Sore yang muram bagi Syaiful Indra Cahya pada pertandingan pekan ke-2 Liga 1 2020 antara Arema vs Persib di Stadion Kanjuruhan, Malang, Minggu (8/3). Betapa tidak, bek kelahiran Malang itu melakukan gol bunuh diri pada menit ke-41 setelah salah mengantisipasi sontekan penyerang Persib, Wander Luiz. Memang Singo Edan sempat menyamakan kedudukan lewat sepakan pinalti, Elias Alderete, pada injury time babak pertama.
Namun, awan mendung kembali menggelayuti Kanjuruhan setelah menit ke-77 Syaiful kembali melakukan kesalahan yang berimbas pada hilangnya tiga poin kandang. Eks pemain Semen Padang itu diganjar kartu kuning oleh wasit Aprisman Ananda, setelah diklaim melakukan pelanggaran di kotak terlarang. Wander Luiz yang menjadi algojo penalti, tak menyia-nyiakan peluang ini. Skor 1-2 berakhir hingga pertandingan usai.
Meski demikian, sang pelatih tetap membela pemainnya itu pada sesi press conference yang digelar pasca pertandingan. "Pemain itu manusia wajar membuat kesalahan, tidak perlu menyalahkan yang jelas kita harus perbaiki di latihan latihan selanjutnya," pekiknya. Seperti dinukil dari Ongisnade.
Terlepas dari sore yang buruk bagi bek sayap kelahiran 1992 itu, secara keseluruhan pertandingan berjalan menarik. Persib sebagai tim tamu juga tidak memasang taktik bertahan sedari awal, justru mereka mengambil alih permainan di awal babak pertama. Sebelum akhirnya terjadi jual beli serangan sampai pertandingan berakhir. Saking sengitnya laga klasik ini, tercipta 36 pelanggaran. Dengan rincian 17 untuk Arema dan 19 didapat Persib.
Arema Agresif, Persib Efektif
Mengawali pertandingan dengan formasi yang serupa, 4-4-2. Baik Arema maupun Persib memasang para pemain cepat di sayap. Mario Gomez memplot Feby Eka, Dendi Santoso, Khusyeda Hari Yudo, dan Elias Alderete dilini serang. Sedangkan Roberts Albert tetap mempertahankan duet Geoffrey Castillion-Wander Luiz yang ditopang oleh pemain sayap cepat seperti Frets Butuan dan Esteban Vizcarra.
Persib bermain sedikit lebih simpel. Mereka tak jarang mengirim bola panjang kepada duet Geoffrey dan Luiz. Sedangkan lapangan tengah yang dipercayakan pada Kim Kurniawan dan Omid Nazari sedikit sekali berlama-lama dengan bola untuk membangun serangan dari bawah. Dalam laga ini, pertukaran peran antara Geoffrey dan Luiz cukup menonjol dan kontributif bagi tim.
Geoffrey yang punya postur jangkung sekitar 191 cm kerap out position dari kotak penalti. Artinya, dengan postur yang dimiliki pemain asal Amsterdam itu, pemain lawan akan mengira jika Geoffrey merupakan target man. Namun, pergerakan serta transisi keduanya justru mengejutkan. Eks pemain Ajax U-21 itu banyak bertugas sebagai pelayan bagi Luiz.
Luiz dengan postur 180 cm, justru lebih sering menerima umpan-umpan silang, hal demikian cukup mengecoh para pemain bertahan lawan. Konon, di Liga Vietnam pun Luiz dikenal sebagai pemain yang tangguh dalam duel udara. Statistik musim lalu bersama Binh Duong, Luiz mencetak 11 gol dengan rincian 6 gol di Liga domestik dan 5 gol di Piala AFC.
Dari total 11 gol itu, 4 dilahirkan lewat sundulan. Sedangkan statistik lain menyebut, dari 98 tembakan ke arah gawang yang dihasilkan olehnya, 36 diantaranya berasal dari tandukan kepala. Artinya lebih dari sepertiga tembakan Luiz dilancarkan lewat sundulan kepala. Tak heran jika dalam beberapa momen, bek Arema kerap lengah menjaga Luiz ketika duel udara sebab Castillion yang lebih jangkung kerap jadi pusat atensi para pemain belakang lawan.
Hal itu cukup jadi modal bagi tim asuhan Robert Alberts ini untuk bermain efektif dalam laga ini. Tak jarang bola justru dialamatkan langsung kepada Luiz -- alih-alih kepada Geoffrey --, sebab banyak opsi ketika bola diarahkan kepada pemain berpaspor Brasil ini.
Luiz bisa jadi pemantul, mencari pelanggaran, atau bahkan Luiz bisa melakukan akselerasi dengan kecepatan khas Brazilnya. Setidaknya serangan Persib selalu berhasil diselesaikan, baik outputnya jadi shot on target atau off target. Kemampuan keduanya diinisiasi oleh Roberts untuk bermain lebih efektif dalam game ini.