Ia berdalih bila positioning dan pergerakan pemain adalah kunci saat menyerang. Ia juga membeberkan tiga fase menyerang: kontruksi, pengembangan, dan menyerang di garis pertahanan lawan. Tiga fase ini sangat penting dalam prinsip of play Pirlo.
"Dalam fase ofensif kami tidak memiliki modul tetap, tetapi positioning dan pergerakan pemain adalah untuk mencari pencapaian prinsip kami. Ketiga prinsip makro ini harus selalu penuh," tulis Pirlo dalam tesisnya yang dinukil dari BTL.com.
Fase pertama yakni kontruksi, ini menjadi bagian paling terstruktur dan sistematis dari permainan yang diinginkan Pirlo. Ia ingin timnya bermain dari belakang dan selama build up Pirlo menyediakan jalan keluar dengan operan vertikal menggunakan struktur belah ketupat dengan tujuan mendominasi permainan.
Di fase kedua atau development ofensive, bagaimana pemain sayap memanfaatkan lebar lapangan, mencari target man di area finishing, dan menyerang ke dalam atau memanfaatkan pemain yang berlari dari belakang. Fase ini sering disebutkan dalam tesisnya dan agaknya menjadi metode prioritas Pirlo untuk membuat pertahanan lawan terus menerus tertekan.
Penggawa anyar seperti Dejan Kulusevski, Alvaro Morata, Federico Chiesa, dan Aaron Ramsey bisa berkembang pesat dalam sistem ini. Ditambah Ronaldo, dengan kecepatan yang dimiliki pemain-pemain baru itu, mereka punya potensi besar dalam mendikte lawan untuk mundur ke garis terendah pertahanan.
Sementara itu, di fase terakhir Pirlo menginginkan penyerangan dilancarkan di area garis pertahanan lawan. Tepatnya di final third, Pirlo memberi kebebasan pada para pemainnya untuk menggunakan kreativitas, kecerdasan individu, dan insting menyerang.
Pirlo Layak Mendapatkan Waktu untuk Mengimplementasikan Ideal-ideal Taktiknya
Pirlo datang ke Turin pada September 2019 untuk mengambil alih posisi Maurizio Sarri yang dikritik karena pendekatan taktis yang tidak terlalu menarik dan Sarri-Ball jauh di bawah ekspektasi penggemar Juventus.
Namun, dengan pengalaman yang relatif minim, tak mudah bagi Pirlo menjabat manajer sebuah klub yang berambisi memenangi Liga Champions. Meskipun Ia telah menawarkan kerja keras, penguasaan bola, dan lini depan yang kuat. Tetapi seperti yang terlihat sejauh ini, prinsip Pirlo disambut dengan emosi yang campur aduk.
Beberapa di tim melihatnya sebagai seorang idealis, hal yang wajar mengingat Pirlo masih baru di meja manajerial sehingga dua bek veteran diminta menampilkan permainan yang sebelumnya tak pernah mereka jalani.
Hal demikian, membuat adaptasi trio bek Bonnuci-Chielini-Danilo terhadap permainan khususnya dalam merancang serangan balik cepat agak sedikit tergopoh. Bagi Danilo mungkin tak masalah bermain cepat. Tapi bagi dua bek legendaris yang sudah berumur, tentu saja itu tidak mudah.
Menangani Juventus bukanlah persoalan kecil bahkan bagi manajer yang berpengalaman sekalipun. Andrea Pirlo sebagai debutan sangat mengenal budaya tim ini sebab Ia pernah meraih sukses bersama Antonio Conte saat menjadi pemain. Tak perlu dijelaskan lagi kehebatan Pirlo pada masa itu.