Mohon tunggu...
Gigis Aris Sandi
Gigis Aris Sandi Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hobi menulis release, artikel, dan newslatter

Selanjutnya

Tutup

Film

Film "Qorin", Ketika Jin Qorin Memasuki Dunia Pesantren

23 Januari 2024   17:43 Diperbarui: 23 Januari 2024   17:55 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @idnpictures

Bermodal percaya diri Yolanda bertekad untuk membunuh Ustadz Ujay, muara bersambut hal tersebut pada akhirnya membuat Yolanda tewas di tangan Ustadz Ujay. Film "Qorin" berhasil membangun pengalaman horor yang unik dan lebih bermakna dibandingkan dengan film-film horor konvensional.

Dalam perbandingan dengan "Makmum 2," produksi Blue Water Films dan Dee Company yang juga mengangkat tema entitas pendamping manusia, "Qorin" menonjol dengan pendekatan yang lebih terfokus pada pengembangan karakter dan atmosfer horor. 

Satu aspek yang membedakan "Qorin" adalah penggunaan jumping scene yang lebih terukur dan mendukung perkembangan cerita. Hal ini memberikan penonton sensasi horor yang lebih mendalam melalui ketegangan yang dibangun secara bertahap. Sebaliknya, dalam "Makmum 2," terlalu banyaknya jumping scene yang berulang dapat membuat penonton kehilangan ketertarikan dan merasa bosan, mengurangi dampak ketegangan yang seharusnya dihasilkan.

Selain itu, "Qorin" juga berhasil menciptakan atmosfer yang menakutkan melalui pengembangan karakter yang matang. Pemirsa dapat merasakan ketegangan dan kecemasan melalui perjalanan karakter utama, yang menambah dimensi kehororannya. Di sisi lain, "Makmum 2" mungkin terlalu bergantung pada efek visual dan adegan melompat tanpa memberikan perhatian yang cukup pada pengembangan karakter, sehingga mengurangi dampak emosional yang seharusnya dirasakan penonton.

Dengan demikian film "Qorin" menghadirkan keunikan dalam penyajian cerita horor dengan menggali elemen-elemen budaya dan mitologi yang mendalam. Melalui pengintegrasian nuansa lokal, film ini tidak hanya mengeksplorasi dimensi ketakutan, tetapi juga memberikan kedalaman pada pengalaman menonton dengan memperkenalkan aspek-aspek budaya yang mungkin belum familiar bagi penonton. Pendekatan ini memberikan nilai tambah pada genre horor, membuktikan bahwa ketakutan dapat disajikan dengan lebih kontekstual dan bervariasi.

Penting untuk dicatat bahwa "Qorin" berhasil menggabungkan unsur-unsur psikologis dengan cerita horornya. Pengembangan karakter yang mendalam tidak hanya membuat penonton merasakan ketegangan fisik, tetapi juga mengundang refleksi terhadap dimensi psikologis dari ketakutan itu sendiri. Dengan demikian, film ini bukan hanya menyuguhkan sensasi ketakutan sementara, tetapi juga menimbulkan dampak yang berkesan dan meresapi kesan horor dalam benak penonton.

Dalam hal pengaturan jumping scene, "Qorin" menunjukkan kecerdasan dalam mengeksekusi momen-momen menegangkan tanpa jatuh ke dalam konteks hiperbola yang dapat membuat penonton merasa bosan. Keberhasilan film ini dalam menciptakan atmosfer yang tegang sekaligus membangun plot yang kompleks dan bermakna menjadi bukti bahwa horor dapat menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan pesan-pesan mendalam yang melampaui sekadar ketakutan sesaat. 

Secara keseluruhan, "Qorin" tidak hanya menjadi film horor yang menghibur, tetapi juga menjadi karya seni yang memperkaya genre dengan mengeksplorasi lapisan-lapisan emosional dan intelektual. Keberhasilannya dalam menggabungkan unsur-unsur budaya, psikologis, dan atmosfer cermat menjadikan film ini sebagai kontributor berharga yang membuka jalan bagi inovasi dalam dunia perfilman horor.

Film "Qorin" menghindari jatuh ke dalam pola yang berulang, sehingga ketegangan dan kengerian film tetap terjaga. Lebih dari itu, kelebihan film "Qorin" terletak pada kecerdasan dalam perpindahan antar adegan, yang membuat alur cerita tetap terasa rapat. Hal ini berkontribusi pada peningkatan nilai intrinsik film, memastikan penonton tetap terlibat dan terhubung dengan setiap elemen cerita. Dengan demikian, "Qorin" berhasil membawa nuansa horor yang menyegarkan dan menarik, mengatasi kelemahan yang mungkin ditemui dalam film horor konvensional. 

Meski demikian, film "Qorin" mempunyai kekurangan dalam hal pengembangan resolusi yang dibangun. Akhir cerita cenderung tergesa-gesa yang membuat rasa horor dan ketegangan menjadi berkurang. Terlebih plot cerita yang mind blowing memaksa penonton harus berpikir dua kali untuk menangkap plot cerita. Dalam potongan bagian akhir, Ustadz Ujay mengalami kematian tragis di tangan Zahra dalam sebuah pertarungan sengit. Potongan adegan terlihat patah diperparah dengan adegan jatuhnya  Ustadz Ujay dalam durasi yang relatif cepat. Ini membuat pandangan dan nilai penonton menjadi berkurang, dan membuat rasa horor yang telah terbangun menjadi hilang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun