Mohon tunggu...
Gigih Prastowo
Gigih Prastowo Mohon Tunggu... Administrasi - Student

Anak Desa, mantan office boy |Future Finance Expert |Pendaki |Management Student | FEUI 2013 | @gigihprastowo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Masuk UI? "Then What"?

9 Mei 2016   01:37 Diperbarui: 9 Mei 2016   12:10 3504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kampus Universitas Indoensia-ui.ac.idHai adik-adikku kelas 3 SMA (sederajat) yang hari ini dan beberapa minggu ke depan akan berdebar-debar jantungngya menunggu tes dan hasil seleksi masuk perguruan tinggi. Hai adik-adikku yang mungkin kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Hai adik-adiku dari orang tua yang berbeda, tinggal dari rumah yang berbeda namun kita punya kesamaan tentang perjuangan masa depan melalui jalur pendidikan. Sekali lagi aku hendak menyapamu wahai adikku, adik yang bahkan aku belum tau namamu dan dari perjuangan seperti apa dirimu.

Bagaimana perasaanmu menjelang dunia kampus yang akan sangat berbeda dengan kehidupan putih abu-abumu itu? Senang? Antusias? Hai aku mendengar suara degup jantung itu. Nikmatilah, betapa degup itu seakan seperti piston pada kendaraan motor, ia menjadi penggerak hidup yang sangat baik.

Hai Dik, Kakakmu ini ingin sedikit berbagi cerita, mungkin sebagai lanjutan kisahku yang pernah aku tulis disini. Namun kali ini aku benar-benar ingin ini aku berikan spesial untukmu, Dik. Bukan, aku bukan hendak merasa pintar dan tahu segalanya, aku hanya berpikir bahwa dalam titik ini aku mengalaminya lebih dahulu saja dari dirimu, dirimu yang sungguh aku ingin kenal nama dan kisahnya siapapun engkau.

Lebih spesial lagi untuk engkau yang hari ini sedang menunggu pengumuman, atau bahkan diterima di UI atau juga bagimu yang hendak ikut dalam seleksi tulis masuk kampus kuning ini, Kampus Perjuangan kebanggan bangsa yang menyandang nama Indonesia. Aku ucapkan SELAMAT.. baik itu selamat atas diterimanya dirimu, atau selamat memperjuangkannya.

Sungguh, Dik, banyak sekali orang yang seperti menemukan keajaiban setelah usahanya yang begitu keras untuk bisa masuk di kampus ini. Kakakmu ini telah dengar banyak cerita mulai dari anak tukang batu hingga mantan anak jalanan bisa ikut mengenyam pendidikan bersanding dengan anak yang setiap hari diantar dengan BMW ke kampus. Ikut mengenyam salah satu lingkungan pendidikan terbaik di negerimu ini, Dik. Lingkungan yang begitu kompetitif namun hangat sehingga bisa hadirkan banyak tokoh kenamaan. Bahkan jika bicara Fakultas Ekonominya, hampir semua menteri ekonomi Jokowi kali ini dari UI, bahkan ketua Otoritas Jasa keuangan dan Gubernur Bank Indonesia pun dari kampus kuning ini. Kampus yang mempunyai banyak orang ajaib dan penuh keajaiban, sungguh.

Betheway, ucapan selamat berjuangku sama antusiasnya dengan ucapan selamat bagi yang telah diterima di UI (atau mungkin PT lain yang diimpikan). Karena dalam perjuangan itulah banyak gula-gula yang bisa kau rasakan hanya dengan merasakan keringatnya, merasakan lelahnya, merasakan bagaimana menahan kesenangan sejenak demi mengejar materi tes yang kian lama kian dekat itu. 

Yah sekarang aku adalah mahasiswa FEB-UI, namun nyatanya hidup tak semulus yang dibayangkan Dik. Aku hanya setahun SLTP di SMP negeri sebelum akhirnya keluargaku tak sanggup lagi membiayai pendidikanku kemudian aku harus mengungsi ke Bogor (PP Al-Ashriyyah Nurul Iman) bersama 18.000 orang yang mayoritas berasal dari keluarga tak mampu untuk ikut program sekolah, makan, tinggal dan ngaji gratis. Kau tau, Dik, di sana kelasnya dulu tak ada meja dan kursi karena ruang 5mx5m diisi oleh seratusan orang. Makan kami sarapan hanyalah nasi tanpa lauk, Dik, siang malam lauknya tahu 3 centi dengan kuah yang kadang tak terasa garamnya. 

Bahkan, dahulu ketika akan mandi tidak di kamar mandi. Kita mengantri di depan lubang paku dari peralon yang dipasang memanjang. Setiap lubang pakuitu bisa 15orang antri baik untuk mandi dan mencuci. Kamar asrama hanya untuk menaruh barang sementara tidur tempatnya ada di masjid. Karena bayangkan saja kamar seukuruan 7mx4m dihuni lebih dari 70an siswa waktu dulu, ya meskipun saat ini kondisi di sekolah SMP kakakmu ini sudah jauh lebih baik. Saat itu sekolah belum ada UN karena belum turun akreditasinya sehingga kau tau aku adalah lulusan SMP dengan ujian kesetaraan. 

Masa-masa berat, di usia seperti itu harus juga mengalami penyakit kulit akibat kurang menjaga pola hidup bersih. Ya ini memang kesalahanku sendiri, karena nyatanya banyak teman kakakmu ini yang tetap sehat.  Namun, di masa sekolah seringkali tidak memakai sepatu dan bermodal membawa boto air mineral untuk cuci kaki saat di depan sekolah itulah yang menjadi titik awal dari segala macam keberanian. Ya, aku dulu tak seberani ini. Selain tentunya ilmu agama yang aku dapat juga sangat bermanfaat besar hingga kini. 

Mendapat izin meninggalkan sekolah itu dari Abah, Sang Pengasuh yang sangat aku idolakan karena bisa menghidupi 18.000 orang itu bukan berarti segalanya berakhir. Mungkin semangatku sama dengan semangatmu duluk, Dik, semangat untuk melanjurkan studi begitu besar. keluargaku tak sanggup untuk membiayai SLTA. Namun semangat ini yang akhirnya membuatku tetap nekat mendaftar ke sekolah yang Alhamdulillah mau menerima uang pangkal (yang sebenarnya relatif kecil dibanding sekolah lain) secara cicil. Nama sekolah itu adalah SMK PGRI 1 Sentolo, sebuah SMK dengan akreditasi B di desaku, yang sangat jauh dibandingkan nama-nama mentereng di Jogja seperti SMA Teladan, Padmanaba, Delayota dll. Namun kekeluargaan dan suasana belajar di sana cukup kondusif untuk tetap memelihara mimpi.

Bagi kalian yang kebetulan bisa merasakan jasa bimbel, bersyukurlah. Karena aku yakin banyak orang lain di luar sana yang iri terhadap hal itu dan merasa persaingan tidak fair, engkau mendapat tentor sementara mereka tidak. Ya, "mereka" itu juga termasuk aku dulu yang tak sempat merasakan jasa bimbel, bahkan SPP SMK saja semapat nunggak dan ketika ujian aku mengerjakan di ruang khusus kelas siswa yang belum membayar SPP. Kau tahu, aku harus kayuh sepeda dari desaku Sentolo ke Kota  Yogya (53km PP) tiga kali seminggu untuk menjajakan dagangan demi kelanjutan sekolahku? Aku juga sampai ikut belasan lomba mulai tingkat Kabupaten sampai Nasional hanya untuk mendapat hadiahnya guna membayar SPP, banyak pula yang aku menangkan bahkan termasuk lomba yang presentasi finalnya di depan menteri perdagangan kala itu. Namun tetap saja aku gagal pada SNMPTN Undangan 2012, gagal pula di SNMPTN Tulis 2012, SIMAK UI 2012 sehingga jika engkau sekarang lolos maka sangat pantas aku ucapkan selamat padamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun