Musim ini belum sepenuhnya berakhir. Bahkan, dari nama klub terakhir yang tertera dalam judul tulisan ini mereka baru saja memulai kompetisi di kancah domestik Nusantara. Berbicara kejutan di sepakbola hari ini, kisah heroik Leicester City yang berhasil mengejutkan pelbagai pihak dengan keluar menjadi yang terbaik di Liga Primer Inggris musim 2015/16 dan Timnas Portugal yang menjuarai Piala Eropa edisi Perancis lalu masih belum bisa ditandingi oleh tim manapun.
Disepanjang kompetisi musim ini 2016/17 belum ada kejutan yang mampu mengimbangi kisah Cinderella-nya Claudio Ranieri di King Power atau Cristiano Ronaldo cs di Timnas Seleccao. Namun, sedikitnya, ada yang memberi kejutan itu. Ya, walaupun hanya sedikit.
Tim yang paling menarik atensi masyarakat sepakbola Eropa dan sekitarnya adalah keperkasaan tim yang dilatih oleh Leonardo Jardim, AS Monaco. Mereka berhasil menembus babak 8 besar Liga Champions sebelum akhirnya di kandaskan oleh Juventus.
Dengan perpaduan Radamel Falcao dan pemain alakadarnya, Jardim membentuk tim ini menjadi sebuah regu yang kompak. Tak heran jika Kylian Mbappe, Thomas Lemar, Bernando Silva diperebutkan oleh klub elit Eropa. Kabar terakhir, Real Madrid menyodorkan tawaran 120 juta euro atau 1,8 triliun rupiah kepada Kylian Mbappe. Perfom daripada Mbappe musim ini memang terbilang mengesankan, Di Ligue One, hanya dari 28 laga, winger 18 tahun itu mengemas 15 gol dan delapan assist. Jika ditotal dari semua ajang, Mbappe mencetak 26 gol.
Les Rouges et Blancs tidak saja fantastis dalam menggebrak Liga Champions. Setelah memastikan diri keluar sebagai juara baru di Liga Perancis sekaligus memutus dominasi PSG. Tim arahan Leonardo Jardim ini mencatatkan rekor demi rekor. Total gol yang dikumpulkan Monaco mencapai 107 gol, itu berarti mereka hanya kalah dari Stade De Reims (109) dan RC Paris (118) yang dibuat pada musim 1959/60. Monaco menduduki peringkat ketiga sebagai tim terproduktif sepanjang sejarah.
Belum lagi jumlah kemenangan yang dicatatkan Falcao cs yang mencapai 30 laga, rekor tersebut menyamai catatan PSG saat menjuarai Ligue 1 pada 2015/16. Sedangkan mengacu pada jumlah poin mereka hanya terpaut satu poin dari torehan PSG (96 poin) musim lalu. Rekor tidak berhenti sampai disitu, yang paling anyar adalah mereka melewati catatan tanpa kekalahan Bordeaux dalam 11 laga yang dibuat pada musim kompetisi 2008/09.
Monaco kemungkinan besar masih bisa mempertajam rekor-rekor di Ligue 1 jika komposisi skuad tidak berubah di sisa laga musim ini. Siapa yang menyangka Radamel Falcao yang tidak berfungsi di Chelsea bisa bangkit bersama para pemain muda AS Monaco di Ligue 1 dan Liga Champions?
Dari Perancis kita beralih menuju kompetisi monoton di Italia. Mengapa dikatakan monoton? Karena disini yang juara hanya itu-itu saja (baca; Juventus). Namun, siapa yang mengira bakal ada kejutan menarik yang mengacak-acak peta kekuatan big four Seri A? Adalah tim asuhan Gian Piero Gasperini yang melakukannya. Atalanta berhasil mengamankan tiket ke Eropa. Belum lagi, para pemain muda yang jadi sasaran mercato klub kaya.
Mattia Caldara, Andrea Petagna, Franck Kessie, Alejandro Gomez, dan Andrea Conti tidak pernah lepas dari bidikan negosiasi bursa transfer para klub elit Eropa. Semua berkat hasil impresif Atalanta merebut posisi kelima Seri A. Hal tersebut memaksa Internazionale Milan dan Fiorentina yang notabene lebih diunggulkan untuk tidak pergi ke Eropa musim depan.
Setelah Mattia Caldara dibajak Juve, agaknya Atalanta perlu berhati-hati terhadap beberapa pemain andalannya termasuk sumber gol bernama Alejandro Gomez yang mulai digoda klub-klub elit. Pun dengan Andrea Conti dan Franck Kessie. Sassuolo perlu dijadikan cermin bagi manajemen Atalanta. Dengan menjual pemain, bukanlah pilihan tepat untuk mengarungi kompetisi Liga Eropa musim depan, yang ada mereka harus menambah pemain berpengalaman yang punya kualitas mumpuni.
Sedikitnya, kehadiran pelatih Gian Piero Gasperini di Bergamo dapat memunculkan kejutan bagi kompetisi sepakbola di negeri piza. Siapa sangka kombinasi pemain muda dengan pemain alakadarnya bisa mengkudeta posisi lima besar ditengah himpitan investasi Tiongkok pula (baca: kekuatan AC Milan dan Internazionale).
Dari Italia kita transit sejenak ke Jerman, di Bundesliga ada klub dari Jerman Timur yang mulai menggeliat kembali, Ia adalah RasenBallsport Leipzig. Kejutan besar di Liga yang dikuasai Bayern Munchen ini tak lepas dari inkonsistensi Borussia Dortmund. Biasanya kita melihat klasemen akhir Bundesliga dengan hirearki seperti ini: di peringkat 1-2 selalu mutlak ditempati oleh Munchen atau Dortmund. Namun musim ini, yang mengiringi Arjen Robben cs sebagai jawara liga adalah RB Leipzig. Mereka duduk di urutan kedua klasemen akhir Bundesliga.
RB Leipzig dibicarakan karena mereka merupakan klub promosi yang mampu menggebrak langsung ke papan atas. Ada beberapa opini yang menyebut bahwa kebangkitan Leipzig merupakan cikal bakal bangkitnya sepakbola Jerman Timur. Menyoal sepakbola Jerman Timur berarti kita harus menarik sejarah masa lampau, konon, pembentukan federasi sepakbola Jerman (DFL) dilangsungkan di kota Leipzig, pada 28 Januari 1990.
Sejarah pun menarasikan, bahwa VfB Leipzig tercatat sebagai klub sepakbola pertama di Jerman yang berhasil menjuarai Liga Utama Jerman. Namun, selepas itu, terutama sesudah tembok berlin runtuh, angin kekuatan sepakbola berhembus ke arah Jerman Barat dan tim macam Bayern Munchen begitu mendominasi liga. Dan, seiring berjalannya waktu klub-klub dari Jerman Timur kalah saing dengan klub yang berasal dari Jerman Barat.
Namun, saat ini dengan hadirnya RB Leipzig di Bundesliga sebagai promosi yang mengejutkan tim elit Jerman Barat, bukan tidak mungkin kejayaan Jerman Timur di masa lalu bisa terulang kembali. Ataukah Leipzig hanya akan menjadi fenomena musiman tak ubahnya Leicester City? Yah, namanya juga kejutan. Wait and see, apa yang bisa dilakukan Leipzig kedepan.
Setelah transit di Liga Jerman, waktunya kita kembali ke tanah air. GT Liga 1 berjalan sedikit mengejutkan dengan adanya nama PS TNI di posisi teratas klasemen sementara, mereka berjibaku dengan PSM Makassar sebagai pemimpin dan Persib Bandung sebagai runner-up sementara. Tim yang awalnya dilatih oleh Laurent Hutton ini tampil bringas sebagaimana prajurit perang pasukan bersenjata. Tim loreng berhasil mengimbangi permainan Maung Bandung dan yang paling mengejutkan mereka membungkam Juku Eja sebagai tim kandidat juara.
Setelah mengakhiri kerjasama mengejutkan dengan Laurent Hutton, tim Loreng di arsiteki oleh eks pelatih Tim Nasional Indonesia, Ivan Venkov Kolev. Prajurit TNI aktif disulap menjadi pemain dengan teknik olah bola yang berkualitas, macam Gustur Cahyo Putro, Erwin Ramdani, Abduh Lestaluhu, Ravi Murdianto, Ahmad Nufaindani, pun dengan Manahati Lestusen.
Namun, kompetisi masih sangat panjang, hanya konsistensi-lah yang bisa menjawab apakah The Army akan mengejutkan tak ubahnya AS Monaco, RB Leipzig, atau Atalanta. Karena masyarakat butuh drama bernama kejutan tim non unggulan, seiring monotonnya kekuatan peta beberapa klub yang mendominasi sebuah kompetisi. Well see..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H