Dengan kucuran uang dari pengusaha kaya raya, terbentuklah Internazionale Milan. Sejak saat itu, Rossonerri juga dipandang sebagai klub kelas pekerja sedangkan Nerazurri dianggap sebagai klubnya orang-orang burjois.
Hal itu ditegaskan pula oleh supporternya sendiri, Milanisti kerap menggunakan transportasi umum kala hendak mendukung timnya. Sementara Interisti kerap menarasikan kemewahan dengan mayoritas pendukung menggunakan kendaraan pribadi.
Warna Biru-Hitam untuk Kaum Burjois MilanÂ
Tepat pada 9 Maret 1908, Giorgio Muggiani yang memimpin kelompok yang terdiri dari orang Italia dan Swiss (Bossard, Lana, Bertoloni, De Olma, Enrico Hintermann, Arturo Hintermann, Carlo Hintermann, Pietro dell'Oro, Hugo -- Hans Rietmann, Voelker, Maner, Wipf, dan Carlo Arduss) mendeklarasikan klub sepak bola baru yang diberi nama Internazionale.
Dengan sokongan dana yang melimpah, Inter berhasil merengkuh scudetto di tahun pertamanya mereka mentas di Liga Italia. Kapten dan pelatih yang mempersembahkan gelar perdana itu adalah Virgillio Fossati, yang tewas dalam Perang Dunia I.
Persis seperti saudara sekandung dan sedarah, Inter juga bergelimang prestasi. Di Eropa mereka memenangkan satu Piala Liga Champions, dua Europan Champion, satu kali Piala Dunia Antar Klub, dua Piala Interkonental, dan tiga Piala UEFA. Sementara itu, kedigdayaan mereka di kancah domestik begitu absah lewat koleksi 18 trofi Liga Italia, tujuh Piala Liga, dan lima kali Super Cup Italia.
Pada medio 1938, La Beneamata melahirkan Giuseppe Meazza, salah satu legenda klub yang hingga kini namanya digunakan untuk stadion kebanggaan mereka. Meazza menghimpun 284 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak sepanjang masa.
Menapaki jalan kebesarannya sejak didirikan (langsung mendapat scudetto), meraih seabreg trofi dalam kurun waktu 100 tahun terakhir, dan sejarah luar biasa bersama para legendarisnya. Namun semua kehebatan itu bukanlah dongeng belaka. Internazionale juga sempat mengalami dinamika.
Mereka sempat berganti nama menjadi Unione Sportiva Milanese dan Societa Sportiva Ambrosiana, itu adalah bagian dari perjalanan panjang klub yang sempat dimiliki pengusaha asal Indonesia itu.
Back to basic terjadi ketika era fasisme berakhir pada tahun 1943. Mereka tak diperkenankan lagi menggunakan nama barunya dan pihak klub mengembalikan nama Internazionale Milan dan bertahan hingga kini.
Perseteruan Meraih Puncak Madonnina