Usai drama Pemilihan Presiden (Pilpres) yang berlangsung sejak Agustus tahun lalu, hingga sengketa hasil pemilihan suara di Mahkamah Konstitusi hingga pengumuman calon terpilih oleh KPU, isu rekonsiliasi mulai mencuat ke permukaan.
Ide rekonsiliasi ini hadir karena sepertinya rakyat Indonesia terpecah menjadi dua, pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi, sehingga dibutuhkan pendamaian agar kedua kubu ini kembali tentram menjadi satu.
Kita sendiri tahu seberapa ganas dan brutal pertarungan para pendukung Prabowo dan pendukung Jokowi ketika mendukung calon pasangan yang mereka pilih dan mencaci lawan dari pasangan yang mereka dukung, narasi cebong-kampret kembali mencuat ke permukaan dengan dalil yang sama-sama berasa berjuang di jalan yang benar tanpa ada satu pihak yang mengalah atau diam.
Dari perpecahan inilah, beberapa tokoh menilai dibutuhkan rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi supaya mereka yang berada di grass root juga menjadi lebih tenang dan damai, karena Indonesia adalah satu identias.
Namun ternyata, dari pihak Prabowo untuk melakukan rekonsiliasi mengisyaratkan kepulangan dari Rizieq Shihab dari Arab Saudi kembali ke Indonesia.
Juru Bicara BPN, Dahnil Anzar mengatakan, dengan kepulangan Rizieq Shihab ini dapat mengubur dendam politik yang terjadi di Indonesia.
Dahnil juga mengatakan bahwa kepulangan Rizieq Shihab sebagai cara yang paling strategis untuk mengobati dendam politik antara pendukung Jokowi dan Prabowo.
Selain itu, dari pihak Prabowo juga mengisyaratkan pembebasan sejumlah tokoh pendukungnya yang ditangkap karena terjerat kasus hukum.
Kita semua tahu bahwa pada April 2017 lalu, Rizieq Shihah bertolak ke Mekkah, Arab Saudi untuk menunaikan ibadah umrah, namun sampai sekarang ini Rizieq Shihab belum kembali ke Indonesia.
Selain itu, Rizieq Shihab juga terkena kasus chat via WhatsApp berkonten pornografi dengan seorang perempuan bernama Firza Husein. Namun kasus tersebut dihentikan oleh pihak kepolisian karena kurangnya bukti yang kuat untuk memproses kasus tersebut.