Bahkan, tidak sedikit pengamat yang berspekulasi sebelum gelaran turnamen Piala Asia Futsal U-20 edisi pertama ini mengenai peta kekuatan masing-masing Negara. Indonesia diprediksi hanya bisa duduk di peringkat ketiga fase grup alias tidak diunggulkan untuk lolos ke babak selanjutnya. Hal tersebut juga didukung oleh beberapa permasalahan salah satunya tim ini tidak bisa di damping oleh pelatih kepala Vic Hermans.
Namun, fakta dilapangan berbicara lain. Hitungan matematis tidaklah tepat digunakan dalam sebuah pertandingan olahraga macam futsal. Indonesia berhasil menggeser kekuatan tim elit Jepang di singgasana juara grup B sekaligus menyingkirkan tim kuat lain seperti Vietnam dan Tajikistan. Dari segi pembelajaran, saya rasa itu sudah lebih cukup melebihi dari target awal.
Kekalahan ini pun (dari Thailand) tidak perlu diratapi terlalu dalam toh data sejarah menarasikan bahwa Thailand selalu mendominasi tatkala menjamu Indonesia dari level senior maupun junior. Jika diulur lebih jauh, dari 15 pertemuan, 13 kemenangan menjadi milik Thailand. Gawang tim merah putih sudah dibobol sebanyak 84 kali, sedangkan kita hanya bisa menjebol gawang mereka (Thailand) sebanyak 30 kali saja. Terpampang selisih yang sangat jauh.
Riwayat timnas futsal senior yang lebih banyak menuai hasil minor saat berhadapan dengan Thailand di berbagai event resmi tidak bisa diperbaiki oleh juniornya sendiri. Akan tetapi, itu hanyalah sebuah catatan sejarah, dan kali ini mereka menulis sejarah yang sama: “Karena Thailand adalah Thailand, yang selalu ingin berada satu strip diatas Indonesia”. Kita akui saja catatan diatas untuk bahan evaluasi menjadi lebih baik lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H