Pada awal bulan Maret 2019 yang lalu, Kumparan merilis sebuah berita yang berisikan bahwa Indonesia dinobatkan sebagai Negara Paling Santai di Dunia.
Gelar ini pun diberikan oleh sebuah agen perjalanan Inggris, lastminute.com yang membuat sebuah riset dengan tajuk Chilled Out Countries in The World, atau Negara Paling Santai di Seluruh Negara.
Dalam riset yang dilakukan di 15 negara, Last Minute meneliti sejumlah faktor seperti hak pribadi warga negara, polusi suara dan cahaya, suhu, jumlah hari libur hingga jumlah spa di 15 negara tersebut.
Dari 15 negara yang diteliti, didapatkan hasil bahwa Indonesia menduduki peringkat satu sebagai negara paling santai di dunia.
Sebenarnya makna santai di sini adalah negara yang cocok dijadikan destinasi liburan untuk bersantai, menenangkan diri hingga relaksasi.
Salah satu faktor yang menjadikan Indonesia sebagai negara paling santai berdasarkan Last Minute karena Indonesia mempunyai lebih dari 88 ribu kilometer garis pantai dengan suhu rata-rata 25 derajat celcius.
Sehingga Indonesia menjadi tempat yang paling cocok untuk wisatawan yang ingin bersantai di pinggir pantai sembari menikmati ombak indah yang bergulung-gulung.
Selain itu, Indonesia menjadi negara yang mempunyai lebih dari 186 ruang hijau dengan rata-rata 30 hari libur per tahun 66 spa dan retret kesehatan.
Namun tampaknya bukan orang Indonesia bila membaca berita seluruhnya, kebiasaan orang Indonesia adalah terpicu dengan membaca headline sebuah berita.
Predikat Indonesia sebagai negara paling santai di dunia pun seperti sebuah kebanggaan tersendiri dengan kelucuan dari kreativitas pengguna internet tentunya.
Beririangan dengan capture headline berita dari Kumparan tersebut, netizen Indonesia yang super kreatif ini menambahkan beberapa foto betapa santainya orang Indonesia berhadapan dengan persoalan sehari-hari.
Meme dan foto tentang santainya orang Indonesia pun menyebar dengan luas, foto-foto seperti driver ojek online yang terlihat berleha-leha ketika di garis zebra cross padahal tepat di depannya ada polisi lalu lintas.
Setelah itu, foto-foto penuh kelucuan ini bertambah seperti anak muda yang mengemudikan sepeda motor dengan menggunakan kaki, anak-anak yang berbaring santai di sebuah pusat pertokoan, perempuan yang menanam padi sembari rebahan atau lelaki paruh baya yang sedang menyantap pecel lele padahal sedang terjadi banjir yang cukup besar.
Foto-foto tersebut memanglah sebuah gambar yang menunjukkan realita bagaimana Indonesia memang mempunyai penduduk yang sangat santai.
Warganet pun memberikan bahasa slang baru dengan mengganti santai menjadi santuy tentu saja dengan nada yang terdengar sangat lucu.
Kesantuyan orang Indonesia memang sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, tampaknya orang Indonesia tidak terlalu penakut dengan ancaman yang membahayakan dirinya.
Contohnya ketika kerusuhan pada 22 Mei di depan Gedung Bawaslu terkait hasil akhir pemilihan presiden 2019 yang lalu, yang ditunggangi oleh oknum-oknum yang memang berencana membuat kerusuhan tersebut.
Ketika disiarkan secara live di beberapa stasiun televisi terkait kondisi terkini di area kerusuhan tersebut, terlihat dengan santuynya para penjual Starling sebuah akronim dari Starbucks Keliling atau penjual kopi dengan menggunakan sepeda menawarkan kopi kepada polisi maupun massa yang berdemo.
Bukan kaleng-kaleng, para pedagang Starling ini mengaku akibat dari kerusuhan ini mereka bisa mendapatkan untung hingga tiga kali lipatnya.
Atau juga cerita tentang tukang sate yang dengan santuynya tetap mengipas tusukan sate dagangannya ketika ada bom yang meledak di kawasan Sarinah di Jalan MH Thamrin pada tahun 2016 yang lalu.
Padahal jarak antara lokasi bom dengan dengan gerobak sate milik Pak Jamal ini hanya sekitar 100 meter.
Jangan lupakan juga usai bom meledak di Sarinah tersebut masih ada tembak-tembakan dengan menggunakan peluru asli antara polisi dengan para teroris, namun tetap saja Pak Jamal masih santuy mengipasi sate-sate untuk para pelanggannya. Tidak takut bagaimana nyawa menjadi taruhannya.
Meskipun ada bom yang meledak dan juga kejadian tembak-tembakan Pak Jamal dan pelanggannya ternyata masuk dalam kategori orang yang santuy ini.
Kesantuyan orang Indonesia tampaknya sudah melekat dalam diri orang Indonesia sebagai satu bentuk ekspresi dari penyelesaian sebuah kejadian yang tidak perlu diribetkan lagi.
Bila orang Barat, Mark Manson harus menulis sebuah buku petunjuk dengan tajuk The Subtle Art Of Not Giving A F*CK, atau Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, maka orang Indonesia tidak perlu mempelajari cara-cara untuk santuy, karena santuy sudah menjadi identitas yang masuk dalam aliran darah orang Indonesia.
Santuy adalah sebuah bentuk perlawanan dari beratnya hidup, besarnya tanggung jawab, repetan istri, julidan tetangga, sindiran kenapa belum menikah hingga mepetnya jatuh tempo segala hutang dan cicilan KPR dan motor dan masih banyak hal yang bila dipikirkan terasa akan menjadi sangat berat.
Memikirkan hal-hal berat tentang hidup tak akan pernah ada habisnya, kesusahan hari ini belum selesai dan masih ada kesusahan-kesuahan lainnya yang menunggu esok hari.
Daripada hidup bersusah-susah selalu, lebih baik santuy dulu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI