Mohon tunggu...
GPNEGARA
GPNEGARA Mohon Tunggu... Akuntan - Bapak Anak Dua

Bapak Anak Dua Yang lagi belajar nulis, Suka musik, buku dan film

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Pisau

20 Juli 2024   06:32 Diperbarui: 20 Juli 2024   06:52 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hampir dua jam lebih Bimo hanya duduk terdiam dengan tatapan kosong dan borgol di kedua tangannya, diruangan berjeruji. Tak ada satupun orang berani mendekati, bukan karena perwakan yang menyeramkan atau tampak sangar, tapi lebih karena dia berkomunikasi hanya menjawab secukupnya dengan suara yang lirih dan hanya menggunakan kode isyarat mengangguk atau menggeleng kepala.

Giliran Bimo dipanggil untuk memulai sidang banding atas keputusan pengadilan minggu lalu.

“Atas nama Bimo, silahkan bersiap”

“Silahkan bergeser sebelah sini”

Ucap petugas pengadilan memanggil tahanan.

Bimo pun berdiri dengan langkah yang kurang bersemangat lalu bergeser menuruti perintah petugas tersebut. Setelah itu Bimo pun berjalan dengan pengawalan di sebelah kanan dan kiri menuju ruang sidang.

Persidanganpun dimulai, singkat cerita sampailah pada satu pertanyaan jaksa kepada bimo :

”Terdakwa Saudara Bimo Wicaksono, apakah saudara menyesal? Telah memotong tangan kanan saudara Arif Rahardjo, dalam perencaan pembunuhan terhadap korban.”

“ Saya menyesal” Jawab Bimo.

“Apakah anda sungguh menyesali perbuatan tersebut?” ucap jaksa.

”Saya menyesal, saya tidak berhasil memotong lidah dan mencolok kedua mata IBLIS BIADAB ITU!!.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun