Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Leeds yang Merepotkan Bersama Bielsa

13 September 2020   17:15 Diperbarui: 13 September 2020   17:19 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertandingan pembuka Premier League musim 2020/21 yang dihelat pada Sabtu (12/9), terdapat 13 gol dari empat partai yang disajikan. Dua pertandingan diantaranya berstatus big match jadi penyumbang gol terbanyak, Liverpool menyudahi perlawanan sengit jawara Championship Division, Leeds United dengan skor 4-3. Sementara Arsenal membungkam tim promosi lainnya, yakni Fulham lewat skor telak 0-3.

Adapun di pertandingan lain, Crystal Palace menaklukan tamunya Southampton dengan skor tipis 1-0 dan diakhiri dengan laga West Ham United yang mesti takluk dari Newcastle United (0-2). 

Seperti yang sudah dikatakan di atas, dua laga yang dilakoni dua tim unggulan cukup banyak menarasikan fakta menarik. Namun tak ada yang lebih menarik dari perlawanan tim promosi kepada Liverpool yang notabene memegang status juara bertahan Premier League.

Leeds United yang ditukangi Marcelo Bielsa seolah membawa vaksin gegenpressing, sebab biasanya setiap klub yang datang ke Anfield akan kepayahan dibuatnya. Namun kali ini berbanding terbalik, Patrick Bamford cs memang sempat tertinggal lebih dulu lewat sepakan penalti Mohamed Salah ketika laga baru berusia 4 menit. Namun di menit ke-12, Jack Harrison membuat skor kembali imbang melalui serangan balik cepat.

Kejar-kejaran skor terus terjadi, Gol Virgil van Dijk melalui skema tendangan sudut di menit ke-20 dibalas oleh Patrick Bamford yang sejak awal kick off cukup merepotkan barisan pertahanan Liverpool pada menit ke-30. 

Balas-balasan gol terus terjadi hingga 12 menit jelang peluit tanda berakhirnya babak pertama dibunyikan, Mohamed Salah kembali mencatatkan namanya di scoring board Anfield.

Di babak kedua, tepatnya di menit ke-66, Mateusz Klich menyamakan skor menjadi 3-3, sebelum akhirnya Mohamed Salah mematenkan hattricknya di menit ke-88 lewat sepakan penalti. 

Meski akhirnya kalah, secara keseluruhan strategi man-marking Marcelo Bielsa cukup membuat sang juara bertahan kerepotan dan menjadi alarm bagi klub-klub yang akan dihadapi Leeds berikutnya.

Hal demikian diungkapkan langsung oleh pelatih The Reds, Juergen Klopp, andai Kalvin Philips cs mampu menjaga intensitas permainan seperti yang ditampilkan di Anfield, pelatih berpaspor Jerman itu yakin bila Bielsa akan menjalani musim yang bagus bersama Leeds.

"Leeds akan menjalani musim yang bagus jika mereka bisa menjaga intensitas permainannya. Mereka bisa melakukannya di Championship Division [kompetisi level kedua di Inggris] yang jumlah pertandingannya lebih banyak, kenapa tidak disini?" ungkap Klopp selepas pertandingan. Seperti dinukil dari Reuters.

Kebiasaan Lama Bielsa

Tak heran bila kemudian Bielsa dikenal sebagai guru dari pelatih sekaliber Mauricio Pochettino atau Pep Guardiola. Koleksi taktik Bielsa ternyata cukup banyak dan membuat salah satu pelatih terbaik Liga Inggris saat ini, Juergen Klopp, pusing dibuatnya.

Padahal bila ditilik dari materi pemain, Bielsa tak punya pemain Grade A seperti yang dimilikki sang lawan. Namun Ia tetap bisa mengimbangi permainan Liverpool di kandangnya sendiri dan menggelontorkan tiga gol ke gawang Alisson Becker. 

Bahkan Leeds dinyatakan unggul dalam hal penguasaan bola dengan 52%. Hal itu membuat mereka jadi tim yang berhasil mendominasi Anfield yang dalam 5 tahun terakhir tak ada tim luar enam besar yang melebihi Liverpool dikandangnya.

Bielsa sebetulnya tak punya pakem khusus macam Klopp yang mengandalkan gegen pressing, Guardiola dengan sentuhan bola-bola pendek, atau Mourinho yang pragmatis. Setiap pertandingan nyaris selalu ada taktik yang berbeda dari Leeds. Artinya Leeds memainkan sepak bola yang teknis, dinamis, kreatif, dan ekspresif.

Selama sembilan puluh menit, pemain-pemain Leeds mempresentasikan bagaimana caranya menyerang lewat kerja keras; sebuah hal yang dekat dengan orang-orang Leeds yang juga para pekerja keras. Hal ini sempat diakui langsung oleh Bielsa dalam sebuah wawancara, bahwa dia merupakan pelatih yang terobsesi dengan taktik menyerang.

"Saya obsesif soal menyerang. Ketika saya menonton video [pertandingan], tujuannya untuk menyerang, bukan bertahan. Sepak bola saya sangat sederhana: kami berlari sepanjang waktu. Saya tahu bertahan lebih mudah dari mencipta," ungkap Bielsa. Seperti dinukil dari Pandit Football Indonesia.

"Saat lawan menguasai bola, seisi tim menekan, selalu mencari cara menekan permainan sedekat mungkin ke gawang lawan; ketika kami memiliki bola kami bermain dengan dinamis dan menciptakan ruang untuk improvisasi,"  tambahnya.

Kata improvisasi sejatinya hanya kata bantu belaka. Sebabnya dalam rumus taktik Bielsa sendiri tak ada kata improvisasi. Konon dalam latihan, Bielsa melatih para pemainnya dengan 120 skenario bertahan dan 120 skenario menyerang.

Tak lain agar para pemainnya lebih siap menghadapi segala kemungkinan di pertandingan. Lantas dimana Bielsa bisa mendapatkan data segala kemungkinan yang hendak terjadi di pertandingan?

Tentunya lewat hobinya dalam menganalisa video pertandingan sang lawan. Bahkan saking gilanya pada detail, Bielsa sempat memberikan tugas khusus kepada beberapa staff pelatihnya untuk memata-matai latihan tim lawan. Sialnya, pada Januari 2019 lalu, mata-mata yang dikirimkan Bielsa jelang pertandingan antara Leeds melawan Derby County di Championship Division ketahuan.

Pihak kepolisian Derbyshire menhonfirmasi bahwa mata-mata Leeds sampai harus memotong pagar kamp latihan Derby di Moor Farm. Derby pun mengajukan masalah itu ke operator Liga (EFL) dan FA. 

Meskipun akhirnya Bielsa mengakui hal tersebut, Ia tetap tak merasa bahwa tindakan tersebut sebagai sebuah kecurangan atau melanggar regulasi tertentu. Sebab belum ada regulasi yang mengatur hal ini.

"Bukannya saya tidak memahami situasi ini. Jika hal semacam ini tidak diperkenankan di sepak bola Inggris, maka saya harus menerimanya karena saya bekerja disini. Saya harus menerima bahwa tindakan semacam itu bukanlah hal yang umum dilakukan di negara ini. Tapi bukan berarti hal itu menjadikan saya sebagai orang yang curang," pekik Bielsa kepada Sky Sports.

Meski telah mendapatkan sorotan tajam akibat tindakannya tersebut. Bielsa agaknya tak akan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamanya. Seperti yang kita lihat bersama, tanpa pemain bintang Leeds berhasil mengimbangi permainan Liverpool. Tentu saja hal demikian merupakan jerih payah Bielsa menganalisa permainan Klopp, melatih anak buahnya sampai hal paling detail lainnya.

Tentu kebiasaan-kebiasaan Bielsa itu akan membikin repot pelatih-pelatih Premier League sepanjang musim ini. Sebabnya taktik Bielsa begitu dinamis, sulit ditebak. Liverpool telah mengakuinya malam tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun