Mohon tunggu...
Gigih Prayitno
Gigih Prayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Masih belajar agar dapat menulis dengan baik

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dari Perspektif dan Sentimen Media, Jokowi Kemungkinan akan Menang di Pilpres 2019

5 April 2019   15:29 Diperbarui: 6 April 2019   07:50 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelaran pemilihan presiden sudah semakin dekat, sudah memasuki bulan April berarti hari pencoblosan untuk memutuskan siapa yang akan menjadi orang nomor satu di Indonesia akan segera berlangsung, dan kita akan segera mengetahui siapa yang akan memegang kemudi Indonesia lima tahun mendatang.

Dan saat ini, hanya ada dua pasangan calon yang sedang bertarung, yakni sang petahan Joko Widodo berpasangan dengan K.H Ma'ruf Amin dan melawan rival lamanya Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Sandiaga Salahuddin Uno.

Setidaknya kampanye masing-masing calon sudah berlangsung selama enam bulan. Baik TKN (01) maupun BPN (02) mempunyai strategi masing-masing untuk menarik perhatian masyarakat untuk memenangkan jagoannya masing-masing. Strategi yang dilakukan dengan pergi ke berbagai tempat dan juga para buzzer ikut membuat panas kampanye politik lima tahunan ini.

Bila dilihat dari perspektif sentimen dan media, kemungkinan besar pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin akan memenangkan kontestasi pemilihan presiden tahun ini, hal ini dibuktikan dengan survei dari beberapa lembaga yang menunjukkan petahana jauh lebih unggul dibandingkan rivalnya.

Hasil Survei dari Beberapa Lembaga/twitter.com
Hasil Survei dari Beberapa Lembaga/twitter.com

Keunggulan Jokowi selain dari citra yang dibangun lewat pemerintahan yang sudah dijalankan lebih dari 4 tahun ini, juga tentunya dari top of mind masyarakat sendiri dari apa yang sudah dilakukan oleh TKN dan para relawan Jokowi.

Dari sisi penyampaian sebagai sosok presiden sekaligus yang akan bertarung kembali di pilpres tahun ini, Jokowi lebih unggul daripada Prabowo. Televisi sebagai media paling besar di Indonesia dan menjangkau masyarakat paling luas turut serta dalam hal ini.

Kita bisa lihat bahwa dari penetapan nomor urut calon presiden dan wakil presiden yang dilakukan oleh KPU pada 20 September silam, setidaknya ada 7 acara/liputan/wawancara kepada Jokowi dan keluarganya yang dilakukan oleh beberapa stasiun stasiun televisi.

Segmen dengan topik "Bersama Jokowi" yang ditayangkan di televisi ini berdurasi dari 30 menit hingga 1 jam lebih. Hal ini tentu sangat menguntungkan Jokowi yang sedang mencalonkan kembali menjadi presiden RI berikutnya.

Berikut jumlah acara bersama Jokowi yang dilakukan di beberapa total televisi nasional.

1. 30 Menit Bersama Presiden di Net TV 7 Oktober 2018.

2. 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di acara Satu Meja: The Forum di Kompas TV 22 Oktober 2018.

3. Momen Spesial Jokowi Ngobrol Santai di HUT ke-18 Metro TV, 27 November 2018.

4. Jokowi di acara Mata Najwa Trans 7, 11 Desember 2018.

5. Jokowi di acara Ini Talkshow Net TV 28 Januari 2019.

6. Dangdutan Bareng Presiden,di Indosiar 15 Februari 2019.

7. Wawancara dengan Jokowi oleh Cak Lontong  di RCTI 10 Maret 2019.

Komisi Pemilihan Umum memang memberikan larangan kepada partai politik maupun capres dan cawapres memasang iklan di televisi, namun para tokoh politik berada di siaran televisi tentu hal yang berbeda walapun mempunyai kemiripan yang tidak bisa dihindarkan.

Dari total 7 segmen mengenai Jokowi ini, 4 segmen terjadi di tahun 2018, kemudian 3 segmen sisanya terjadi di tahun 2019. Selain itu, pada segmen-segmen pemberitaan khusus tentang Jokowi ada beberapa bagian video yang menjadi trending topik di Youtube, platform yang punya audien tersendiri. Ini menguntungkan siapa? Sekali lagi Jokowi.

Sedangkan untuk capres Prabowo Subianto, tercatat hanya satu kali wawancara khusus yang dilakukan oleh Kompas TV dalam segmen

1. "Jalan Politik Prabowo" pada 5 Oktober 2018

2. Politik Sang Penantang oleh CNN Indonesia pada 21 Oktober 2018

3. Jalan Bareng Prabowo Subianto oleh Liputan 6 SCTV pada 15 Februari 2019

Ketiga acara mengenai Prabowo ini terdiri dari 2 segmen yang terjadi di bulan tahun 2018, di tahun 2019 hanya ada satu penayangan di televisi mengenai sosok seorang Prabowo dengan durasi kurang dari 30 menit.

 Ketidakberimbangan porsi antara Jokowi dan Prabowo di media televisi tentu akan menguntungkan pihak yang secara kuantitas lebih banyak dalam hal ini tentunya untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Repitisi dan Top of Mind

Dengan banyaknya tayangan tentang Jokowi ini akan membuat top of mind pada masyarakat semakin kuat, hal ini juga diuntungkan dengan awareness terkait Jokowi sudah dibentuk mulai sejak Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo dengan citra kesederhanaan dan blusukkannya.

Repetisi atau pengulangan tentu akan menjadi pengikat yang kuat dalam pikiran, alam bawah sadar kita dijejali dengan sesuatu pola yang berulang. Sehingga timbul kesamaan presepsi di dalam benak kita.

Contoh paling ekstrim yang pernah ada adalah "Mars Perindo" yang diulang-ulang ribuan kali, sehingga anak kecil pada masa itu lebih hapal Mars Perindo dibandingkan lagu Indonesia Raya ataupun Garuda Pancasila.

Repetisi dengan memunculkan Jokowi dalam periode tertentu ini meskipun dengan intesitas yang tidak sebanyak Mars Perindo tentu sudah menguntungkan pihak 01.

Tidak hanya itu, baru-baru ini saya baru sadar bahwa pasangan calon presiden no urut 01 memasang iklan di bioskop. Tidak tanggung-tanggung ada dua iklan yang ditayangkan dengan tidak berurutan sebelum film bioskop di mulai.

Mengingat banyaknya film bagus yang tayang di bulan April sehingga jumlah orang yang menonton bioskop juga meningkat hal ini akan meningkatkan kesadaran tekait sosok dari Jokowi dan Ma'ruf Amin. Lagi-lagi hal ini dibuktikan dengan beberapa lembaga survei yang baru-baru ini merilis laporan hasil penelitian mereka.

Jokowi dan Prabowo Berpelukan pada Asian Games 2018 (Biro Pers Sekretariat Presiden)
Jokowi dan Prabowo Berpelukan pada Asian Games 2018 (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Sentimen pada Debat dan Sosial Media

Di sosial media perkara perpilpresan ini juga tak kalah riuhnya, kedua buzzer baik 01 dan 02 layaknya seperti tentara secara habis-habisan yang mendukung pasangan pilihan mereka.

Namun bila dilihat dari sosial media, sosok Prabowo menjadi pusat sentimen negatif seperti "Tampang Boyolali", "Keluarga Prabowo China" "Prabowo Sholat Jumat Dimana", "Joget Prabowo", "Unicorn", "Prabowo Marah", ketika debat dan terakhir "Keislaman Prabowo Diragukan" oleh Rizieq Shihab seperti yang dingkapkan oleh Prof Yusril Iza Mahendra baru-baru ini.

Belum lagi Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj pada tayangan Mata Najwa mengatakan bahwa Prabowo satu gerbong dengan mereka yang mengusung ideologi khilafah (HTI) dan bertentangan dengan ideologi Pancasila.

Serangan Prabowo pada pertarungan kali ini jauh lebih banyak dan lebih brutal dibandingkan pada pilpres 2014 lalu.

Hal ini berbanding terbalik dengan Jokowi. Pada pilpres sekarang ini tidak sebrutal pada pilpres 2014 lalu, seperti fitnah tentang Jokowi PKI, keturunan China, Ibu Jokowi diragukan, Capres Boneka, semua itu dibungkus dalam Tabloid Obor Rakyat.

Serangan ke kubu Jokowi sekarang lebih cenderung kepada kinerja Jokowi yang sudah dilakukan selama dia menjabat. Isu-isu yang dilontarkan seperti tidak menepati janji (penuntasan pelanggaran HAM), konflik agraria, dan banyaknya anggapan dari banyak orang terkait kegagalan yang dilakukan oleh Jokowi ketika memerintah, sehingga tagar 2019 Ganti Presiden menjadi sangat populer.

Semua Tidak Bisa Dipastikan

Meskipun banyak lembaga survei sudah merilis elektabilitas kedua pasangan calon ini dan memprediksi siapa yang akan memenangkan kontestasi perebutan orang nomor satu di Indonesia, namun semua ramalan, prakiraan siapa yang benar-benar menjadi presiden akan ditentukan pada real count setelah pemilihan pada 17 April 2019.

Hari pemilihan sudah semakin mendekat, kurang lebih sekitar 12 hari lagi. Dengan jangka waktu itu, masih banyak hal dan kemungkinan yang akan terjadi. Masih ada banyak isu yang bisa digoreng atau ada salah satu capres yang "kepleset" lidahnya, masih ada kemungkinan pengerahan massa atau sejenisnya semua bisa terjadi namun semoga tidak terjadi kekacauan dalam Pilpres 2019 kali ini.

Sekita 12 hari lagi, rakyat Indonesia mengharapkan orang-orang terbaik dari Indonesia lah yang akan menjadi pilot dalam sebuah pesawat besar bernama Indonesia.

Kita tunggu 17 April 2019 mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun