Mohon tunggu...
Gilang Nindra
Gilang Nindra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Saya adalah seorang manusia yang tidak sempurna dan mencoba mengungkapkan rasa melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TranskripsiTransliterasi Sastra Lisan Dendang Babuai Anak: sebagai Dendangan Ibu kepada Anaknya hingga Dewasa

23 April 2024   12:10 Diperbarui: 23 April 2024   12:33 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Tangkapan layar video YouTube, https://youtu.be/TWY49qgmlto?si=LRIu5SotUy-PydTw 

Sejak kecil diasuh ibu

Sudah dewasa carilah untung

Sudah dewasa carilah untung

Pada bait pertama, Dendang Babuai Anak ini merupakan dendangan seorang ibu kepada anaknya yang tidur dalam buaian atau ayunan. Biasanya anak bayi susah untuk tidur karena rewel atau hal lain. Disini sang ibu berucap, "nan kok lalok piciangkan mato" yang berarti sang ibu berharap agar si anak dapat segera tertidur jika waktunya tidur telah tiba yaitu dengan mata anak yang terpejam sebagai bukti si anak sudah tertidur. Itu pada bagian sampiran bait pertama. Pada bagian isi, sang ibu berharap agar ia tidak dilupakan oleh anaknya kelak jika telah menemui teman yang sesuai, yang bisa dimaknai sebagai teman hidup. 

Pada bait kedua, berisi tentang anak yang merupakan belahan hati atau belahan jiwa dari ibunya. Anaklah yang akan menjadi penawar dikala lara atau sakit. Larik isi pada bait kedua ini berisi tentang harapan seorang ibu agar anaknya cepat tumbuh dewasa dan kelak bisa mengubah nasib keluarga menjadi lebih baik.

Melihat sampiran pada bait ketiga, bisa dimaknai melalui "daun merunggai" dan "daun kepundung" yang dilihat dari perbedaan ukuran kedua daun tersebut. Daun merunggai ukurannya lebih kecil, sedangkan daun kepundung ukurannya lebih besar. Sehingga dapat dimaknai dengan anak yang kini ditidurkan seiring berjalannya waktu akan berubah menjadi seseorang yang dewasa. Lalu pada bagian isinya mengandung isi bahwa anak yang saat bayi senang dibuai-buai ketika telah tumbuh dewasa harus pandai mencari untung, peruntungan, dan kehidupannya sendiri.

Bait keempat sampai bait keenam merupakan pengulangan dari bait pertama sampai bait ketiga. 

Dalam bait terakhir mengandung arti bahwa waktu kecil, anak menangis meraung-raung karena menginginkan sepotong pisang. Dan ditegaskan lagi bahwa seorang anak akan diasuh ibunya sedari masih bayi hingga mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dan saat telah dewasa anak harus bisa mencari dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.

Dari sastra lisan Dendang Babuai Anak bisa dipahami bahwa dalam tradisi Minangkabau sangat erat hubungan antara seorang anak dengan ibu kandungnya. Setelah dilahirkan anak akan diasuh ibunya dengan penuh kasih sayang. Akan didendangkan oleh ibu agar anak dapat tertidur lelap. Di Minangkabau, bagi seorang ibu anak adalah ubek jariah palarai damam yang artinya, dengan hanya melihat anak saja segala persoalan hidup seakan-akan hilang seketika. Anak merupakan penawar dari segala penyakit. 

Seorang anak baik dari kecil hingga tumbuh dewasa harus selalu berbakti kepada ibunya. Menyayangi ibu seperti ibu menyayangi anaknya. Anak tidak boleh melupakan ibunya bagaimanapun susah atau senangnya kehidupan si anak dewasa kelak. Anak tidak boleh melupakan ibunya. Ketika sudah bisa mendapatkan penghasilan sendiri anak harus bisa menyenangkan hati ibunya. Anak diharapkan bisa mengubah nasib keluarganya menjadi lebih baik, mambangkik batang tarandam seperti yang ada dalam lirik Dendang Babuai Anak ini. Seburuk-buruknya nasib si anak nantinya, selalu ingat dan memberikan kebahagian kepada ibu adalah hal penting. Dendangan ibu dalam sastra lisan Dendang Babuai Anak berisi harapan dari si anak kecil hingga tumbuh dewasa.

Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun