Mohon tunggu...
Gigih Prayitno
Gigih Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Masih belajar agar dapat menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Salah Kaprah Predikat Indonesia Negara "Paling Santuy" di Dunia dengan Kelucuannya

3 Agustus 2019   20:48 Diperbarui: 4 Agustus 2019   15:24 3579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padahal jarak antara lokasi bom dengan dengan gerobak sate milik Pak Jamal ini hanya sekitar 100 meter.

Pak Jamal | Kompas
Pak Jamal | Kompas

Jangan lupakan juga usai bom meledak di Sarinah tersebut masih ada tembak-tembakan dengan menggunakan peluru asli antara polisi dengan para teroris, namun tetap saja Pak Jamal masih santuy mengipasi sate-sate untuk para pelanggannya. Tidak takut bagaimana nyawa menjadi taruhannya.

Meskipun ada bom yang meledak dan juga kejadian tembak-tembakan Pak Jamal dan pelanggannya ternyata masuk dalam kategori orang yang santuy ini.

Kesantuyan orang Indonesia tampaknya sudah melekat dalam diri orang Indonesia sebagai satu bentuk ekspresi dari penyelesaian sebuah kejadian yang tidak perlu diribetkan lagi.

Bila orang Barat, Mark Manson harus menulis sebuah buku petunjuk dengan tajuk The Subtle Art Of Not Giving A F*CK, atau Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat, maka orang Indonesia tidak perlu mempelajari cara-cara untuk santuy, karena santuy sudah menjadi identitas yang masuk dalam aliran darah orang Indonesia.

Santuy adalah sebuah bentuk perlawanan dari beratnya hidup, besarnya tanggung jawab, repetan istri, julidan tetangga, sindiran kenapa belum menikah hingga mepetnya jatuh tempo segala hutang dan cicilan KPR dan motor dan masih banyak hal yang bila dipikirkan terasa akan menjadi sangat berat.

Memikirkan hal-hal berat tentang hidup tak akan pernah ada habisnya, kesusahan hari ini belum selesai dan masih ada kesusahan-kesuahan lainnya yang menunggu esok hari.

Daripada hidup bersusah-susah selalu, lebih baik santuy dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun