- Nama Pengarang   : Ginanti Rona
- Judul Film          : Qorin
- Perusahaan Film   : IDN Pictures
- Durasi Film         : 1 jam 49 menit
- Tahun Tayang      : 1 Desember 2022
Film "Qorin" merupakan film bergenre horor yang menceritakan kisah teror jin qorin di pondok pesantren Rodiatul Jannah di Jawa Barat yang menggambarkan pengalaman seram dan mencekam karena praktik pemanggilan qorin. Kondisi ini berbanding terbalik dengan situasi pesantren yang seharusnya menjadi tempat yang damai dan tentram dalam menuntut ilmu agama.Â
Kisah yang diangkat berfokus pada tokoh sentral bernama Zahra (diperankan oleh Zulfa Maharani) yang merupakan santriwati teladan kelas 3 madrasah aliyah yang mempunyai keinginan untuk segera lulus dari jenjang pendidikan menengah atas. Madrasah aliyah tempat Zahra menuntut ilmu merupakan milik dari Kyai Mustofa (diperankan oleh Pritt Timothy) yang dikelola langsung oleh sang menantu bernama Ustadz Jaelani atau lebih dikenal dengan sapaan  Ustadz Ujay (diperankan oleh Omar Daniel).Â
Dalam suasana pembelajaran yang tenang dan kondusif, Ustadz Ujay membawa seorang wanita tomboy dengan rambut hitam sedikit merah di bagian kanan depan.Â
Wanita itu bernama Yolanda (diperankan oleh Aghniny Haque), dirinya merupakan anak kota metropolitan yang dititipkan kedua orangnya untuk memperdalam ilmu agama agar menjadi personal yang lebih baik. Tidak perlu waktu lama untuk Zahra dan Yolanda berteman dekat, ini dapat terjadi karena mereka disatukan pada satu kamar yang sama.Â
Bersamaan dengan datangnya Yolanda di pesantren tersebut, Ustadz Ujay berencana untuk melakukan praktik pemanggilan jin qorin. Jin qorin merupakan jin yang menyerupai dan menyerupai perwujudan manusia.Â
Awalnya banyak santriwati yang tidak setuju dengan praktik tersebut, Yolanda merupakan salah satu santriwati yang secara frontal bertanya apa manfaat belajar praktik jin qorin. Namun karena praktik pemanggilan jin qorin tersebut bersifat wajib para santriwati dengan terpaksa harus melaksanakan praktik tersebut.
Di hari pelaksanaan praktik pemanggilan jin qorin, banyak santriwati yang masih merasa ragu untuk melaksanakan praktik tersebut. Beberapa santriwati meminta Zahra untuk meyakinkan Ustadz Ujay untuk tidak melaksanakan praktik pemanggilan jin qorin.Â
Meski mendapat penolakan dari para santriwati, Ustadz Ujay tetap menegaskan bahwa praktik bersifat wajib bagi mereka yang ingin lulus dari pesantren. Malam harinya ditemani guyuran air hujan dan petir, Ustadz Ujay memimpin pemanggilan jin qorin dengan menggunakan bantuan media pocong.
Teror yang terjadi membuat para santriwati saling berlarian ke masjid untuk menyelamatkan diri mereka. Kedatangan Yolanda dengan membawa Icha yang sudah tidak bernyawa disambut isak tangis oleh santriwati.Â
Suara-suara teriakan jin qorin menggema di seluruh masjid. Situasi yang semakin parah memaksa mereka untuk meninggalkan masjid, namun keputusan tersebut justru membuat mereka bertemu dengan Ustadz Ujay.Â
Bermodal percaya diri Yolanda bertekad untuk membunuh Ustadz Ujay, muara bersambut hal tersebut pada akhirnya membuat Yolanda tewas di tangan Ustadz Ujay. Film "Qorin" berhasil membangun pengalaman horor yang unik dan lebih bermakna dibandingkan dengan film-film horor konvensional.
Dalam perbandingan dengan "Makmum 2," produksi Blue Water Films dan Dee Company yang juga mengangkat tema entitas pendamping manusia, "Qorin" menonjol dengan pendekatan yang lebih terfokus pada pengembangan karakter dan atmosfer horor.Â
Satu aspek yang membedakan "Qorin" adalah penggunaan jumping scene yang lebih terukur dan mendukung perkembangan cerita. Hal ini memberikan penonton sensasi horor yang lebih mendalam melalui ketegangan yang dibangun secara bertahap. Sebaliknya, dalam "Makmum 2," terlalu banyaknya jumping scene yang berulang dapat membuat penonton kehilangan ketertarikan dan merasa bosan, mengurangi dampak ketegangan yang seharusnya dihasilkan.
Selain itu, "Qorin" juga berhasil menciptakan atmosfer yang menakutkan melalui pengembangan karakter yang matang. Pemirsa dapat merasakan ketegangan dan kecemasan melalui perjalanan karakter utama, yang menambah dimensi kehororannya. Di sisi lain, "Makmum 2" mungkin terlalu bergantung pada efek visual dan adegan melompat tanpa memberikan perhatian yang cukup pada pengembangan karakter, sehingga mengurangi dampak emosional yang seharusnya dirasakan penonton.
Dengan demikian film "Qorin" menghadirkan keunikan dalam penyajian cerita horor dengan menggali elemen-elemen budaya dan mitologi yang mendalam. Melalui pengintegrasian nuansa lokal, film ini tidak hanya mengeksplorasi dimensi ketakutan, tetapi juga memberikan kedalaman pada pengalaman menonton dengan memperkenalkan aspek-aspek budaya yang mungkin belum familiar bagi penonton. Pendekatan ini memberikan nilai tambah pada genre horor, membuktikan bahwa ketakutan dapat disajikan dengan lebih kontekstual dan bervariasi.
Penting untuk dicatat bahwa "Qorin" berhasil menggabungkan unsur-unsur psikologis dengan cerita horornya. Pengembangan karakter yang mendalam tidak hanya membuat penonton merasakan ketegangan fisik, tetapi juga mengundang refleksi terhadap dimensi psikologis dari ketakutan itu sendiri. Dengan demikian, film ini bukan hanya menyuguhkan sensasi ketakutan sementara, tetapi juga menimbulkan dampak yang berkesan dan meresapi kesan horor dalam benak penonton.
Dalam hal pengaturan jumping scene, "Qorin" menunjukkan kecerdasan dalam mengeksekusi momen-momen menegangkan tanpa jatuh ke dalam konteks hiperbola yang dapat membuat penonton merasa bosan. Keberhasilan film ini dalam menciptakan atmosfer yang tegang sekaligus membangun plot yang kompleks dan bermakna menjadi bukti bahwa horor dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam yang melampaui sekadar ketakutan sesaat.Â
Secara keseluruhan, "Qorin" tidak hanya menjadi film horor yang menghibur, tetapi juga menjadi karya seni yang memperkaya genre dengan mengeksplorasi lapisan-lapisan emosional dan intelektual. Keberhasilannya dalam menggabungkan unsur-unsur budaya, psikologis, dan atmosfer cermat menjadikan film ini sebagai kontributor berharga yang membuka jalan bagi inovasi dalam dunia perfilman horor.
Film "Qorin" menghindari jatuh ke dalam pola yang berulang, sehingga ketegangan dan kengerian film tetap terjaga. Lebih dari itu, kelebihan film "Qorin" terletak pada kecerdasan dalam perpindahan antar adegan, yang membuat alur cerita tetap terasa rapat. Hal ini berkontribusi pada peningkatan nilai intrinsik film, memastikan penonton tetap terlibat dan terhubung dengan setiap elemen cerita. Dengan demikian, "Qorin" berhasil membawa nuansa horor yang menyegarkan dan menarik, mengatasi kelemahan yang mungkin ditemui dalam film horor konvensional.Â
Meski demikian, film "Qorin" mempunyai kekurangan dalam hal pengembangan resolusi yang dibangun. Akhir cerita cenderung tergesa-gesa yang membuat rasa horor dan ketegangan menjadi berkurang. Terlebih plot cerita yang mind blowing memaksa penonton harus berpikir dua kali untuk menangkap plot cerita. Dalam potongan bagian akhir, Ustadz Ujay mengalami kematian tragis di tangan Zahra dalam sebuah pertarungan sengit. Potongan adegan terlihat patah diperparah dengan adegan jatuhnya  Ustadz Ujay dalam durasi yang relatif cepat. Ini membuat pandangan dan nilai penonton menjadi berkurang, dan membuat rasa horor yang telah terbangun menjadi hilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H