Untuk sementara ini, saya memiliki cara brilian agar mengurangi kekusutan wajah bukan hanya untuk Tim Garuda saja, tetapi memang ditujukan untuk Si Mahal Senyum. Semoga dengan diasup dengan data bergizi, mereka mampu mengurangi beban dan faktor non-teknis tim.
Data pertama diperoleh dari dongeng Timnas Italia yang mengikuti Piala Dunia tahun 2006. Kala itu, mereka berhasil membawa pulang tropi walaupun bukan sebagai tim unggulan. Situasinya lebih mirip seperti Timnas asuhan Riedl saat ini.
Pasukan Lippi berangkat ke Jerman dengan muka penuh noda mengingat saat itu kasus Calciopoli tengah menggerogoti negerinya. Calciopoli bukan masalah kecil. Seperti kita ketahui bersama, kompetisi tersebut merupakan muara tim nasional. Dengan kompetisi yang kacau balau, bisa dipastikan timnasnya pun tidak akan jauh dari kondisi tersebut.
Namun, sejak babak penyisihan grup Piala Dunia tahun 2006, Marcelo Lippi tidak memperlihatkan masalah yang sedang membebani pasukannya, malah ia menampilkan pertahanan sempurna khas Italia dengan hanya kebobolan sekali sepanjang turnamen tersebut. Fabio Cannavaro menjadi tulang punggung tim dalam membangun konsep Catenaccio tersebut.
Semangat militansi, pantang menyerah dan rela berkorban. Semuanya menjadi satu tenaga yang mengantarkan mereka menuju final. Tak ubahnya Timnas Riedl hari ini, dengan itu semua beban masalah yang mereka bawa tatkala berangkat menuju turnamen bisa terpecahkan.Â
Partai puncak mempertemukan kita pada kisah termasyur; aksi Zinedine Zidane yang menanduk perut Marco Materazzi. Dengan perlakuannya itu Zidane lantas dikeluarkan dari lapangan.
Tragedi Zidane di final termasyur itu menimpa kiper utama Vietnam Tran Manh di semi-final leg kedua AFF Cup 2016. Ia menendang Bayu Pradana dan mendapat kartu merah langsung dari wasit asal Hongkong.
Kemiripan terasa lebih kentara tatkala Manahati Lestusen yang notabene seorang bek yang memastikan tiket final, seperti Fabio Grosso yang memastikan Italia melenggang ke final 10 tahun silam selepas membungkam tuan rumah Jerman.
Aura juara atas dasar itulah yang seharusnya bisa membuat Riedl sedikit tersenyum jelang laga final nanti.
Kisah non-unggulan di tahun 2016 juga tengah santer ditegaskan secara gamblang oleh Leicester City di Liga Primer 2015/16, Timnas Portugal di Piala Eropa 2016, dan Tim Chapecoense di Copa Sudamericana 2016.
Tahun 2016 menjadi tahunnya para non-unggulan. Jika berbicara final AFF 2016 ini kita sudah ketahui bersama mana tim ungulan dan mana tim non-unggulan. Maka tersenyumlah, Alfred Riedl!