Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Persija 2020 Tak Lagi Soal Riko dan Simic

6 Maret 2020   22:47 Diperbarui: 8 Maret 2020   04:22 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marco Simic berduel dengan Gianluca Pandeynuwu pada laga Persija vs Borneo, Minggu (1/3), di Stadion GBK. | (Sumber Foto: akun Twitter @Persija_Jkt)

Menjalani musim baru, Persija Jakarta melakukan pembenahan dari berbagai sisi. Termasuk bergerak aktif di bursa transfer, Januari silam. 

Sebanyak tujuh pemain bintang digaet tim berjuluk Macan Kemayoran itu, diantaranya Alfath Fathier, Otavio Dutra, Evan Dimas, Marco Motta, Marc Klok, Rafli Mursalim, hingga Osvaldo Haay. 

Tak hanya suntikan amunisi pada komposisi pemain, kursi pelatih pun turut serta diperbarui dengan mendatangkan Sergio Farias.

Sementara itu, dari belakang layar Persija juga melakukan perubahan signifikan. Ferry Paulus dan Ardhi Tjahjoko mendapat mandat baru sebagai Direktur Olahraga dan Penasihat Tim. 

Jabatan Presiden Klub kemudian diberikan kepada Mohamad Prapanca. Sedangkan posisi manajer dipercayakan kepada legenda yang baru saja pensiun musim lalu, Bambang Pamungkas.

Seperti diketahui bersama, musim lalu Persija sempat terperosok ke zona degradasi sebelum akhirnya bisa merangkak naik bersama caretaker Edson Tavares.

Menyandang predikat juara bertahan, Persija tampil antiklimaks di Liga 1 2019. Agaknya konsep The Dream Team yang diusung oleh manajemen musim ini merupakan salah satu hasil evaluasi dari musim sebelumnya.

"Tentang titel The Dream Team. Jadi pada musim lalu, Persija begitu terpuruk bahkan nyaris masuk zona degradasi. Kami berjuang untuk naik kembali. Kami memotivasi supaya penampilan musim lalu tidak terulang lagi," ujar Presiden Klub, Mohamad Prapanca di Kantor Persija, Setiabudi, Jakarta. Seperti dinukil dari Liputan 6.

Ambisi Melantai di Bursa Saham
Selain target juara, ada misi khusus dibalik pembenahan tim dari berbagai sektor yang dilakukan Persija Jakarta musim ini. Adalah melantai di bursa saham atau Initial Public Offering (IPO). 

Oleh sebab itu, evaluasi menyeluruh dilakukan manajemen agar supaya nilai Persija sebagai perusahaan bisa lebih baik dan menarik minat masyarakat di IPO.

"Ada pekerjaan rumah besar dari kami yang mau IPO. Ini sebenarnya sudah kami persiapkan sebagai lama," ungkap Direktur Olahraga Persija, Ferry Paulus, seperti dinukil dari Bola Sports.

"Sebagai perusahaan publik, prestasi harus mengkilap. Musim lalu kurang bagus karena itu manajemen diperkuat, Bepe [Bambang Pamungkas] pun dihadirkan," tambahnya.

Pria yang akrab disapa FP itu menyebut dirinya optimis, bahwa upaya mereka akan berhasil pada musim ini. Sebab, Persija merupakan salah satu klub legendaris yang memiliki fanbase luar biasa di ibu kota. 

Sebagai contoh, Persija berhasil masuk lima besar klub paling populer di daratan Asia. Tak hanya itu, di Asia Tenggara mereka juga menduduki peringkat satu sebagai klub dengan penonton terbanyak periode 2019 silam. Belum lagi jumlah followers media sosial resmi klub yang kian beranjak.

"Kalau diamati, semua medsos kami nomor 1 di Asia. Tentunya berangkat dari reputasi itu," tutur pria kelahiran Manado itu.

Ia berharap saat IPO nanti Persija bisa lebih baik dari pendahulunya, Bali United. Mengingat segmentasi pasar telah tercipta dengan sendirinya. Mereka memiliki pendukung yang jauh lebih fanatik, tinggal bagaimana brand Dream Team atau Los Jakarticos musim ini memperkuat reputasi klub.

"Kami sangat optimistis bahwa IPO akan jauh lebih sukses dibandingkan dengan klub Indonesia lainnya," demikian kata pria berusia 55 tahun itu.

Los Jakarticos Kini Tak Lagi Soal Simic dan Rico
Dalam beberapa musim terakhir, Persija kian lekat dengan kombinasi Riko Simanjuntak dan Marko Simic. Keduanya telah menciptakan permainan yang bisa dibilang sebagai simbol Persija. Bahkan ketika juara Liga 1 2018, kontribusi duet yang satu ini tak bisa ditampik.

Riko "si kancil" merupakan motor serangan tim ibu kota. Sedangkan Simic ahli mencetak gol di kotak penalti. Peran keduanya saling melengkapi. 

Marco Simic berduel dengan Gianluca Pandeynuwu pada laga Persija vs Borneo, Minggu (1/3), di Stadion GBK. | (Sumber Foto: akun Twitter @Persija_Jkt)
Marco Simic berduel dengan Gianluca Pandeynuwu pada laga Persija vs Borneo, Minggu (1/3), di Stadion GBK. | (Sumber Foto: akun Twitter @Persija_Jkt)
Namun, kini Persija di Liga 1 2020 hal tersebut tak begitu menonjol. Dengan komposisi dream team, nyaris semua pemain punya kontribusinya masing-masing.

Hal demikian tersampaikan pada laga perdana Persija vs Borneo FC yang berakhir kemenangan 3-2 untuk tim tuan rumah pada Minggu sore (1/3) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Justru rekrutan anyar itu sendiri yang menarasikan bahwa Persija yang baru tak lagi soal Simic dan Riko.

Marco Motta adalah salah satunya. Pemain berpaspor Italia itu paling banyak mendapat pujian dari Jakmania pada laga debutnya melawan Borneo. Ia menunjukan peranan wingback modern yang juga bisa membantu tim dalam menyerang. 

Dalam laga tersebut, Riko yang selama ini jadi pusat atensi pemain lawan jadi lebih banyak turun ke belakang untuk menarik para pemain bertahan lawan, hal itu disiasati Motta untuk melakukan eksploitasi ke jantung pertahanan lawan. Terbukti Ia terlibat dalam dua gol Persija dengan catatan satu keypass dan satu assist.

Sedangkan pemain baru lainnya yang mencuri perhatian di pertandingan pertama Persija musim ini adalah Osvaldo Haay dan Evan Dimas Darmono. Osvaldo menjadi pemain pertama Persija yang mencetak gol musim ini. 

Sedangkan Evan, meski bermain sebagai pengganti Sandi Sute pada menit ke-19. Ia sukses menawarkan solusi aliran bola yang sempat mandek di awal laga. Eks kapten Timnas U-19 ini juga berhasil menyumbang gol pada menit ke-86. Tak heran jika kemudian sang pelatih memuji debut Evan bersama Persija.

"Hari ini Evan Dimas sangat luar biasa. Ia menjadi inspirasi di lini tengah. Dia bisa bergerak, menguasai bola. Dia menjadi aktor kemenangan kita," tutur Farias. Seperti dikutip dari laman resmi klub.

Penampilan ciamik Motta, Evan, dan Osvaldo pada laga perdana cukup banyak menarasikan jika kini Persija tak lagi bergantung pada kombinasi Riko dan Simic. Ketika deadlock, mereka punya berbagai opsi. 

Belum lagi pemain seperti Marc Klok, Otavio Dutra, Alfath Fathier, dan Rafli Mursalim yang masih menunggu giliran untuk mendapat menit bermain. Farias tentunya bisa mengeksplorasi kedalaman skuadnya untuk menentukan ingin seperti apa permainan Persija musim ini.

Satu hal yang pasti, Persija punya strategi baru. Baik di sektor manajemen, bisnis, ataupun di lapangan. Semua berbenah demi mencapai target. 

Farias cs mesti memasak taktikal yang kemudian menciptakan citra rasa baru di Persija. Sedangkan Bepe cs di balik layar akan memasarkan hasil produk dari Farias itu sendiri. Tentu mereka tak lagi jualan soal Riko dan Simic kepada Jakmania!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun