Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bersentuhan dengan Sepakbola Grassroot Level

8 Maret 2017   18:13 Diperbarui: 19 Maret 2017   02:00 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena hari ini mereka tak perlu lagi memiliki kecemasan serupa seperti dulu. Ingin mengikuti turnamen mereka tinggal berlatih tanpa harus memikirkan jadi tidaknya mereka berangkat karena takut tidak ada uang. Kepedulian orang tua murid memang sangat membantu, akhirnya kami saling bahu membahu untuk pengembangan anak usia dini. Bagi para orang tua yang memiliki kendaraan roda empat mereka secara tersadar membantu mengangkut anak-anak ke venue turnamen, sedangkan bagi orang tua siswa yang memiliki kendaraan roda dua mereka juga ikut support dengan menanggalkan pekerjaan dan hadir di lapangan saat anaknya bertanding.

Ini menjadi hal positif bagi perkembangan anak-anak, mengingat dengan support yang luar biasa mereka akan semakin termotivasi. Namun juga ada yang perlu di garis bawahi, ada hal negatif dari dukungan orang tua ini. Tak jarang pemain jadi terlihat kolokan ketika disaksikan langsung oleh keluarga-nya. Biasanya tanpa kehadiran keluarga mereka terlihat dewasa di lapangan namun dengan adanya orang tua mereka seakan menanggung beban. Ada rasa malu yang membuat perfom mereka tidak maksimal.

Melatih anak usia dini itu seperti mendidik siswa Taman Kanak-Kanak (TK). Ada yang bilang kalau Jose Mourinho, Pep Guardiola, Djadjang Nurdjaman, dll belum tentu bisa mengajarkan teknik dasar sepak bola kepada anak-anak. Itu bedanya melatih dengan pelatih. Melatih adalah mengajarkan sepak bola, sedangkan pelatih adalah yang mengurusi pemain pro. Jadi, bisa disimpulkan jika berbicara mana yang lebih vital tentu saja pelatih usia dini merupakan ujung tombak sepak bola.

Tidak akan ada pemain macam Mesut Ozil jika tidak ada yang mengajarkan Ozil teknik dasar bermain bola. Banyak pihak yang mencoba mengusik kepedulian saya terhadap pembinaan usia dini. Dengan pelbagai cara. Termasuk yang mencibir; apa kamu punya lisensi? Tentu akan sangat berbahaya jika ada materi yang salah karena akan terbawa hingga besar.

Tanpa harus menjawab oleh perkataan yang panjang lebar akhirnya anak didik saya menjelaskannya dengan teknik bermain bola yang benar. Nada sumbang semacam itu saya jadikan sebagai motivasi. Mengenai sepak bola akar rumput yang paling penting mereka dibekali teknik dasar bermain yang baik. Untuk skill dan lain hal mereka akan berimprovisasi di sesi game (pertandingan). Lambat laun perkembangan mereka akan terlihat.

Pada akhirnya, yang membedakan kualitas diantara mereka adalah teknik dasar itu sendiri saat bertanding. Pemain yang mengimplementasikan teknik dasar-nya tentu akan terlihat berkualitas ketimbang pemain yang bermain asal-asalan. Karena kembali, syarat utama ‘bisa’ bermain bola itu ya fasih teknik dasar di lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun