Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola yang Menuntut Kesempurnaan

24 Oktober 2017   08:51 Diperbarui: 25 Oktober 2017   09:41 3566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk menggapai kata ideal, kita kembalikan ke program latihan yang baik. Coba tanyakan kepada Antonio Conte tentang sepak bola yang sesungguhnya, atau Jose Mourinho dan Pep Guardiola. Defence yang kuat, passing power, dan ball possession saja tidak cukup untuk memenangkan pertandingan. Sepak bola itu memang sederhana, akan tetapi memahami kesederhanaan itu yang sulit.

Benar apa yang dikatakan oleh mendiang Johan Cruyff "Sepakbola itu sederhana, namun hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah memainkan sepakbola yang sederhana", saat menjadi penonton persepsi kita berbeda dengan saat berada di tactical area (baca: area teknik). Semua yang terlihat sederhana dari tribun/layar kaca akan menjadi rumit jika dilihat di bench/tactical area.

Semua yang telah dipersiapkan dalam latihan kadang tidak sesuai dengan implementasinya. Sepak bola dalam hal ini menuntut kita sebagai pemain maupun pelatih untuk berimprovisasi. Karena sepak bola itu tidak sederhana melainkan situasional.

Dari turnamen ke turnamen akhirnya saya menemukan kata "perfeksionis" atau kesempurnaan. Ya, perfeksionis. Sepak bola selalu menuntut perfeksionis. Segala kata situasional, improvisasi, dan ideal bisa diwakili oleh kata tersebut. Program latihan yang perfeksionis, intruksi yang perfeksionis, dan permainan yang perfeksionis.

Pertama program latihan yang perfeksionis, dalam merancang program latihan kita tentu harus se-perfek mungkin, tidak hanya asupan materi passing/sekadar ball possession. Finishing touch, shooting, stop ball, keeping ball, dan segala hal terkecil lain pun wajib diperhatikan. Namun, masalahnya jarak antara satu turnamen ke turnamen lainnya selalu berdekatan, tuntutan perfeksionis diatas agaknya menemui kendala berarti. Maka dari itu, pelatih bisa berlindung dibalik kata "progress" yang mewakili pembinaan sepakbola usia dini yang sesungguhnya. Meskipun, harus kehilangan blok dua: target gelar juara.

Kedua intruksi yang perfeksionis, saat training session atau lebih khususnya lagi saat pertandingan pelatih harus memberikan intruksi yang efektif. Sederhana tapi bisa dipahami betul oleh pemain. Mengingat, ini masih ranah usia dini, ada pendekatan khusus dalam memberikan intruksi. Kita tidak bisa bicara to the point atau juga menggunakan bahasa tubuh untuk memberi intruksi.

Apalagi di kelompok usia 8-10 tahun, tatkala memberi intruksi kita harus banyak beranalogi. Contohnya, saat memberikan intruksi pressing: "Kalo mainan kita direbut orang, kita bakalan diem atau merebtunya kembali?" lalu kita menjelaskan kembali bahwa di sepak bola juga sama, ketika bola yang kita kuasai direbut lawan kita harus cepat merebutnya kembali.

dok.pribadi
dok.pribadi
Atau saat memberi intruksi passing: "Kalo kita punya temen terus dia minta, kamu bakal ngasih atau nggak? Kita harus berbagi kan" lantas kita menjelaskannya kembali, di sepak bola juga sama, saat rekan satu tim kita minta bola kamu bakal ngasih atau tidak? Kan sepak bola itu olahraga tim jadi kita harus berbagi bola yah. Jadi, ada hal-hal yang membuat kita harus pandai memahami untuk masuk ke dunia mereka.

Penulis pernah mengasuh tim sepak bola putri dan jika saja waktu itu saya masih menggunakan pendekatan yang sama seperti melatih di SSB saya pastikan tidak akan efektif karena wanita di fase puber atau remaja cenderung baperan. Saat melatih kelincahan tanpa bola dengan cones misalnya, anggap saja cones yang berjajar ini mantan kalian dan marker di ujung sana gebetan kalian. Kejar masa depan, tinggalkan masa lalu. Ayo sprint!

dok.pribadi
dok.pribadi
Ketiga, permainan yang perfeksionis, pola permainan adalah output daripada program latihan yang perfeksionis dan intruksi yang perfeksionis. Saat kita merasa program latihan sudah perfeksionis, ada hal lain yang perlu diperhatikan saat di lapangan. Adalah mentalitas, bagaimana cara mengelola mentalitas tim dengan intruksi yang perfeksionis tadi.

Dalam tiga hal yang menuntut perfeksionis ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa cara penyampaian si pelatih cenderung menjadi kunci sukses sebuah tim. Bagaimana si pelatih menyampaikan program latihan, karena sebagus-bagusnya program latihan adalah yang bisa dipahami secara luwes oleh pemain dan tim secara keseluruhan. Artinya, cara menyampaikan program latihan yang perlu digaris bawahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun