Musim ini Bepe kembali dijadikan sebagai alternatif kedua oleh pelatih Stefano Cugurra alias Teco. Ia menjadi pelapis Marko Simic yang dijadikan target man tim ini.
Hanya tersedia waktu 10-20 menit bagi Bepe untuk bisa berkontribusi di lapangan. Bahkan ketika Persija berlaga di turnamen Boost Sports Super Fix 2018 di Malaysia, Bepe kerap masuk di akhir babak kedua saat laga menyisakan durasi waktu 10 menit terakhir.
Khususnya ketika laga melawan Kelantan FA, seolah publik sepakbola Malaysia berharap dan menanti agar Bepe bisa dimasukan lebih cepat untuk sekadar bernostalgia sekaligus membayar kerinduan terhadap salah satu bomber gaek yang pernah ditakuti di Liga Malaysia musim 2005.
Sayang, Teco memasukan Bepe di menit ke-80. Tak berselang lama aksi Ferdinan Sinaga yang bermain untuk Kelantan FA di kotak penalti dihentikan secara ceroboh oleh Vava Yagalo. Bruno Lopes eks striker Persija musim lalu sukses mengeksekusi tendangan 12 pas dan membuat Persija kalah 1-0.
Selepas laga berakhir kiper Kelantan FA, Khoirul Fahmi, yang tak lain merupakan anggota Timnas Malaysia langsung membuka diskusi dengan Bepe, terlihat dari mimik wajah keduanya mereka tengah bernostalgia dengan bahasa Melayu.
Kita tahu, berpengharapan agar Bepe tampil 90 menit adalah hal yang nyaris mustahil. Usianya yang menginjak angka 36 membuatnya harus memulai semuanya dari bangku cadangan. Itupun porsinya hanya 10 menitan.
Teco seperti memiliki strategi khusus, saat memasukan Bepe, selain mengistirahatkan tenaga Marko Simic, ia juga ingin membayar kerinduan beberapa orang terhadap Bepe dilapangan. Strategi yang setidaknya dapat membuat Jakmania bernostalgia dengan kejayaan masa lalu.
Tak bisa dipungkiri setiap Persija berlaga, detik demi detik yang berlalu adalah menunggu Bepe masuk ke lapangan. Sesungguhnya melihat Bepe masuk ke lapangan ketika pertandingan segera usai adalah seperti membuka buku lama, merawat ingatan.
Tanpa peduli Bepe sendiri tak bisa berbuat banyak di lapangan. Namun di pertandingan melawan PSPS Riau Bepe bisa menampilkan skill yang tersisa yang dia punya. Dengan menit bermain yang lebih, sekitar 20 menit, ia mampu menampilkan aksi ciamik yang sudah lama sekali tidak kami lihat. Mencetak gol dengan mekanisme mengontrol bola dengan dada, kemudian saat bola jatuh ke tanah Bepe langsung mengeksekusinya dengan tenang dan menemui sasaran.
Menit 86, ia tidak berekspresi setelah melakukan hal tersebut (mencetak gol). Padahal ada kerinduan lain yang kami pendam, adalah selebrasi khas Bepe. Mencetak gol bagian dari bonus penantian kami atas kehadiran Bepe di lapangan.
Karena sejatinya, kami hanya menanti dirinya hadir di lapangan. Ada kata 'kami' yang meminta penjelasan. Kenapa kami? Karena saya yakin, tidak hanya penulis yang merasakan hal ini: menonton Persija Jakarta hanya untuk menunggu Bepe main. Banyak Jakmania bahkan pecinta sepakbola tanah air yang melakukan hal serupa di luar sana.