Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Klub Profesional yang Enggan Ideal

5 November 2017   20:39 Diperbarui: 6 November 2017   00:24 2287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Bolasport.com

Awal musim ini, Djanur menginginkan Rizky Ripora dan Konate Makan serta beberapa pemain yang pernah mengukir kejayaan bersamanya di musim sebelumnya. Namun, yang datang adalah Rafael Maitimo, Carlton Cole, hingga Michael Essien. Tiga nama tersebut sudah jelas tidak masuk dalam rencana Djanur untuk musim ini. 

Dari kacamata seorang awam pun, keberadaan Maitimo dan Essien yang notabene berposisi di lini tengah dianggap mubazir mengingat di posisi tersebut Persib sudah penuh. 

Pada akhirnya, Djanur hanya mampu menggunakan separuh kuasa-nya dalam merekrut pemain dengan mengembalikan Jufriyanto, Supardi, Vujovic, dan Dedi Kusnandar. Lalu siapa yang menginginkan mereka? Sebuah pertanyaan yang jawabannya pasti sama, kita (bobotoh dan penulis) sudah tahu sama tahu.

Wajar saja, jika Persib tidak maksimal musim ini. Seharusnya Coach Djanur lebih memilih mundur sebelum kompetisi di mulai namun rasa cinta-nya mengalahkan segala keruwetan/carut-marut yang ada di kursi manajemen menyoal intervensi ini. Dan seorang legenda macam Djanur pun pada akhirnya akan kehilangan rasa cinta-nya setelah bobotoh menginginkannya mundur dari kursi pelatih dengan segala cara, seolah hanya pelatih yang patut disalahkan, seolah hanya seorang Djanur yang berdosa waktu itu.

Sedikit lebih jauh kebelakang, Dejan Antonic yang memiliki lisensi kepelatihan UEFA Pro pun pada akhirnya mengalami nasib serupa sebagaimana yang dialami seorang legenda bernama Djanur tadi. Bahkan, Dejan yang kualitas lisensi-nya lebih baik dari pelatih-pelatih sebelumnya yang pernah menangani Persib, pernah beberapa kali bersuara mengenai intervensi dari manajemen.

Saat itu, Dejan hanya bisa menggunakan kekuasaannya sebesar 50% dalam merekrut pemain yang masuk dalam rencana strateginya. Hanya eks pemain Pelita Bandung Raya yang pernah berkobar bersamanya semacam Rahmad Hidayat, David Laly, Kim Kurniawan, hingga Hermawan yang bisa Ia masukan ke dalam perencanaan. Selebihnya, manajemen seolah menggunakan hak-nya sebagai assistan pelatih!

Musim ini belum berganti, namun manajer lebih lantang bersuara siapa-siapa saja pemain yang layak dipertahankan atau tidak. Seharusnya, berbicara ideal, manajer perlu membicarakan pelatih terlebih dahulu. Tidak elok rasanya menaikan penumpang ke dalam bus tanpa tahu supir yang membawa bus tersebut mau kemana, semua akan salah arah/nyasar. Sama halnya seperti kesalah-kaprah merekrut pemain tanpa kehendak pelatih!

Intervensi tidak hanya berhenti sampai disitu, bagaimana saat menentukan pergantian pemain pun manajer berinisial "U.M" ini kerap menggerecoki pelatih. Keberadaan U.M di bench membuat pelatih kepala tidak bebas mengalirkan ide-nya. Bagaimana Coach Herjos (Herrie Jose Setiawan) kadang harus memutar otaknya saat ingin melakukan pergantian. 

Herjos selalu dihadapkan dalam pilihan sulit, antara menuruti perintah atasan atau menuruti kehendaknya sendiri. Tak jarang melalui kamera di televisi Herjos lebih memilih berdiskusi dengan manajer ketimbang assisten-nya sendiri macam Sutiono Lamso, Anwar Sanusi, atau Yaya Sunarya. Juga Emral Abus, pelatih senior ini untuk apa dikontrak jika kuasanya di rampas?

Keberadaan manajer di bench pemain merupakan masalah klasik dan cukup berkaitan dengan topik yang akan dibicarakan selanjutnya (Orang-orang yang duduk di bench). Selain manajer, bisa kita saksikan secara seksama bagaimana para petinggi klub selalu rela berdesakan di bench bersama pelatih, pemain, dan official. Bahkan salah satu petinggi rela jabatan-nya dialihfungsikan menjadi kitman dalam DSP (Daftar Susunan Pemain) klub hanya demi bisa duduk di bench. 

Hal demikian bukanlah merupakan aksi heroik yang perlu diacungi jempol karena para pejabat tersebut mengira bahwa dirinya merakyat atau mencintai Persib secara total!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun