Ia menyebut bahwa tidak semua pesepakbola kaya raya seperti Cristiano Ronaldo, jadi pihak klub tidak bisa melihat persoalan ini dengan kacamata yang sama. Mereka tak boleh asal-asalan dalam memutuskan besaran potongan gaji.
"Kami tidak seperti Ronaldo. Jika mereka mengambil dua bulan gajinya, maka dia tentu tidak akan mengalami kesulitan keuangan. Jika mereka mengambil jumlah yang sama dari kami, tuan tanah akan datang dan mengetuk pintu untuk menagih sewanya," pekiknya. Seperti dikutip dari Forbes.
"Kamu tidak bisa menilai semua orang dengan pandangan yang sama, ini dua situasi yang berbeda," pungkasnya mengakhiri.
Bagaimana dengan Pesepakbola di Indonesia?
Pro dan kontra pemangkasan gaji pemain juga terjadi di sepak bola dalam negeri. Penangguhan kompetisi Liga 1 yang baru berumur tiga pekan itu membuat klub memutar otak demi menjaga neraca keuangan.
Terbaru, pemotongan gaji pemain yang diintruksikan langsung oleh federasi sepak bola Indonesia (PSSI) kepada klub kontestan Liga 1 dan Liga 2 2020 mendapat respon dari Assosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI).
Dalam surat keputusan bernomor 48/KEP/III/2020, PSSI memberikan rekomendasi agar klub membayar 25 persen gaji pemainnya untuk periode Maret, April, dan Mei 2020. Meski keputusan belum final, General Manager APPI, Ponaryo Astaman, mengutarakan jika pemain mesti dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
Sebab, dalam perjanjian kontrak pun melibatkan keduanya hingga mereka bisa menuangkan kepentingannya masing-masing. Eks gelandang timnas itu meminta agar kalangan pemain diberikan kesempatan untuk menyuarakan pendapatnya.
"Surat putusan yang dikeluarkan oleh PSSI itu yang dimintai pertimbangan adalah klub. Sementara pemain berpikir bahwa sebetulnya mereka juga memiliki porsi untuk memberikan masukan. Karena sekali lagi, yang terlibat dalam kerja sama kontrak tersebut adalah pemain dengan klub," ungkapnya. Seperti dinukil dari Skor Indonesia.
Atas pertimbangan tersebut, dirinya meminta supaya pihak klub juga bisa merangkul para pemain untuk ikut berdiskusi demi menemukan solusi yang adil dan berdasarkan asas saling menghormati.
"Oleh karena itulah, kami menilai bahwa perlu ada komunikasi dan pertemuan untuk membahas solusi yang fair dan berdasarkan asas respect antara kedua belah pihak," pungkasnya mengakhiri.
Sebagian pemain juga turut keberatan dengan kebijakan yang direkomendasikan langsung oleh pihak federasi itu. Pemain menilai nominal tersebut akan jauh lebih kecil dari situasi normal ketika kompetisi berjalan.