Gelora Delta Sidoarjo kembali dibuat bergemuruh untuk yang ketiga kalinya oleh Witan Sulaiman cs. Setelah sebelumnya Timnas Indonesia U-19 berhasil menundukan Laos U-19 dengan skor tipis 1-0, menghajar Singapura U-19 empat gol tanpa balas, kini Filipina U-19 menjadi korban terakhir Garuda Nusantara di AFF U-19 2018 ini.
Serangan Timnas U-19 yang dimotori Todd Ferre dan Syahrian Abimanyu ini sebenarnya tidak selalu berjalan mulus. Mereka sempat mengalami kemandekan saat membobol gawang anak asuh pelatih Chusak Sriphum di laga pembuka AFF U-19 2018 ini. Hanis Saghara yang di plot sebagai ujung tombak nyaris tidak diberikan ruang gerak sedikitpun. Laos menerapkan strategi bertahan total, sehingga Garuda Nusantara hanya bisa unggul sebiji gol yang tercipta dari kaki kanan Witan Sulaiman.
Berbeda dengan pertandingan kedua saat menghadapi Singapura, tim tamu memeragakan sepakbola terbuka. Hal tersebut memudahkan para pemain Indonesia untuk membongkar pertahanan lawan. Alhasil, dari laga ini mereka mampu unggul empat gol tanpa balas melalui dua gol Rafli Mursalim, Todd Ferre, dan Saddil Ramdani.
Masalah yang lebih pelik kembali menghimpit pasukan Garuda saat meladeni perlawanan ketat Filipina. Di laga ini memang pelatih Indra Sjafri tidak menurunkan starting eleven terbaiknya. Todd Ferre, Saddil Ramdani, Abimanyu, Hanis Saghara, Asnawi Mangkualam, dan lainnya disimpan di bangku cadangan, sehingga dimenit ke-30 gawang yang dijaga kiper Riyandi dari Barito Putra jebol lewat tendangan bebas Chester Gio.
Tekanan tak berhenti sampai disitu, zona defense tim Filipina cukup membuat Indonesia kehilangan akal disisa babak pertama. Counter attack yang diperagakan Timnas U-19 tidak berjalan seperti biasanya.Â
Transisi dari bertahan ke menyerang dirasa terlalu kikuk dan lamban sehingga memudahkan pemain lawan bertransisi dari menyerang ke bertahan, hal tersebut disiasati oleh Indra Sjafri untuk memasukan pemain yang lebih cepat dalam menyerang seperti Todd Ferre, Saddil Ramdani, plus Abimanyu.
Namun problem utama tim ini yakni final pass dan finishing touch berhasil menunda gol tim ini setidaknya hingga menit ke-80. Ketiadaan Egy Maulana Vikri memang memengaruhi daya gedor Timnas U-19, tidak adanya sosok yang liar dikotak penalti macam Egy membuat tim ini hampir tersendat keran golnya. Selain itu, minimnya sosok Muchlis Hadi Ning dan Dimas Drajat yang dimiliki Indra Sjafri di era sebelumnya juga sangat terasa.
Meskipun kini Indra punya striker dingin yang Ia temukan di Liga Santri 2017, Rafli Mursalim. Hal itu tidak menjamin PR eks pelatih Bali United itu selesai. Rafli yang sudah mengemas dua gol di AFF U-19 2018 ini masih kesulitan menciptakan peluang mengingat support dari rekan-rekan nya di lini tengah dan sayap dianggap kurang memadai.
Sebagai catatan, Abimanyu sebagai metronom di lini tengah jarang melancarkan umpan terobosan yang memanjakan Rafli maupun Saghara. Pun dengan para pemain sayap macam Saddil dan Witan mereka masih asyik mempertontonkan skill dan kecepatannya sampai lupa menyodorkan umpan manis ke kotak penalti.
Sejauh ini 75 persen gol Indonesia tercipta tidak lain adalah hasil dari akselerasi individu dan tendangan jarak jauh. Belum ada skema serangan yang terkoneksi seperti Evan Dimas-Maldini Pali-Muchlis Hadi Ning yang mengisi tim juara AFF U-19 2013 lalu. Coach Indra pun seolah masih meraba-raba soal komposisi pemain, pakem starting eleven masih belum tercipta dan selalu ada rotasi di setiap pertandingan nya.
Masuk akal jika coach Indra melakukan rotasi besar-besaran di setiap pertandingan mengingat lawan yang dihadapi pun level nya mengerucut dari mudah ke sulit. Kemungkinan Indra Sjafri memasang tim inti saat menghadapi dua pertandingan sisa yakni melawan Vietnam dan Thailand.