Bukan saja sektor tengah, barikade pertahanan pun tak luput dari perkembangan. Sebagai Charis Yulianto baru, banyak bakat-bakat muda yang mengantri untuk mengenakan seragam Timnas. Belum habis generasi Hamka Hamzah, Beny Wahyudi, Tony Sucipto dan lainnya sudah muncul secara pesat generasi baru macam Manahati Lestusen dan Abduh Lestaluhu sampai generasi Hansamu Yama dan Yanto Basna di Timnas, yang dari segi usia memiliki prospek yang sangat baik.
Maka dari itu, terlepas dari tergerus zaman sepakbola modern, sosok ‘Bepe baru’ di Timnas akan sulit ditemukan jika hari ini Timnas tengah musim panen disektor Gelandang dan Bek. Namun faktor individu pemain juga sangat menentukan bagi ketersediaan pemain di sektor ‘penyerang murni’ yang mulai krisis ini.
Acapkali melihat penyerang potensial yang muncul ke permukaan sepakbola nasional saya selalu menghitungnya dan langsung menganalisis apakah Ia pantas menjadi penerus Bepe, akan tetapi hingga tulisan ini dibuat saya tak pernah akurat dalam mengeluarkan prediksi itu. Kebanyakan pemain-pemain yang gagal saya prediksi itu bermain menjanjikan di kategori junior namun menjelang senior sinarnya mulai meredup. Ada yang terkena virus selebritas, uang, cedera, dan lain sebagainya.
Seperti beberapa kasus yang saya cermati beberapa tahun kebelakang, salah satunya dengan kemunculan Samsir Alam, Yandi Sofyan Munawar, Yongki Aribowo, dan Muchlis Hadi Ning. Saya akan mencoba membahasnya satu persatu.
Samsir Alam mencuat namanya ketika manggung di Liga Topskor, lantas ia diberikan kesempatan untuk menimba ilmu ke luar negeri. Alumnus terbaik SAD Uruguay ini kembali ke Indonesia pada usia yang terbilang masih begitu muda. Saya sempat menaruh harapan tertinggi bahwa kelak Ia akan menjadi penerus Bepe mengingat dari segi kualitas Samsir memiliki beberapa kemiripan dengan Bepe. Namun ketika Ia mengambil peruntungan di sepakbola Nasional karirnya meredup drastis.
Entah karena sulitnya adaptasi sepulang dari luar negeri, atau pers nasional mengungkapkannya bahwa Samsir terkena virus selebritas. Ia kerap muncul diacara talkshow ketimbang bermain di lapangan. Saya memasang prediksi tatkala Samsir bergabung dengan Dejan Antonic di Pelita Bandung Raya, seperti kita ketahui Dejan begitu ciamik dalam memoles pemain muda. Terlebih Samsir pun bermain bareng dengan Bepe sendiri di musim itu, jadi bisa sedikit memulung wejangan seniornya.
Meski begitu, permainanya tak kunjung berkembang. Dikesempatan kedua ia lagi-lagi bergabung dengan pelatih spesialis pemain muda, adalah Jaino Matos di Persiba Balikpapan. Walaupun nasibnya sedikit baik di Persiba, saya sedikit kecewa dan menyatakan bahwa prediksi saya ini gagal total mengingat posisi bermain Samsir saat itu direformasi total oleh Jaino menjadi playmaker. Tentu, Ia tidak akan pernah belajar menjadi Bepe semenjak itu. Hingga pada akhirnya ia benar-benar tenggelam dan tidak memiliki klub saat ini.
Untuk pemain kedua, saya sempat terkagum dengan Yandi Sofyan Munawar, di usia mudanya Ia pernah trial di Brisbane Roar klub asal Liga Australia. Namun nasibnya sedikit serupa dengan Samsir Alam ketika mengambil peruntungan dengan kembali ke negerinya. Ia mendaratkan nasibnya di klub Arema Malang namun disana Ia hanya menjadi penghias bangku cadangan. Tawaran menggiurkan datang dari proyek Djadjang Nurdjaman di Persib Bandung. Yandi digadang-gadang bakal meneruskan tongkat estafet kakanya (baca: Zaenal Arief) sebagai penyerang legenda Maung Bandung maupun Tim Nasional.
Ia sedikit banyak dimainkan oleh Djanur di musim pertamanya sebagai peganti maupun inti, namun musim-musim selanjutnya Ia kalah bersaing dengan striker modern bernama false nine macam Ferdinand Sinaga, Tantan, Samsul Arif, hingga Sergio van Dijk. Hingga kini Yandi masih betah menghangatkan bangku cadangan Persib dan saya rasa prediksi kedua saya ini gagal total. Mengingat Bepe yang dulu diusia Yandi sudah banyak berkontribusi untuk Timnas dan klubnya.
Kehadiran Yongki Aribowo dengan lajur Persik Kediri-Arema Malang sempat membawa angin segar menjelang pensiunnya Bepe. Yongki kerap dikaitkan oleh Media Nasional sebagai penerus Bepe. Striker yang satu ini memang tidak pernah menimba ilmu di luar negeri semacam Yandi dan Samsir namun dengan citra rasa yang khas permainannya begitu mirip dengan Bepe. Namun kemiripannya hanya bertahan di level junior saja sedangkan saat senior Ia berkelit dengan masalah kebugaran dan penampilan yang kian menurun. Hal demikian tentu menegaskan bahwa prediksi saya tidak akurat kembali.
Ada yang lebih menjanjikan diantara ketiganya, yakni Muchlis Hadi Ning. Jebolan Timnas U-19 ini memiliki karakter kombinasi permainan antara Kurniawan Dwi Yulianto dan Bepe. Ia juga kini menduduki satu bangku cadangan di tim Alfred Riedl. Namun sayang, ternyata jiwa kepemimpinan Muchlis tidak sebaik Bepe atau bahkan tidak dimiliki sama sekali. Semua itu hanya melengkapi prediksi-prediksi saya yang salah.