrik adalah yang pertama pilah dan bersihkan sampah plastic, Bahan utama yang harus tersedia dalam membuat ecobrick adalah sampah plastik. Jenis sampah plastik yang dimaksud di sini bisa bermacam-macam, mulai dari kemasan deterjen, kemasan minuman, kantong plastik sekali pakai (kresek), sampai dengan bungkus makanan.

Setelah semua sampah plastik terkumpul, cuci bersih semuanya dengan menggunakan sabun -- bisa deterjen atau sabun pencuci piring. Setelah itu, jemur sampah plastik yang sudah dicuci ini di bawah sinar matahari sampai kering.

Kemudian sediakan botol bekas air mineral dalam jumlah banyak, Selain sampah plastik, Anda juga harus menyiapkan botol bekas air mineral ukuran 600ml. Botol-botol ini nantinya akan menjadi "bata" dalam membuat ecobrick. Usahakan untuk mengumpulkan botol-botol bekas air mineral ini sebanyak mungkin. Botol tersebut tidak perlu dicuci jika sudah dalam keadaan bersih. Namun, bagian dalam botol harus kering sebelum diisi dengan sampah plastik. Sebelum mulai memasukkan sampah plastik ke dalam botol, sediakan dulu tongkat yang panjangnya dua kali lipat panjang botol air mineral. Tongkat ini nantinya dipakai untuk mengemas sampah-sampah plastik agar muat dimasukkan ke dalam botol.

Setelah semua bahan yang Anda butuhkan tersedia, kini saatnya memasukkan sampah-sampah plastik yang sudah dibersihkan tadi ke dalam botol bekas air mineral. Agar menghasilkan ecobrick yang cantik, masukkan plastik secara random agar tampak berwarna-warni. Isi botol dengan sampah plastik sampai semua bagian botol terisi penuh. Ketika botol-botol bekas air mineral sudah terisi dengan sampah plastik, ambil tongkat yang tadi sudah disediakan untuk mendorong semua sampah plastik agar padat di dalam botol. Jika masih tersisa rongga udara di dalam botol, isi kembali dengan sampah plastik sampai tidak ada rongga udara yang tersisa. Dorong kembali semua sampah plastik menggunakan tongkat.

Dalam membuat ecobrick kita tidak bisa asal-asalan memasukkan sampah plastik ke dalam botol bekas air mineral. Agar bisa menjadi "bata" yang nantinya disusun secara rapi, Anda wajib menimbang setiap botol yang sudah diisi sampah plastik. Standar ecobrick adalah 200 gram per botol air mineral berukuran 600ml. Kalau jumlahnya terlalu banyak, sisihkan sedikit sampah plastik di dalamnya. Sementara jika beratnya kurang dari 200 gram, isi kembali botol dengan sampah plastik. Sebelum semua ecobrick yang Anda buat terkumpul, simpan ecobrick yang sudah jadi di tempat yang teduh. Hindari paparan sinar matahari langsung agar botol-botol plastik ecobrick ini tidak menyusut. Apabila semua ecobrick sudah selesai dibuat, saatnya menyusun ecobrick ini menjadi sebuah benda atau bangunan. Ecobrick bisa dipakai untuk membuat dinding (non-permanen), replika benda (gapura, pohon, dll), dan pagar mini.

Semakin padat ecobrick, densitasnya lebih tinggi. Densitas ecobrick yang tinggi menunjukkan sampah   plastik   yang   dapat   ditampung   dalam   botol   lebih   banyak,   sehingga   lebih   baik   dalam mengurangi   jumlah   sampah   plastik   di   lingkungan.   Selain   itu,   densitas   ecobrick   yang   tinggi menjadikan  ecobrick  lebih  kuat  terhadap  tekanan,  sehingga  tidak  mudah  rusak.  Ecobrick  yang  padat dapat  memiliki  densitas  kurang  lebih  200  ons  per  botol  dengan  volume  600  ml  (Asih, H., & Fitriani, 2018)

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan dan usia ecobrick, antara lain : 1. Ecobrick tidak boleh terkena panas secara langsung sehingga ecobrick harus dilapisi sesutu seperti semen, kayu atau lainnya yang dapat menghalangi ecobrick dari panas secara langsung. 2. Beban yang ditahan ecobrick tidak boleh melebihi kekuatan daya tekan ecobrick sehingga ecobrick tidak mudah rusak 3. 

Semakin kecil ukuran plastik yang masuk kedalam botol PET dan semakin lurus bentuk botol maka semakin kuat ecobrick yang dihasilkan hal tesebut dikarenakan semakin kecil ukuran plastik dan semakin lurus botol PET, maka semakin besar plastik tersebut memenuhi ruang botol. Botol PET yang tidak lurus atau yang memiliki garis-garing lengkungan yang banyak maka dapat menyebabkan plastik yang masuk ke dalam botol tidak dapat memenuhi ruang botol tersebut dan hal tersebut dapat mempengaruhi kekuatan ecobrick dalam menahan beban meskipun garis-garis lengkungan pada botol sendiri berfungsi untuk memperkuat botol PET yang diisi air. (Mukti, H, A dan Fitriani, 2018). Karena  banyaknya  sampah  plastik  yang  dapat  ditampung  di  dalam  sebuah  ecobrick,  teknologi sederhana   ini   diharapkan   dapat   mengurangi   jumlah   sampah   plastik   yang   dibawa   ke   Tempat Penampungan  Akhir  Sampah  (TPA)  dan mencegah  sampah  plastik  mencemari  air  (sungai,  laut)  dan tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun