Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bisakah Pelita Bandung Raya Hidup Kembali?

18 April 2018   13:48 Diperbarui: 19 April 2018   09:57 6825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Derby yang mempertemukan PBR dengan Persib memang masih bisa diakses via derby Pasundan. Namun nilai historisnya seolah hilang. PBR saat itu bukan lagi PBR yang bermarkas di Si Jalak Harupat atau berlatih di Siliwangi. Setengah PBR dimilikki warga Bekasi, dan setengahnya lagi oleh warga Bandung. Namun, karena Bandung sudah memiliki Persib. Maka seolah-olah warga Bandung tidak berlarut-larut dalam sengketa klub PBR ini.

Dari sinilah senjakala tim PBR kian terlihat. Fanbase yang didapatnya di Kota Kembang mulai meninggalkan kecintaannya terhadap PBR yang di musim sebelumnya mampu membuat kejutan sebagai semifinalis. Kemudian di musim 2015, musim dimana mereka berpindah ke Bekasi diliputi pelbagai permasalahan. Terutama masalah finansial. Menjelang Liga musim baru dimulai, tersebar isu PBR bubar.

Ari D Sutedi sebagai pemilik klub akhirnya menyerah. Pada 10 Januari 2016, pemilik mayoritas saham PBR itu menjual klubnya ke Achsanul Qosassi dan kemudian nama PBR benar-benar hilang setelah tim ini berpindah homebase ke Stadion Bangkalan Madura.

Bisakah PBR Hidup Kembali?

Nafas Bandung Raya tidak lepas dari merger ke merger atau juga pindah homebase. Dengan cara itulah mereka bisa bertahan hidup sebagai klub kompetisi level atas. Bukan saja saat mereka merger dengan Pelita. Namun tradisi merger Bandung Raya sudah ada sejak kompetisi perserikatan berlangsung. Zaman di mana Peri Sandria mencetak rekor gol terbanyak sepanjang masa dengan 34 golnya dalam semusim liga.

Sejak 1994, Bandung Raya beredar di Liga Indonesia yang merupakan penggabungan kompetisi dari Galatama dan Perserikatan. Bersama pelatih Henk Wullems Bandung Raya menjadi klub yang disegani lawannya. Terbukti di musim 1995/96 mereka mampu mengangkat trofi juara Liga.

Kemudian di musim selanjutnya, Dejan Gluscevic dan kolega berhasil kembali menembus grand final namun sayang mereka kalah oleh Persebaya. Tidak hanya prestasi secara tim, Henk Wullem bersama Bandung Raya menelurkan pemain besar. Peri Sandria, Herry Kiswanto,Olinga Atangana, Dejan Gluscevic, Nuralim, Adjat Sudrajat, dan lainnya.

Dengan begitu prestasi individu pemain pun mengiringi perjalanan sukses Bandung Raya dimasanya. Jika prestasi individu Dejan Glusveic yang meraih golden boot musim 1995/96 menghasilkan gelar juara bagi Bandung Raya. Lain hal dengan Peri Sandria, Ia mencetak rekor gol sepanjang masa yang beberapa waktu lalu dipecahkan oleh Sylviano Comvalius.

Singkat cerita, setelah musim yang manis kas Bandung Raya mengalami defisit. Hal tersebut membuat mereka harus merger dengan Mastrans singkatan dari Masyarakat Transportasi. Dengan demikian klub berganti nama menjadi Mastrans Bandung Raya (MBR) demi bertahan hidup di sepakbola nasional level satu.

Sebuah ironi tersendiri. Klub dengan potensi besar harus bertahan hidup dengan cara seperti itu. Mengubah nama klub sampai menjadi klub musafir yang berganti-ganti homebase. PBR dan MBR adalah kesamaan. Kita seperti dibuat deja vu oleh hilangnya tim Bandung Raya di kasta tertinggi untuk kedua kalinya, baik MBR maupun PBR mati dengan cara serupa: krisis finansial.

Adapun perbedaannya hanya terletak di prestasi saja. Jika MBR meraih satu gelar Ligina dan sekali runner up Ligina, prestasi terbaik PBR adalah semifinalis Liga di ISL 2014. Meski begitu, PBR sedang dalam tahap berprogres menjadi tim kuat. Sayang, mereka hanya diberi nafas sebentar saja untuk mencicipi Liga Utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun