Berbekal pengetahuan itu Alfredo membawa Ian Louis Kabes cs melesat jauh dan menasbihkan Mutiara Hitam bertengger di puncak klasemen TSC 2016 hingga akhir musim. Kontribusi caractaker asal Brazil ini dirasa begitu luar biasa. Alfredo melawan kemustahilan.
3. Gomes de Oliviera (Madura United)
Bertengger diposisi pertama sejak TSC dimulai. Pasukan Sape Kerab bisa konsisten hingga dinobatkan sebagai jawara paruh musim. Bayu Gatra, Engelberd Sani, Ahmad ‘Fellaini’ Maulana, Munhar, dan lainnya disulap menjadi bintang dadakan oleh Gomes.
Namun sayang, kiprahnya tak bisa semulus yang dibayangkan untuk menjuarai TSC 2016. Mereka oleng di pekan-pekan terakhir. Hingga mereka hanya berhak duduk paten di pos ketiga klasemen akhir.
4. Ibnu Grahan (Bhayangkara FC)
Sebelumnya saya tak mengetahui betul rekam jejak pelatih yang satu ini. Ibnu awalnya bukan ancaman bagi pelatih sekaliber Milomir Sesilja, Nil Maizar, atau Indra Sjafri diawal musim. Namun, taringnya mulai terlihat tatkala mereka begitu trengginas dikandang lawan.
Mental bertanding, karakter pantang menyerah, dan rela berkorban menjadi kekuatan tersendiri bagi tim yang baru seumur jagung ini. Dari segi tehnik, Ibnu memiliki banyak varian. Sekalipun ditinggal Evan Dimas ke Timnas, atau ditinggal Thiago Furtuoso yang cedera Bhayangkara FC tetap sanggup bertarung dengan tim-tim papan atas.
Terberkatlah tim sepakbola polisi ini memiliki pelatih secerdas Ibnu Graham. Maka tak salah rasanya saya lebih memilih beliau kedalam big five pelatih terbaik TSC 2016. Meskipun posisi Bhayangkara FC tidak bagus-bagus amat, mereka bertengger di posisi 7 dengan tabungan poin sebanyak 54.
5. Djadjang Nurdjaman (Persib Bandung)