Kita harus sadar untuk membuang mental inlader kita, bahwa orang-orang bule berkulit putih tidak lebih tinggi derajatnya dari orang Indonesia. Kita tidak lebih rendah dari orang Eropa atau Amerika sehingga mereka bisa berlaku semena-mena terlebih di tempat-tempat sakral.
Selain itu, warisan budaya di era kolonial yang sudah berlalu lebih dari 350 tahun ini harus kita tinggalkan. Kebanyakan dari orang Indonesia menganggap bahwa orang-orang berkulit putih secara otomatis mempunyai uang yang melimpah sehingga tidak merepotkan masalah di kemudian hari.Â
Kita sudah melihat fenomena sebagai bukti bahwa orang kulit putih selalu kaya bukanlah hal yang tepat.
Selain itu, banyaknya kejadian ini sebagai refleksi bagaimana pemerintah lewat Kementerian Pariwisata dengan gegabah membuat program-progam yang dinilai tidak dipersiapkan dengan baik dan matang.
Pada tahun 2019 ini Kementerian Pariwisata menargetkan sekitar 20 juta pengunjung dari mancanegara masuk ke Indonesia, namun target 20 juta wisatawan ini diikuti dengan kelonggaran sistem seleksi yang membuat tidak ada saringan bagi wisatawan mancanegara yang masuk ke Indonesia.
Jumlah 20 juta wisatawan masuk ke Indonesia memang sebuah target gila dan bisa menambah devisa negara dengan nilai yang sangat signifikan, namun bila hal tersebut menimbulkan masalah negara juga yang akan kerepotan.Â
Belum lagi bila mereka sudah mulai mengganggu dan merusak nilai-nilai kebudayaan Indonesia sendiri, itu harga yang tidak bisa dibayarkan dengan hal-hal materil.
Hal ini menjadi tamparan keras sekaligus refleksi untuk dunia pariwisata di Indonesia, bahwa yang terpenting bukan hanya sekadar jumlah wisatawan yang datang dengan melonggarkan aturan-aturan yang sebenarnya penting.
Menjaga legacy, budaya, nilai-nilai serta keutuhan dari Indonesia dan juga sustainability dari tempat-tempat wisata di Indonesia itu lebih penting dari sekadar jumlah devisa negara yang besar namun banyak tempat wisata yang hancur karena over capacity dan juga wisatawan yang tidak menghormati adat-istiadat penduduk lokal.
Indonesia itu mahal, tak elok bila ditawarkan dengan harga murah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H