Seandainya Persijatim Jakarta Timur tidak di lelang ke pihak Sriwijaya FC dan Persitara Jakarta Utara masih berada di kasta tertinggi sepakbola nasional, bukan tidak mungkin dahaga haus gelar bisa di seka dengan persaingan adu gengsi antara tim rival sekota. Masyarakat bola Ibukota bisa menghadirkan kompetisi sendiri tak ubahnya fans Manchester United dan Manchester City saat ini yang berebut tiket ke Eropa.
Agaknya bisa dipahami apa maksud dari pengandaian tersebut, walaupun tidak juara, setidaknya masih ada sepakbola yang menarik di Jakarta. Sepakbola dalam artian atmosfer sesunggunya, stadion yang dipenuhi warga ibukota untuk menghabiskan weekend. Sebuah kerinduan yang sulit ditahan, bagaimana orang-orang Jakarta itu berbondong-bondong ke stadion untuk mencari hiburan, menciptakan kemacetan buatan, sebuah kemacetan di jalanan Ibukota yang paling menyenangkan rasanya.
Ini berarti menjadi Pekerjaan Rumah bagi bakal cagub-cawagub DKI Jakarta, tak perlu beradu janji manis untuk sepakbola Jakarta. Untuk saat ini, mari kita lakukan gencatan senjata untuk memikirkan bagaimana caranya mengembalikan atmosfer sepakbola DKI seperti sediakala.
Bukan berarti artikel ini tidak memberikan respon positif terhadap tawaran janji-janji manis itu, saya bisa saja berpura-pura menyambut positif teriakan lantang saat kampanye itu. Namun, politik tetaplah politik yang tidak berkembang dan terasa begitu-gitu saja. Atas dasar itu, saya ingin menyinkronkan harapan pribadi dengan janji kampanye. Tidak perlu kemewahan, terpenting bisa mengembalikan denyut nadi sepakbola Ibukota yang selama ini mati suri. Sederhana tapi berkelas! Jika begitu, saya mendelegasikan diri sebagai masyarakat bola DKI untuk memberikan respon positif untuk percaturan politik yang sedang terjadi..
Satu Jakarta Satu. Tuntaskan!