Bahkan dalam batas tertentu, banyak yang terinspirasi kembali menggunakan pola tiga bek. Apalagi setelah ‘The Confather’- (julukan Conte) menangani Chelsea musim ini. Bagaimana bisa pelatih-pelatih yang manggung di Liga Inggris dengan waktu singkat dirundung demam pola tiga bek?
Termasuk Arsen Wenger yang mulai konsisten menampilkan pola tiga bek di Arsenal. Conte menjajah tanah Inggris dengan propaganda ‘pertahanan adalah kunci’. Kunci utama dalam membangun serangan, sekaligus kunci terakhir dalam mematikan serangan lawan. Musim pertama berujung gelar ditambah keberanian berinovasi merupakan prestasi yang terasa sempurna, apalagi Liga Primer Inggris merupakan tempat merantau para pelatih dan pemain berkelas A di dunia.
Dari segi materi pemain, Conte tak melakukan banyak perubahan. Pelatih yang sering menggebu-gebu dilapangan ini hanya merubah cara berpikir pemain, dan dapur tim. Bagaimana Diego Costa, Eden Hazard, Cesc Fabregas, Pedro Rodriguez bangkit dari tidurnya.
Sedangkan warisan yang Conte tinggalkan di Juventus jatuh ke tangan yang tepat, Massimiliano Allegri. Eks pelatih AC Milan ini sedikit diuntungkan dengan finansial yang sehat dan strategi yang sudah tertanam kuat dalam tim. Semua itu berkat Conte. Akan tetapi, asumsi yang berbunyi; mempertahankan lebih sulit daripada membangun/meraihnya, bisa dijadikan landasan pemikiran dalam menilai Juventus dibawah komando Allegri.
Banyak pemain andalan yang pergi bersamaan dengan hengkangnya Conte, Allegri memberdayakan pemain yang ada di musim pertamanya, Ia tetap bisa mempertahankan gelat juara serie A plus masuk ke final Liga Champions. Musim ini akan segera habis, dan Juve sudah dipastikan berangkat ke Cardiff, Swiss, untuk melakoni final keduanya di ajang Liga Champions disamping mempertahankan gelar beruntun di Serie A.
Kans untuk juara sangat besar. Juve kuat di semua lini, perpaduan Italia dan Amerika Latin begitu kentara di skuad Allegri. Buffon, Trio BBC (Barzagli, Bonucci, Chielini) berkombinasi dengan apik bersama Dani Alves, Alex Sandro, Paulo Dybala, finishing seharga 90 juta euro bernama Gonzalo Higuain. Madrid sedikit di poor dibelakang Juve dalam final kali ini.
Logikanya seperti ini, trio MSN (Messi, Neymar, Suarez) saja yang lebih tajam dari BBC (Bale, Benzema, Ronaldo) dibuat kikuk oleh pertahanan Juve yang mengandung kadar catenaccio itu. Inggris yang merupakan kiblat sepakbola hari ini sudah di kuasai Conte, lantas akankah Madrid yang notabene klub kuat asal Spanyol berhasil ditudukan Allegri? Jika terjadi, ini merupakan sebuah penegasan bahwa catenaccio yang sudah lama terlelap kini mulai bangkit kembali karena telah disempurnakan oleh dua pelatih itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H