Namun, pada babak kedua tim tamu lebih dominan melakukan pelanggaran daripada tim tuan rumah, sebuah narasi bahwa tim tamu juga bebas dari tekanan atau intimidasi dari tribun. Memang, di stadion kosong, pemain tim tamu tidak perlu merasa melawan 12 pemain.
"Peningkatan kartu kuning dan pelanggaran oleh tim tuan rumah dalam pertandingan tertutup tampaknya mengonfirmasi hipotesis tersebut," kata Gleave.
Meskipun berdampak pada beberapa data dan statistik pertandingan, ketidakhadiran penonton tak mengubah sedikit pun intensitas permainan. Secara permainan beberapa tim justru mengalami peningkatan. Hal itu dibenarkan oleh Lukas Klepper, Direktur Impect.
"Permainan nampaknya tidak akan mengurangi intensitas sama sekali meskipun tanpa penggemar. Bayern Munich, tim yang memiliki sprint paling banyak sebelum virus corona pecah, bahkan dapat meningkatkan kecepatan setelahnya," ujar Klepper.
Seperti kita ketahui bersama, pasca-lockdown beberapa tim di Eropa juga mengalami tren positif. Entah berdampak atau tidak, ketidakhadiran penonton membuat para pemain muda potensial AC Milan seperti terbebas dari tekanan sehingga berhasil menorehkan catatan 21 laga tanpa kekalahan.
Agaknya, ketiadaan penonton di stadion menjadi situasi yang bagus untuk melihat para pemain muda unjuk gigi dan berkembang. Sebabnya tekanan yang berlebihan juga kerap membuat mental beberapa pemain muda ciut alias layu sebelum berkembang.
Namun demikian, kebisingan di stadion akan terus dirindukan selama pandemi ini oleh pihak mana pun. Pemain, ofisial, manajemen, bahkan supporter itu sendiri.
Di samping keberadaan penonton di stadion faktanya punya kontribusi merubah hasil pertandingan, berbondong-bondong pergi ke stadion untuk menyaksikan pertandingan sepak bola juga merupakan cara terbaik manusia bersosialisasi dan melepas segala penat. Semoga pandemi segera berakhir!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H