Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pergantian Ketua Umum PSSI Hanyalah Gencatan Senjata Belaka

20 Januari 2019   20:56 Diperbarui: 21 Januari 2019   11:14 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Dikutip dari Sport Detik

Meski dinilai cakap akan persoalan sepakbola nasional, Jokdri punya catatan buruk terkait jabatan ganda. Eks manajer Pelita Krakatau Steel itu mengawali karirnya sebagai jurnalis. Di tahun 90-an Ia mulai mendapat tempat di PSSI, dari anggota biasa karirnya cukup melesat. Ia mampu menduduki sejumlah posisi strategis di PSSI.

Hampir semua kursi jabatan yang ada di lingkungan PSSI pernah didudukinya, Sekjen, Operator Liga, hingga wakil ketua. Petualangannya itu didapatkannya setelah Ia melalui enam pergantian ketua umum PSSI sejak jaman Azwar Anas (1991-1999), Agum Gumelar (1999-2003), Nurdin Halid (2003-2011), La Nyalla (2015-2016), dan Edy Rahmayadi (2016-2019).

Kembali ke frasa jabatan ganda yang pernah diemban Jokdri, pada 2013 dibawah rezim Nurdin Halid Ia pernah menjabat CEO PT Liga Indonesia dan juga menjadi Sekjen PSSI. Jokdri berkilah jika saat itu tidak ada larangan rangkap jabatan dalam statuta PSSI.

Selain persamaan rangkap jabatan yang tak akan mengubah PSSI dan sepakbola Indonesia ke arah yang lebih baik. Mundurnya Edy Rahmayadi juga punya sisi negatifnya tersendiri. Mantan panglima pangkostrad tersebut dinilai memiliki integritas yang bisa membantu pergerakan Satgas Anti Mafia Bola.

Bisa dibilang, Edy mundur disaat yang kurang tepat. Pergantian ketua umum hanya dijadikan panggung relaksasi atau peredam kekecewaan masyarakat. Padahal kita (baca: masyarakat) kalah lagi. Ya, kita semua yang menginginkan "Edy out" itu kalah. Momentum pergantian ini hanya dijadikan gencatan senjata untuk menatap konflik-konflik selanjutnya.

Bagaimanapun juga, pergantian ketua umum ini bukanlah solusi terbaik meskipun hal tersebut dibutuhkan ketika organisasi tak berjalan sebagaimana mestinya. Masalah PSSI terlampau klise, kesalahan bukan terletak pada pimpinan organisasi melainkan sistem atau polanya yang masih begitu-begitu saja.

Dan lagi-lagi kita hanya bisa merawat suatu perasaan yang pernah hidup dimasa  lalu (baca: Deja vu), ketika dimana orang-orang lama berebut pucuk kekuasaan. Bahkan saat ini mereka kadung memegang kendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun