Mohon tunggu...
Gilang Dejan
Gilang Dejan Mohon Tunggu... Jurnalis - Sports Writers

Tanpa sepak bola, peradaban terlampau apatis | Surat menyurat: nagusdejan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Boxing Day, Tradisi di Tengah Kritik yang Harus Dinikmati

25 Desember 2016   09:47 Diperbarui: 25 Desember 2016   18:38 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boxing day. NBC Sports.com

Sebentar lagi kita akan menikmati Boxing Day. Ini bukan hari tinju, bukan pula hari pertengkaran. Ada yang menarasikan bahwa Boxing Day ini awal mulanya terjadi sekitar abad pertengahan di Britania, dimana seorang pengawal memberikan waktunya untuk majikannya saat jam kerja. 

Tugas-tugas pengawal terus berjalan tanpa henti hanya untuk mengabdi kepada majikannya seperti mengawal, mengantar, maupun berbelanja. Pengawal hanya diberi kesempatan libur pada saat hari tertentu saja, dan hari libur tersebut dimanfaatkan untuk memberi bingkisan kepada keluarga dengan bungkus berbentuk kotak.

Walaupun begitu, arti Boxing Day bisa berbeda-beda di setiap negara. Seperti di kawasan Eropa, Boxing Day adalah shopping besar-besaran, diskon yang tinggi maupun hari bertemu dengan sanak keluarga. Meski pada umumnya Boxing Day dinobatkan sebagai hari libur besar diseluruh dunia, bagi sebuah profesi di Inggris, yakni pesepakbola hal demikian tidak berlaku.

Para pesepakbola yang manggung di Barclays Premier League, ketika menghadapi akhir tahun rasanya tak ada yang spesial bagi mereka. Tak ada berkumpul dengan keluarga, merencanakan liburan, merebahkan badan, bermalas-malasan di beranda rumah, atau keluar dari dunia pekerjaan mereka barang sebentar sebagai mana manusia pekerja pada umumnya yang menikmati pergantian tahun dan momen natal.

Disaat pesepakbola di Italia, Spanyol, Jerman, Perancis, Belanda, dan kompetisi lainnya membiarkan seluruh stakeholder meninggalkan aktivtasnya sebagai penghibur masyarakat bola. Di Inggris pemain tetap bekerja ekstra. Hanya saja, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) membuat jadwal begitu rapi pada pertandingan Boxing Day, diusahakan tim yang bertanding bertetanggaan, atau jaraknya tak terlalu jauh. Sehingga, suporter dan tim tak melakukan perjalanan terlalu jauh dan dengan begitu tak membuang waktu di hari istimewa itu.

Kata hanya diatas agaknya bisa mewakili bahwa boxing day terjadi di negeri Britania saja. Dalam sejarahnya istilah tersebut hanya digunakan oleh Negara persemakmuran Britania, dan dirayakan sehari setelah natal bertepatan dengan perayaan Santo Stefanus, (kabarnya) martir gereja pertama dalam sejarah dunia.

Tujuan utama diadakannya “Boxing day” ini tidak bukan dan tidak lain adalah untuk memberikan harta kita kepada mereka yang membutuhkan. Secara garis besar Hari Boxing adalah hari yang diperingati setelah hari Natal ketika para pelayan dan pekerja menerima hadiah dari bos atau majikan mereka, yang dikenal dengan sebutan "kotak Natal". Saat ini, Hari Boxing menjadi hari libur yang umumnya diperingati setiap tanggal 26 Desember.

Departemen Tenaga Kerja di Inggris selalu mengkritik adanya pertandingan di hari libur besar ini. Namun Boxing Day agaknya akan terus ada, dengan alasan masyarakat juga perlu hiburan di hari liburnya. Dan sepakbola adalah salah satu hiburan favorit untuk Negara yang penuh tim besar layaknya di Inggris.

Tidak sedikit pesepakbola di Inggris menggerutu dan berkeberatan mengenai Boxing Day ini. Salah satunya Santi Cazorla penggawa Arsenal yang menyatakan bahwa jeda musim dingin akan sangat membantu para pemain kembali bugar di paruh kedua.

Harus diakui, bekerja disaat yang lain menikmati liburan bukanlah impian setiap orang. Akan tetapi, seorang professional tentu akan tetap menikmati konsekuensi pekerjaan mereka. Kembali lagi ke akar Boxing Day yang banyak digunakan untuk kegiatan berbagi alias amal. Ini merupakan ‘laga amal’, tidak akan berarti banyak jika sang pemberi tidaklah ikhlas.

Agaknya para pesepakbola yang mentas diluar Inggris, salah satunya di Indonesia perlu bersyukur toleransi beragama di negeri kita ini lebih baik. Di Inggris yang notabene lebih banyak orang yang merayakan natal masih ada sebagian manusia yang hak kebebasannya di rampas. Mereka harus tetap bekerja tatkala keluarganya merayakan natal tanpa formasi yang utuh di rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun