Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen Sepak Bola: Im Flamboyan (Bagian Pertama)

17 Februari 2017   16:17 Diperbarui: 5 Maret 2017   00:00 2187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara-suara miring yang dialamatkan kepada Galang semakin nyaring terdengar melalui chants dan nyanyian pendukung Batavia FC. Termasuk seruan untuk meminta Galang digantikan. Namun, pelatih masih percaya 100%.

Striker flamboyant itu merasa terbakar untuk menunjukan kemampuannya apalagi Ia mendengar salah satu teriakan dari penontonnya sendiri yang berbunyi “Ganti saja dia, kami tidak butuh si flamboyant, kami butuh tiga gol..!!!”

Dengan semangat yang membara Ia meliuk-liuk mengeluarkan skillnya setelah menerima umpan dari Jeki. Tendangan keras Ia lepaskan ke arah gawang lawan yang kemudian menghasilkan second ball alias bola rebond yang disantap dengan khidmat oleh Ummar. Satu gempuran melalui kaki si Flamboyan yang membuat supporter sedikit lebih tenang. Agregat 2-1.

Lantas tak berselang lama, Galang memberikan gol untuk timnya melalui sundulan hasil dari kemelut yang diciptakan Ummar dan Ricardo di area pertahanan lawan. Ia dengan dingin tanpa selebrasi. Walaupun Ia berhasil menunda kemenangan PS Siak dengan agregat 2-2.

Tanpa diduga, ketika semua orang menganggap laga akan dilanjutkan ke babak adu penalty. Dimenit ke 80 lagi-lagi Galang seakan kesetanan menjebloskan bola ke gawang lawan. Kali ini melalui aksi salto-nya. Ia berlari ke tepi lapangan, berselebrasi, dan sedikit membuka bajunya yang kemudian bertuliskan I’am Flamboyan!

Bukan sekadar pengakuan, melainkan juga sebuah keadaan yang menarasikan bahwa Galang kini mulai bisa menikmati petualangannya bersama popularitasnya. Dengan begitu, Ia siap menjadi populer. Mengubah mindset ayahnya yang tidak jadi pemain nasional karena takut akan popularitas.

Galang memikirkan sejak malam sebelum pertandingan, bahwa popularitas bukan untuk ditakuti tapi dinikmati dan dia tahu cara menikmatinya. Dan Ia sadar betul kalau popularitas atas nama flamboyant itu ditakuti akan hanya mematikan karirnya tak ubahnya cerita masa lalu bapaknya.

Setiap kali media, teman, pelatih, atau siapapun itu yang dekat dengan dirinya menyebut nama Galang dia selalu mengelak dengan mengeluarkan kata; I’m Flamboyan. Bahkan ketika Jeki mengejeknya lagi dengan kata-kata yang melibatkan flamboyan Galang tak marah. Justru Ia pun berteriak Im Flamboyaaan ..!!!  kemudian keduanya tertawa bersama.

Selesai..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun