Pada masa jaya-jaya musik melayu, banyak yang menganggap aliran musik ini adalah jenis musik banci, tidak gahar dan keren sama sekali.Â
Sepertinya di waktu itu banyak yang menipu diri mereka sendiri karena ikut-ikut gengsi. Buktinya, setelah 20 tahun hadir, lagu-lagu dari band yang kebanyakan melayu ini masih familiar di telinga mereka yang sudah tak lagi muda.
Bila dahulu mereka malu-malu dan merahasiakan bahwa menyukai lagu melayu, dengan keadaan saat ini sepertinya sudah banyak yang tidak perduli. Â Mereka lebih memilih untuk terhanyut dalam kenangan sembari berdendang dan bergoyang.
Dengan dentuman bas dan drum yang khas awal 2000an, mereka yang lelah dengan kesibukan pekerjaan memilih untuk bersenang-senang dengan kenangan di masa silam.Â
Menjadi Diri Sendiri, Identitas Bangsa
Tentu saja hal ini bukan menjadi sesuatu yang negatif, bagaimana orang memilih bersenangan tanpa peduli jenis musik yang dimainkan. Jenis-jenis musik seperti melayu, dangdut, campur sari sudah menjadi identitas bangsa yang terikat kuat.
Mau disangkal atau tidak, hampir 80 persen orang Indonesia pasti pernah mendengar salah satu dari jenis genre musik tersebut. Tentu varian jenis musik dan penikmatnya tak utuh menjadikan Indonesia seragam, justru dalam keberagaman dan goyangan menjadi satu identitas kita sebagai orang Indonesia.
mampus kau anak indie !!! pic.twitter.com/5YRHNsaBTv--- M. Hanif Arikhoh (@NepHanep) January 31, 2020
Makasih adek2 Sekolah Citra Islami yg masih mau bersukaria dgn lagu2 dari band yg berusia hampir seperempat abad ini pic.twitter.com/SR3QkT7JNS--- david bayu (@davidbayu) January 31, 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H