Saudara sebangsa dan setanah air,
Menarik sekali membaca analisis admin Kompasiana, Iskandar Zulkarnen, tentang testimoni Nazaruddin di Kompasiana. Testimoni tersebut dapat dilihat di sini.
Tim Kompasiana memang benar, dilihat dari IP Address, pembuat testimoni tsb berada di Indonesia.
Kami hendak mengajukan sebuah analisis sederhana. Yang kami analisis adalah isi dan gaya tulisan tsb. Silahkan para pembaca nanti menerka sendiri siapa "ghost writer" yang kami maksudkan.
Secara keseluruhan, testimoni tsb boleh dibilang ’sempurna’ dari segi penulisan, meskipun ada beberapa kata yang sepertinya sengaja dibikin keliru. Anehnya, dikatakan di paragraf awal testimoni tsb bahwa Nazaruddin tak pandai menulis. Disampaikan pula semalam dalam acara Jakarta Lawyers Club bahwa Bahasa Indonesia Nazaruddin buruk.
Dengan demikian, tidak diragukan lagi, testimoni tsb sesungguhnya dibuat oleh seorang penulis yang cukup handal, yang tentu punya kedekatan dengan Nazaruddin.
Lalu, siapa ghost writer tsb? Bagi kami, tidak terlalu sulit untuk mengetahuinya.
Pertama, dari segi gaya tulisan, mari kita perhatikan dengan secermat-cermatnya struktur kalimat yang dipakai, pemilihan diksi, kombinasi paragraf panjang-pendek, penggunaan tanda baca yang khas seperti titik dua, dan lain-lain.
Kedua, dari segi isi tulisan, mari kita perhatikan sebuah 'clue' (petunjuk) yang terdapat di testimoni tsb. Dengan clue itu kita bisa membuka kedok ghost writer di balik testimoni tsb.
Clue itu terdapat di alinea nomor 2 dari bawah. Bunyinya kami kutip lengkap:
Oleh sebab itu dalam waktu dekat saya akan membuka diri; termasuk melakukan live chatting dengan semua komunitas online, media alternatif di Indonesia, untuk menyampaikan apa yang sesungguhnya terjadi dari sudut pandang saya.
Tidak sulit kan mengetahui maksud di balik clue tadi?
Jadi, peristiwa Nazaruddin chatting menggunakan skype dengan pihak yang mengaku dari media alternatif itu sudah dirancang jauh-jauh hari. Karena Nazaruddin pada dasarnya adalah orang gaptek, gagasan seperti ini tentu tidak berasal dari dirinya sendiri.
Satu lagi, mari kita sebuah kalimat di alinea terakhir testimoni tersebut:
Khususnya kepada media yang bekerja profesional, saya hanya bisa menghimbau verifikasilah semua ini, agar publik tidak dibodohi, agar publik juga paham apa yang disebut sebuah fakta kebenaran.
Verifikasi, verifikasi, verifikasi. Inilah kata yang sering kita dengar dari seseorang yang dekat dengan Nazaruddin belakangan ini. Dalam dunia jurnalistik verifikasi memang wajib adanya.Tetapi verifikasi bukan berarti membiarkan narasumber ngomong semau-maunya, termasuk menyebarkan pernyataan yang bisa menjadi fitnah bagi pihak-pihak tertentu, lalu menyiarkan secara apa adanya kepada publik. Dan ternyata verifikasi yang dikehendaki oleh 'Nazaruddin' dan dirancang oleh ghost writer-nya adalah verifikasi yang seperti ini.
Jadi, para pembaca kini dapat menyimpulkan sendiri siapa ghost writer di balik testimoni Nazaruddin di Kompasiana yang cukup menghebohkan itu, sekaligus dapat menerka-nerka apa saja yang telah dan sedang diperbuat si ghost writer untuk membantu kliennya.
Terima kasih.
Salam damai dari Bumi Pertiwi,
Om Raden
Subject
Message
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H