Aksi selanjutnya datang dari London, Inggris. Ketika Timnas Inggris melakoni friendly match melawan Timnas Jerman di Signal Iduna Park. Rabu, (22/3/2017). Baku tembak terjadi di Jembatan Westmeinster, tak jauh dari gedung parlemen Inggris. Beberapa waktu kemudian atau 20 hari setelah aksi teror di London. Aksi dengan modus serupa seperti penembakan bus Timnas Togo kembali terulang.
Pada Rabu Dinihari (12/04/2017), bus dari tim Borussia Dortmund terkena ledakan. Satu orang terluka, adalah Marc Bartra bek Borussia Dortmund yang dilarikan ke rumah sakit. Hal demikian membuat pihak UEFA mengambil sikap untuk menunda laga Dortmund vs AS Monaco yang sedianya akan digelar pada pukul 18.45 waktu setempat atau 23.45 WIB.
Beberapa bulan kemudian, aksi teror berlangsung di kawasan Las Ramblas, Barcelona. Sebuah mobil Van menabrak kerumunan pada Kamis (17/8/2017) waktu setempat. Pemerintah Spanyol menyatakan bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari aksi terorisme. Pemerintah Catalan mencatat, serangan tersebut memakan korban 13 orang tewas dan 50 orang luka-luka.
Terakhir tentu masih segar di ingatan kita, ketika bom mengguncang Jakarta. Lebih tepatnya di hotel J.W Marriot dan Ritz Carlton pada Jumat (17/07/09). Akibat serangan tersebut klub Manchester United yang diagendakan akan menghadapi Indonesian All Stars di Stadion GBK Senin (20/7) batal digelar. Meskipun bom atau teror bentuk lain yang disebutkan diatas belum pasti menyasar sepak bola sebagai target utama namun momentum aksi teror tersebut cukup mengganggu pertandingan sepak bola secara utuh.
Keramaian adalah tempat strategis bagi pelaku teror melancarkan aksinya. Dengan tujuan yang sama, yaitu membuat masyarakat ketakutan dengan suasana mencekam yang telah diciptakannya. Jadi tak ada rumus sepak bola bebas dari aksi teror. Dan kita sepakat bahwa Bonek yang notabene merupakan warga Surabaya pun merasakan kondisi demikian meskipun tagar #KamiTidakTakut beredar di sosial media. Rasa kegelisahan akan tetap ada menyaksikan kota kelahirannya diberondong bom selama dua hari berturut-turut.
Gelisah yang sebenar-benarnya rasa gelisah. Bukan gelisah tidak bisa menyaksikan tim kesayangannya, Persebaya Surabaya yang gagal bertarung sabtu ini. Kecewa bukan karena kecewa tidak bisa menjamu sahabat bernama Viking/Bobotoh. Dalam situasi seperti ini sepakbola pada umumnya wajib dipinggirkan barang sebentar, dan Persebaya secara khusus tidak penting lagi untuk sementara waktu.
Warga Surabaya wajib menanggalkan atribut ke-bonek-annya sementara waktu. Ada kondisi yang lebih penting dari berbicara Persebaya hari ini: melawan teror dengan cara tetap waspada. Seperti yang pernah Lee Dixon ucapkan, salah satu legenda Arsenal. "Sepak bola tidak penting untuk saat-saat seperti ini", dikutip Daily Mail.
Kita lupakan sejenak laga tunda Persebaya vs Persib sabtu ini. Selebihnya Bonek memerankan sebagai warga yang baik supaya tidak takut dengan aksi teror namun senantiasa agar tetap waspada. Bajul Ijo sabtu ini tidak penting asalkan Bonek dan kota Surabaya bisa lekas kondusif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H