Ketika saya hendak menulis artikel ini, sejujurnya saya belum menemukan judul yang tepat. Hingga akhirnya lagu "November Rain" gubahan Guns N' Roses di ponsel memekakan telinga saya. November menyimpan kisahnya tersendiri bagi setiap insan. Tak terkecuali bagi dua kelompok supporter Jakmania dan Red Genk yang sudah sangat merindukan timnya meraih gelar juara.
Terakhir kali tim berjuluk Macan Kemayoran ini mengarak trofi di kota Jakarta adalah 17 tahun silam atau di musim Ligina VII tahun 2001, tepat satu tahun seusai PSM Makassar angkat trofi dimusim sebelumnya (1999/2000). Setelah era kejayaan tersebut, kedua tim mulai karam. Tak heran jika kemudian era kepelatihan Robert Rene Alberts (PSM) dan Stefano Cuggura (Persija) ini dijadikan momentum untuk mengembalikan nama besar klub. Alhasil, keduanya jadi kandidat terkuat juara musim ini.
Sayang, disaat momentum juara itu terbuka lebar atau setidaknya memangkas poin bagi anak-anak Jakarta dan memperlebar jarak bagi pasukan Ramang dari Makassar, mereka tak bisa memanfaatkan hal tersebut. Dalam pertemuan yang dilangsungkan pada sore tadi (16/11) di stadion Andi Matalatta, Makassar, hasilnya berakhir seri (2-2). Nama Jaime, A. Rachman (GDB/Gol Bunuh Diri), Zulham Zamrun, Rizky Pellu muncul di papan skor.
Sampai tulisan ini diturunkan, kedua tim masih kejar-kejaran poin di posisi 1 dan 2 klasemen sementara Liga 1 hingga pekan ke-31 (baca: pekan ke-29 bagi Persija). Dengan poin 54 bagi PSM dan 50 bagi Persija. Kendati demikian, hasil dari pertemuan kedua tim tersebut tak terlalu memengaruhi persaingan di papan atas. Bagi Pluim dkk, hasil ini cukup merugikan karena target dilaga ini adalah tiga poin demi membuka pintu juara.
Bulan November seperti mimpi buruk bagi Pinisi Merah. Bagaimana tidak, setelah terakhir kali berhasil melibas Persipura Jayapura pada (04/11) dengan skor 4-1. Tim bersutan pelatih berpaspor Belanda ini anti klimaks di dua laga terakhir yang berlangsung pada bulan November. Pertama saat dipermalukan oleh Persebaya Surabaya (10/11) dengan skor 3-0 dan terakhir lawan Persija dikandang sendiri (16/11) dengan skor 2-2.
PSM bisa dikatakan menghamburkan poin dalam dua laga tersebut. Sebab, di pekan sebelumnya/saat melawan Persebaya Surabaya kans untuk menjauh dari dua rivalnya -- Persija dan Persib -- terbuka lebar, Persib dikalahkan tim juru kunci PSMS Medan sedang Persija ditahan tim degradasi lain, PS TIRA. Disisi lain, PSM bertarung dengan kekuatan penuh.
Berbeda dengan dua rivalnya yang pemain kuncinya dipanggil Timnas dan beberapa terkena cedera/sanksi, tim asuhan Rene Alberts justru berkesempatan melibas para lawannya dengan formasi pemain yang utuh. Dengan kekuatan penuh seharusnya mereka bisa melewati fase November yang penghujan ini dengan ceria bukan malah termenung. Apalagi next match mereka masih akan menghadapi satu pertandingan berat melawan Bali United dalam guyuran hujan di bulan November ini. Jika dihitung dari poin maksimal, PSM telah kehilangan lima poin bulan ini.
Persija lebih kontras lagi. Di bulan oktober mereka mendapatkan 9 poin ketika mengalahkan Perseru Serui 2-1, Madura United 0-1, dan Persipura Jayapura 1-2. Bandingkan dengan bulan ini, anak asuh Teco tak dapat memaksimalkan pertandingan dengan poin penuh. Bahkan ketika meladeni lawan dengan status "medioker" dikandang sendiri. Padahal November merupakan bulan dimana Persija lahir, ada kesan positif di November tahun-tahun sebelumnya ketika tim kerap meraih kemenangan di bulan lahir Macan Kemayoran.
Adapun masalah jebloknya penampilan di bulan November ini tak lepas dari ketiadaan Riko Simanjuntak. Andai Teco tak punya plan B yang jitu untuk menutupi kelemahan taktiknya. Bisa dipastikan masa suram timnya bisa diperpanjang, sebab jika Timnas Indonesia lolos ke fase berikutnya Riko tak akan pulang hingga musim ini berakhir. Artinya? Desember Rain pun akan tetap menyedihkan.
Kesalahan Elementer Pemain PSM
Dalam dua pertandingan berturut-turut, dua bek tengah Juku Eja merugikan timnya sendiri. Pertama, saat Steven Paulle melakukan blunder "heading backpass" yang berujung pada gol Feri Pahabol sekaligus menjadi awal pesta gol tim Persebaya Surabaya dikandangnya. Kedua, giliran tandem dari Paulle yakni Abdulrachman Sulaiman yang melakukan gol bunuh diri saat melawan Persija Jakarta di Stadion Andi Mattalatta, Makassar.