Mohon tunggu...
Giharu Si Perempuan Gunung
Giharu Si Perempuan Gunung Mohon Tunggu... Penulis, Pendiri dan Ketua Gerakan YPG -

Giharu Si Perempuan Gunung adalah penulis muda dari Lereng Sindoro Sumbing yang mendedikasikan hidupnya untuk perjuangan nilai-nilai abadi dengan cara se-apa adanya dirinya. Silakan kunjungi www.giharu.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Biasa

18 Agustus 2014   06:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:16 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14082931621031701707

Sum mengatakan ia sangat heran ada orang seperti diriku yang masih berharap akan memiliki sebuah tungku api kayu seperti miliknya sementara ia mendambakan sebuah kompor gas seperti milikku. “Capek Bu membersihkannya, dapur hitam semua,” keluh Sum kepadaku.

Tungku api kayu selalu menyimpan banyak kisah yang membangunkan jiwa dibandingkan kompos gas merek pabrik. Bayangi kau harus mencari ranting-ranting kayu yang sudah tak berguna kemudian apinya harus kau jaga karena kau tidak punya alat kendali. Kendali ada di tanganmu semua.

Kita selalu takjub dengan hal-hal sederhana atas kemampuannya menyentuh. Mereka bersifat adiluhung karena banyak perjuangan terbentuk di sana. Hati manusia selalu membutuhkan kisah heroik seorang anak manusia lain untuk bertahan. Kalau tak percaya cobalah sekali-kali ke gunung atau ke pedalaman bukit-bukit dan temuilah penduduk yang berjerih payah memikul kayu bakar di pundaknya, biasanya ia pungut satu per satu di jalan. Jangan bilang kepadaku kalau setelah pulang kau akan bertanya ulang kepada dirimu apa yang kucari dalam hidup?

Kesederhanaan pasti suatu hari akan dikejar oleh umat manusia yang mendambakan hidup yang lebih bermakna dan kemudian menjadi biasa karena sudah menemukan cukup adalah cukup.

[caption id="attachment_338564" align="aligncenter" width="512" caption="Renungan {Biasa}"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun