Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pioli Gagal Bereksperimen, AC Milan Tetap Juara Paruh Musim

24 Januari 2021   14:28 Diperbarui: 24 Januari 2021   18:52 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan digebuk La Dea 0-3 di markasnya sendiri, San Siro, pada Minggu dinihari (24/01). Kekalahan tersebut merupakan yang kedua kalinya setelah sebelumnya mereka tunduk dari Juventus 1-3 di tempat yang sama.

AC Milan tidak turun dengan formasi terbaiknya setelah Alesio Romagnoli (akumulasi), Hakan Calhanoglu (covid-19), Ismael Bennancer (cedera), Alexis Saelemakers (akumulasi), dan Matteo Gabbia (cedera) tidak disertakan dalam tim. Namun demikian, Pioli menyertakan tiga rekrutan anyarnya saat meladeni Atalanta yakni Mario Mandzukic, Fikayo Tomori, dan Soualiho Meite.

Hal tersebut membuat Brahim Diaz yang biasanya menempati posisi Attacking Midfielder (AM) yang ditinggal Calhanoglu harus rela mengawali pertandingan dari bangku cadangan. Sebabnya, Pioli melakukan eksperimen yang cukup pragmatis dengan memasang Soualiho Meite yang notabene Defensive Midfielder (DM) sebagai AM.

Opsi yang diambil Pioli membuat AC Milan bermain dengan tiga gelandang bertipikal bertahan sekaligus. Salah satu variabel yang membuat permainan Rosonerri tidak berkembang pada babak pertama, Meite yang diplot menggantikan peran Calhanoglu dan Brahim hanya bisa diandalkan dalam duel saja. Bukan halnya berbagi bola sebagaimana tupoksi gelandang serang pada umumnya.

Kessie dan Tonali yang bermain lebih kebelakang juga kian membuat lini tengah dan lini depan terputus. Pierre Kalulu yang bermain menggantikan sang kapten, Alesio Romagnoli, kerap terpancing melakukan pressure ke depan sehingga membuat Kessie/Tonali bergantian mengcover posisi yang ditinggalkan Kalulu.

Beberapa kali peluang berbahaya di babak pertama terjadi akibat kondisi tersebut, bahkan gol yang dicetak Cristian Romero di menit ke-26 terjadi di area kerja Kalulu. Pemain berpaspor Perancis itu gagal duel dan tertinggal sepersekian detik dalam mengantisipasi bola udara.

Pun dengan gol kedua yang dicetak oleh Josep Ilicic via titik putih di menit ke-53, kemelut terjadi di area Kalulu kembali. Imbasnya, Franck Kessie mesti berupaya keras menahan laju Ilicic dengan sikutan setelah berduel 2v1. Hal tersebut cukup menarasikan betapa Kessie dan Tonali secara bergantian bekerja sangat keras membantu area pertahanan.

Terlebih lagi dua full back Milan cukup agresif, Davide Calabria dan Theo Hernandez kerap meninggalkan posnya masing-masing dan membuat dua gelandang bertahan Milan terkonsentrasi untuk menetralisir posisi kosong tersebut. Nyaris sepanjang babak, area kiri pertahanan Milan yang ditempati Theo mudah dieksploitasi para pemain depan Atalanta.

Namun begitu, gol ketiga yang dicetak Duvan Zapata pada menit ke-77 juga berawal dari ruang kosong sisi kiri yang mana Davide Calabria dan Simon Kjaer mestinya bisa mengantisipasi serangan tersebut.

Theo memang dikenal mahir dalam melakukan over lap dan produktif dalam mencetak gol, namun di pertandingan melawan Atalanta Ia kerap gagal memeragakan transisi positif dari bertahan ke menyerang, operan salah, dribel yang terlalu lama, hingga membuat distribusi bola kepada Rafael Leao dan Zlatan Ibrahimovic sebagai pemain yang lebih depan darinya tidak berjalan dengan baik.

Tentu dengan taktik pragmatis sejak awal yaitu menumpuk tiga gelandang bertahan dibaca Gasperini sebagai titik terang, sebabnya Atalanta yang kita ketahui bersama memiliki kumpulan pemain muda yang agresif, tak hanya individu melainkan juga kolektivitas.

Pioli seolah mengamini kesalahan eksperimennya itu pada babak kedua, Ia langsung memasukkan Brahim Diaz dan mengganti Soualiho Meite pasca jeda babak pertama. Namun demikian, reaksi tersebut tidaklah membuahkan hasil. Alih-alih lebih cair dalam mengembangkan serangan, pemain Atalanta seolah menemukan kelonggaran dalam mendikte lini tengah Milan.

"Saya tahu Brahim Diaz ada di bangku cadangan dan dapat masuk untuk memberikan karakteristik berbeda pada peran tersebut," ujar Pioli menjelaskan keputusan tersebut. Seperti dinukil dari Football Italia.

Allenatore berkepala pelontos itu memberi penjelasan pula terkait eksperimen memainkan Meite di gelandang serang. Menurutnya, keputusan itu untuk mengantisipasi para pemain La Dea yang mengandalkan fisik dan Ia bergeming akan melanjutkan eksperimennya tersebut di laga berikutnya.

"Atalanta adalah tim yang sangat mengandalkan fisik. Saya merasa kami butuh gelandang lain yang dapat mengatasi itu di lapangan. Ya, saya akan melakukannya lagi," tandasnya.

Meski begitu, keputusan Pioli tetaplah dianggap sebagai perjudian sebabnya sepanjang berkiprah bersama Torino Meite tak pernah dijadikan sebagai gelandang serang. Posisi naturalnya adalah gelandang bertahan dan gelandang tengah.

"Saya pikir kalah dari Juventus dan Atalanta tidak bikin malu. Mereka semua berada di level atas. Atalanta superior secara fisik, bisa memenangkan setiap duel. Sangat ketat di level ini. Kami akan menganalisa kekalahan dan berusaha lebih berkembang dan fokus ke laga selanjutnya," ucap Stefano Pioli seperti dinukil dari Football Italia.

Meskipun Kalah, AC Milan Tetap Juara Paruh Musim
Kekalahan telak dari Atalanta tak merubah posisi klasemen teratas Serie A 2020/21 sedikit pun, sebabnya Internazionale Milan yang bermain bersamaan ditahan Udinese 0-0 di Stadion Friuli.

Kini, AC Milan masih kokoh di posisi pertama sekaligus menegaskan status juara paruh musim dengan himpunan 43 poin, sementara rival sekotanya, Inter Milan menduduki peringkat kedua dengan 42 poin, dan dikuntit AS Roma 37 poin di peringkat tiga serta Atalanta di posisi keempat dengan 36 poin

Bila menilik ke belakang. AC Milan hanya sekali gagal meraih scudetto dalam empat kali kesempatan menjadi juara paruh musim. Satu-satunya kegagalan tersebut terjadi pada musim 2002/2003. Kala itu, mereka harus merelakan gelar juara Liga Italia jatuh ke pangkuan Juventus.

Selebihnya pada edisi 1995/96, 2003/04, dan 2010/11, I Rosonerri berhasil menyabet scudetto setelah sebelumnya meraih status campione d'Inverno. Sang pelatih, Stefano Pioli, mengamini data empiris tersebut.

"Jika gelar juara paruh musim mendatangkan keberuntungan, maka kami akan menerimanya," pekik Pioli. Seperti dinukil dari La Gazzetta dello Sports.

Berbeda dengan Pioli, pemain gaek asal Swedia, Zlatan Ibrahimovic enggan memikirkan juara paruh musim dan scudetto musim ini. bahkan, Ia menyebut bahwa titel yang telah diraih timnya saat ini tidak ada apa-apanya. Zlatan tidak terlalu menggubris gelar paruh musim meskipun Ia sendiri sempat merasakannya bersama Milan pada 2010/11.

"Tak ada gunanya. Hal tersebut bermakna kami telah bekerja dengan baik sejauh ini, tapi semua belum usai. Sekarang datang periode sulit dengan banyak laga yang menanti," ucap Zlatan kepada jurnalis Sky Italia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun