Salah satunya adalah Coach Timo S. Scheuneman. Tapi itu hanya buku kurikulum pelatihan yang bukan merupakan ideologi sepakbola bangsa ini. Kini, kabarnya pelatih kawakan Danurwindo tengah menyusun gaya sepakbola apa yang cocok untuk Indonesia. Ia menamakan filosofi sepakbola kita dengan nama "Indonesian Way".Â
Kita tunggu saja dan semoga diakui kemudian diterapkan lalu menghasilkan prestasi. Kedua, pembinaan pelatih yang masih kurang. Berapa banyak pelatih berlisensi di tanah air? Tentunya masih kalah jumlah jika dibandingkan dengan Italia, Spanyol. Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, bahkan Thailand, atau Malaysia. Bagaimana potensi di akar rumput bisa dipoles dengan baik jika pelatih saja masih kurang? Seperti sebuah masalah klasik, Indonesia itu negeri kaya dalam segala aspek akan tetapi kita tidak bisa mengolah kekayaan tersebut dengan baik. Dalam hal ini pun sebenarnya kita bukan kekurangan pemain potensial melainkan kita minim SDM dalam melatih.Â
Di SSB saya hanya ada satu pelatih saja yang mendapat kesempatan untuk mengambil kursus kepelatihan lisensi D, yang dimana lisensi D nasional merupakan pegangan awal bagi pelatih supaya bisa melatih di SSB/PS. Itu pun dengan uang pribadi. Dimana peran elit? Ada baiknya petinggi di sepakbola tanah air mulai memerhatikan ini. Sepakbola nasional yang mulai bergerak menuju industri harus meluangkan waktunya untuk memikirkan peran pelatih-pelatih yang belum memiliki lisensi.Â
To the point saja, bagaimana jika PSSI membuat program baru yaitu menciptakan pelatih berlisensi sebanyak mungkin. Dengan catatan di fasilitasi tentunya. Selain bisa digunakan sebagai landasan dasar hukum bagi pelatih-pelatih SSB/PS, hal demikian bisa dijadikan peningkatan kualitas SDM. Kursus pelatih kalau harus menggunakan dana pribadi rasanya berat sekali. Jujur saja.Â
Intinya, pembinaan itu bukan soal pembinaan pemain saja. Harus menyeluruh tentunya. Jangan sampai terus-terusan ada teriakan: Kami Juga Butuh Pembinaan! Kata kami disana mencakup banyak pihak. Pemain, pelatih, perangkat pertandingan, dan kalau perlu pengurus juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H