Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menaksir Suksesor Cristiano Ronaldo di Madrid

28 Juli 2018   13:59 Diperbarui: 28 Juli 2018   14:13 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dampak yang dirasakan akibat perginya sang Mega bintang asal Portugal terus dirasakan Presiden Real Madrid, Florentino Perez. Sulitnya mencari pemain sepadan yang setidaknya bisa mendekati rapor pemilik nomor punggung 7 itu mulai terlihat. Terutama kriteria soal produktifitas gol Cristiano Ronaldo di Madrid yang tidak tertandingi oleh penyerang lain.

Terakhir kali rekan setimnya mampu mengungguli ketajaman Cristiano pada musim 2009/10, saat Gonzalo Higuain melewati catatan 26 gol kapten Portugal itu di Real Madrid. Itu merupakan musim debut CR7 di Santiago Bernabeu, Ia berbagi panggung dengan legenda Madrid, Raul Gonzalez yang menjadi pemilik resmi nomor punggung 7 pada saat itu.

Setelahnya Ronaldo tak tersaingi sebagai predator utama Los Blancos. Sembilan musim berkostum Madrid dia telah mengemas 450 gol di semua ajang. Dengan rincian 311 gol di La Liga, 105 di Liga Champions, 6 di Piala Dunia antar Klub, 4 Piala Super Spanyol, dan 2 gol di Piala Super Eropa.

Dengan begitu fokus belanja Madrid mulai terbelah dengan banyaknya nama target rekrutan baru mereka di bursa transfer kali ini. Eden Hazard yang sudah lama dikait-kaitkan dengan tim Ibukota Spanyol itu mulai tertimpah nama lain yang lebih produktif soal gol. Publik Madrid begitu merindukan penyerang murni yang mematikan di kotak penalti, nama terakhir yang pernah memainkan peran tersebut adalah Ronaldo de Lima pada musim 2002-2007. Oleh sebab itu, muncul nama Robert Lewandowski,  Harry Kane, Roberto Moreno, dan Edinson serta Mauro Icardi.

Kebutuhan Merekrut Penyerang Tengah

Incaran lebih mengerucut pada dua nama terakhir. Edinson Cavani agak mendekati produktifitas Cristiano Ronaldo di Madrid. Cavani menorehkan 40 gol musim lalu bersama PSG, jumlah tersebut hanya terpaut 4 gol lebih sedikit dari Ronaldo, penyerang gondrong asal Uruguay ini merupakan sosok yang tepat mengingat Los Merengues membutuhkan pemain yang mampu  mencetak empat digit gol setiap musimnya.

Konsistensi rekan Luis Suarez di Timnas Uruguay ini dapat dilihat pula dari musim sebelumnya (2016/17), Ia berhasil menorehkan 49 gol. Jumlah tersebut melewati total gol yang diciptakan Ronaldo bersama Madrid pada musim itu, 42 gol. Bahkan ketajamannya sudah terlihat sejak dia memperkuat tim asal Italia, Napoli. Total 33 gol dalam dua musim beruntun: 2010-2012. Dan, grafiknya menanjak pada musim berikutnya: 38 gol.

Musim pertamanya di Paris juga tak terlalu mengecewakan. Ia mampu mencetak 25 gol dalam debutnya, itu pun harus bersaing dengan penyerang kelas dunia: Zlatan Ibrahimovic. Musim keduanya seperti biasa grafik golnya meningkat 31 gol (2014/15). Jika dirata-ratakan dengan semua torehan per musim tersebut pada semua ajang, Cavani mampu menorehkan 34.25 gol per musim.

Dengan rataan gol per musim tersebut, Cavani boleh jadi solusi terdepan dalam mengatasi persoalan ini. Apalagi, rata-rata gol penyerang yang tersisa di Madrid saat ini tidak lebih baik darinya. Karim Benzema setelah delapan musim diandalkan hanya memiliki rata-rata 23.11 gol per musim. Rataan minim juga berlaku bagi Gareth Bale, yang hanya memiliki 17.25 gol per musim.

Namun Madrid selalu kesulitan mendapatkan bintang PSG. Sebelumnya mereka juga berupaya mendatangkan Neymar Junior dan Kylian Mbappe. Hasilnya nihil. Bahkan, dibandingkan memburu Neymar dan Mbappe, Cavani yang dibanderol tak kurang dari 100 juta euro ini lebih sulit. Penyerang 31 tahun ini kadung dicintai pendukung PSG dan mendapatkan tempat terbaik dari pemilik klub, Nasser Al Khelaifi, berkat profesionalisme dan efektifitasnya sebagai pemain.

Selain itu, faktor lain juga memengaruhi pertimbangan merekrut Cavani dari internal klub Madrid sendiri. Salah satunya adalah ikatan kontrak yang baru saja diperbarui bersama PSG hingga 2020. PSG memasang klausul pelepasan minimal 100 juta euro. Les Parisiens sendiri mendapatkan jasanya dengan 65 juta euro setelah bernegosiasi dengan Napoli.

Disisi lain, persoalan lain mengiringi isu operasi transfer ini terkait besaran gaji Cavani yang mencapai 12 juta euro per musim. Satu hal yang mengganjal mengingat usia Cavani tak lagi muda, tentu saja hal ini bertolak belakang dengan misi baru tim ini: pembaruan dengan pemain yang lebih segar, pendeknya mereka ingin pemain yang lebih muda. Sebuah pertimbangan matang perlu dibuat direktur olahraga Madrid, selain berkaitan dengan ivestasi masa depan klub, usia 31 tahun tak beda jauh dengan Mega bintang yang pergi itu.

Selain nama Cavani, top skorer Seri A musim lalu kembali masuk radar belanja Madrid. Adalah Mauro Icardi. Sebenarnya suami Wanda Nara ini merupakan buruan lama Madrid. Kedua belah pihak malah pernah bernegosiasi pada bursa transfer musim dingin lalu. Namun Presiden Los Blancos keberatan dengan besaran klausul pelepasan Icardi yang mencapai 100 juta euro. Operasi pun terhenti begitu saja ditengah jalan.

Namun kini Madrid menyiapkan 110 juta euro untuk menebus pemain andalan Internazionale itu. Kualitasnya sudah terbukti, meskipun rata-rata golnya tak pernah menyentuh 30 gol per musim setidaknya Icardi punya potensi besar sebagai bomber, grafik golnya pun terus meningkat. Musim terakhir Ia membukukan 29 gol di semua ajang bersama I Nerazzurri. Satu faktor lain, pemain jebolan La Masia ini diketahui belum memperpanjang kontrak yang akan jatuh tempo pada 2021.

Terakhir kali Ia memperbarui kontraknya yakni pada 7 Oktober 2017, dengan nilai klausul pelepasan sebesar 110 juta euro. Dengan 107 gol di 159 penampilan, Icardi layak dihargai mahal. Namun, meskipun kesempatan terbuka bagi Madrid untuk merekrutnya. Luciano Spalletti sebagai pelatihnya tak ingin kehilangan mesin golnya itu. Spalletti terus membujuk petinggi Inter untuk memperbarui kontrak Icardi sekaligus melipatgandakan angka klausul tersebut.

Berkaca pada Barcelona

Kehilangan pemain bintang pernah dialami oleh Barcelona saat Neymar Junior pergi ke PSG. Meskipun dari segi bisnis klub asal Katalunya itu untung besar terkait operasi transfer tersebut namun secara teoritis taktikal, kehilangan Neymar merupakan lubang besar yang sulit ditutupi. Mereka harus menggunakan laba transfer Neymar untuk mencari pemain pengganti yang sepadan.

Pilihan jatuh pada Winger muda asal Perancis, Ousmane Dembele. Ernesto Valverde harus membujuk petinggi Los Azulgrana untuk mengeluarkan dana transfer sebesar 105 juta euro untuk pemain berusia 21 tahun ini. Status Dembele sebagai pemain termahal kedua berbanding terbalik dengan penampilannya musim lalu.

Datang dari Borussia Dortmund pada 25 Agustus 2017, Ia hanya berpartisipasi dalam 23 laga dari total 59 pertandingan resmi yang dimainkan Barcelona musim lalu. Selama 2017/18 juga Ia tak sepenuhnya masuk dalam starting 11 secara reguler. Dari segi assist kinerjanya tak terlalu buruk karena Ia menciptakan satu assist tiap 141 menit.

Namun Dembele seolah lupa bahwa dia didatangkan ke Barcelona bukan hanya sekadar mencetak assist. Melainkan menjadi suksesor Neymar Junior. Valverde nyaris tak pernah mengandalkannya karena cedera yang dialami Dembele. Dan saat pulih pun pelatih tak berani memporsirnya demi mengantisipasi agar cederanya tak kambuh.

Kasus Dembele inilah yang membikin Barcelona seolah trauma dalam merekrut pemain dengan harga tinggi. Mereka berdalih jika timnya telah dihuni oleh para pemain hebat. Seperti kita ketahui bersama, musim lalu Barcelona menjadi tim paling boros dalam bursa transfer sepanjang sejarahnya. Mereka menghamburkan uang yang didapat dari dana operasi transfer Neymar.

Untuk mendatangkan Dembele dan Coutinho saja memakan dana 225 juta euro. Penampilan Coutinho memang tak seburuk Dembele, namun musim ini kinerjanya perlu diperbaiki mengingat dirinya telah disiapkan sebagai suksesor Andres Iniesta.

Selain Neymar, Barcelona telah menghabiskan uang sebesar 300 juta euro untuk mencari Xavi baru. Sejak gelandang lulusan La Masia itu pergi, Barcelona tak lagi sama. Tim biru-merah-kuning ini semakin jauh dari masa keemasannya. Tak hanya soal raihan trofi, tapi juga periode hebat saat menonjol dalam gaya main. Klub telah mencari pengganti legenda sekaligus orkestrator tiki-taka tersebut sejak 2014 namun hasilnya sia-sia.

Magis Lionel Messi yang ditopang permainan Andres Iniesta sedikit menyamarkan perubahan gaya permainan Barca. Ivan Rakitic menjadi orang pertama yang diplot sebagai penggantinya, namun setelah ditelaah gelandang Kroasia itu hanya sekadar mengisi kekosongan yang ditinggal Xavi di starting 11 saja, sebab karakteristik keduanya sangat berbeda.

Mereka telah menghabiskan hampir 300 juta euro atau tepatnya 265.25 juta euro (sekitar Rp. 4,6 triliun) untuk empat pemain dalam tiga musim terakhir. Mulai Arda Turan, Andre Gomes, Denis Suarez, Paulinho Bazzerra, Philipe Coutinho, hingga yang terbaru Arthur Melo. Dua nama awal jadi rekrutan yang mengecewakan, Turan dan Gomes bahkan tak bisa menampilkan performa standar seperti di klub sebelumnya.

Duo Brazil, Paulinho dan Coutinho menjadi rekrutan dengan kinerja terbaik. Namun lagi-lagi keduanya bukanlah gelandang yang berkarakteristik seperti Xavi. Sementara Denis hanya terus menunggu kepercayaan diri dan kestabilan nya meningkat, sebuah hal yang mungkin takkan pernah diperolehnya.

Dari dua kasus Barcelona itu, agaknya Madrid perlu menyiasati. Bahwa mencari suksesor pemain yang berstatus sebagai megabintang memang tak mudah. Alih-alih bisa menikmati keuntungan proses bisnis dari laba penjualan, mereka harus berpikir keras untuk mencari pengganti yang sepadan.

Skenario Julen Lopetegui

Sepeninggal Zinedine Zidane, kursi pelatih Los Blancos diduduki oleh Julen Lopetegui. Eks pelatih Timnas Spanyol itu memiliki karakter permainan berbeda dari pelatih-pelatih sebelumnya. Pelatih berusia 51 tahun ini lebih menekankan proses terjadinya gol dan tidak bergantung pada siapa yang mencetak gol. Selain itu, ia juga gemar memercayai para pemain muda.

Hal tersebut membuat opsi Madrid dalam memecah persoalan suksesor Ronaldo ini kian banyak. Selain menimang kebutuhan merekrut penyerang tengah atau pemain haus gol plus penyerang sayap. Lopetegui bisa memberdayakan SDM yang ada. Sejauh ini Madrid telah merekrut empat pemain dan kesemua rekrutan tersebut masih hijau.

Rodrigo (Santos), Lunin (Zorya Luhansk), Odrizola (Sociedad), dan pemain yang paling memukau dalam sepuluh hari pramusim: Vinicius Junior. Pemain 18 tahun yang direkrut dari CR Flamengo itu mensejajarkan diri dengan para pendahulunya sebagai pemain Los Blancos yang tiba di usia 18 tahun dan memiliki prospek atau mampu berkembang.

Jika performanya konsisten bahkan berkembang, namanya bisa disejajarkan dengan Manolo Sanchis, Raul Gonzales, Marcelo Vieira, dan Raphael Varane. Salah satu rintangan terbesar penyerang serba bisa ini adalah menghilangkan kebiasaan buruk khas pemain Brasil: memainkan bola terlalu lama hingga menyimpang dari taktik tim.

Meskipun permainannya masih jauh dari Ronaldo. Setidaknya Vinicius merupakan opsi paling akhir setelah Hazard, Cavani, dan Icardi sebagai penutup lubang di trisula BBC (Bale, Benzema, Cristiano). Disamping upaya Lopetegui menguji  trio baru BBV (Bale, Benzema, dan Vinicius) Dilini depan los Blancos  dalam beberapa laga uji tanding di Amerika, apakah ideal atau tidak. Florentino Perez pun tak berhenti mengupayakan bintang baru di bursa transfer.

Kebutuhan penyerang sayap membuat opsi rekrutan terfokus pada Hazard namun biaya transfer masih menjadi masalah. Chelsea kabarnya meminta 200 juta euro setelah Hazard masuk nomine pemain terbaik FIFA (The Best FIFA). Angka tersebut jauh dari tawaran Florentino Perez yang mengajukan 130 juta euro.

Karena tingginya harga itulah yang membuat Madrid seolah berpaling ke pemain lain seperti Icardi dan Cavani. Tetapi, dengan anggaran yang terkesan tanpa batas bukan mustahil juara bertahan Liga Champions itu berani mengambil Hazard plus Cavani/Icardi sekaligus. Selebihnya, andai upaya sang presiden gagal, agaknya Julen Lopetegui tak akan keberatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun