Maraknya pelatihan aktivasi otak tengah berbiaya mahal bagi anak usia 5 – 15 tahun yang diklaim oleh penggiatnya sebagai upaya jalan pintas membuat anak
jenius, perlu kami sikapi secara tegas. Publikasi yang gencar melalui berbagai
media, sudah memberikan tingkat keprihatinan kita semua. Sementara itu tindakan
pemerintah dalam hal ini masih sangat minim, kalau boleh dikata, tidak ada.
Melihat hal ini, maka sebagai pembina dan nara sumber kegiatan diskusi orang
anak gifted (cerdas luar biasa/cerdas istimewa) yang tergabung dalam mailing
list anakberbakat@yahoogroups.com mengambil sikap, yaitu sama sekali tidak
mendukung kegiatan tersebut, dan mendesak pemerintah untuk menyikapinya dengan
tegas, di samping itu juga mendesak agar semua ikatan profesi, keahlian, dan
praktisi pendidikan dan kesehatan menjalankan peranannya sebagai pendidik
masyarakat berdasarkan asas keilmuan yang benar (evidence based practice).
Kegiatan dan publikasi aktivasi otak tengah jelas bisa menjerumuskan pemahaman
masyarakat baik orang tua maupun guru terhadap pemahaman jenius secara ilmiah,
yang pemahamannya itu sudah didukung oleh berbagai penelitian panjang di
berbagai bidang ilmu lebih dari seratus tahun. Publikasi aktivasi otak tengah
yang mengklaim dilandasi oleh pengetahuan ilmiah itu, nampaknya sungguh tidak
ilmiah, karena jauh dari pemahaman tentang jenius itu sendiri.
Istilah jenius dalam pemahaman ilmu psikologi hanya diberikan kepada mereka yang
mempunyai tingkat inteligensi luar biasa (dengan IQ yang termasuk kategori "very
superior" atau dua standar deviasi di atas rata-rata), dengan kreativitas yang
luar biasa, dan yang penting lagi harus sudah mempunyai prestasi yang luar
biasa. Contohnya sebagaimana misalnya Einstein, atau Thomas Alfa Edison. Bukan
anak yang hanya bisa membaca, mewarnai gambar, atau naik sepeda dengan mata
ditutup.
Metoda aktivasi otak tengah yang tujuannya agar anak menjadi jenius, dilihat
dari sudut ilmu apapun, tidak dapat memberikan dukungan bagi pengembangan
penelitian baginya. Ilmu psikologi yang mengupas tentang anak jenius tidak
mungkin bisa memberikan dukungan secara teoritis, terutama tentang orijinalitas
eksistensi kejeniusan. Sebab inteligensi luar biasa adalah sebuah hal yang
diturunkan, yaitu merupakan natur genetik. Natur genetik ini masih membutuhkan
dukungan lingkungan agar si anak bisa menghasilkan prestasi luar biasanya
sebagai karya jenius. Karya jenius adalah sebuah karya yang orijinal, yang
merupakan pengembangan inteligensinya dengan kreativitas yang tinggi serta
dikembangkannya sendiri. Seseorang yang hanya meniru atau mengikuti perintah
sebagaimana anak-anak yang dilatih dalam kegiatan aktivasi otak tengah itu,
dalam ilmu psikologi tidak dapat dikategorikan sebagai anak jenius. Penggunaan
ini hanya menyalahgunakan istilah yang dapat menggiurkan masyarakat.
Dari sudut pandang ilmu kedokteran sendiri, baik ilmu syaraf yang mempelajari
fungsi otak, maupun kedokteran anak yang mempelajari tumbuh kembang anak, jelas
kedua cabang ilmu ini juga tidak bisa mendukung secara teoritis. Karena klaim
aktivasi otak tengah tidak bisa berkorelasi dengan teori dalam keilmuan
kedokteran itu.
Dari sudut ilmu pendidikan kegiatan aktivasi otak tengah juga menisbikan dan
menolak keragaman yang terdapat pada tiap-tiap individu dan bertentangan dengan
ragam teori dan kepustakaan ilmiah dibidang tumbuh kembang kognisi manusia
(Cognitive & learning theories). Keragaman yang ditentukan oleh potensi dasar
seseorang akan mempengaruhi gaya belajar, cara berfikir dan cara menyerap suatu
informasi. Dengan prinsip yang ditawarkan oleh kegiatan aktivasi otak tengah,
maka secara tidak langsung menjanjikan harapan-harapan palsu terhadap orang tua
dan anak didik.
Dari sudut ilmu antropologi kesehatan, kegiatan aktivasi otak tengah lebih tepat
dikelompokkan sebagai kelompok psedo-ilmiah, dengan ciri-ciri yang sangat khas
yaitu mengklaim sebagai kegiatan ilmiah menggunakan bahasa ilmiah, padahal tidak
ilmiah.
Mailinglist anakberbakat@yahoogroups.com sudah berdiri sejak Oktober 2001,
berisi orang tua dengan anak-anak yang terdeteksi sebagai anak-anak gifted
(cerdas istimewa) baik yang bermasalah dalam pencapaian prestasi, perilaku,
emosi, bicara dan bahasa, serta masalah perkembangan, maupun anak-anak yang
mampu berprestasi dengan baik.
Pers Rilis ini dikeluarkan tanggal 5 September 2010.
PETISI STOP AKTIVASI OTAK TENGAH
http://www.ipetitions.com/petition/stop-aktivasi-otak-tengah/
MARI DUKUNG PETISI INI
Meningkatnya kegiatan berasas bisnis yang mengatasnamakan kegiatan ilmiah demi
pendidikan dan masa depan anak-anak Indonesia yang kegiatannya yang dilakukan
oleh sekelompok orang berupa kegiatan Aktivasi Otak Tengah, serta dipublikasi
dapat memberikan hasil anak menjadi jenius, sementara itu kegiatan ini terus
berlanjut sekalipun sudah banyak orang yang melakukan protes,
maka demi masa depan anak-anak Indonesia, kami menyatakan bahwa:
1. Mendukung penggugatan terhadap kegiatan aktivasi otak tengah yang bertujuan
anak menjadi jenius.
2. Mendesak pada pemerintah cq Kementerian Kesehatan, Kementrian Pendidikan,
Lembaga Perlindungan Anak,Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, serta Kepolisian, agar menyikapi kegiatan pengaktivan otak
tengah.
3. Mendesak kepada berbagai ikatan profesi , keahlian dan praktisi yang
berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan untuk senantiasa memberikan pendidikan
kepada masyarakat tentang pelayanan pendidikan dan kesehatan berbasis ilmiah
(Evidence Based Practice).
4. Menolak bentuk-bentuk pelayanan pendidikan dan kesehatan yang pseudocience.
Individu jenius adalah seseorang highly gifted (Inteligensi serta kreativitas
yang luar biasa), dimana ia sudah menghasilkan prestasi yang luar biasa.
STOP PENYALAHGUNAAN ISTILAH JENIUS
Pembina dan narasumber anakberbakat@yahoogroups.com
1. DR. Endang Widyorini, psikolog ahli gifted children
2. Adi D Adunigroho, PHD, special education specialist
3. Dr. Arman Yurisaldi, SpS,MS, dokter spealis syaraf
4. Kasandra A Putranto, psi, HIMPSI Jaya
5. Dr. M Nashim, dokter offshore
6. Dr Waldi Nurhamzah, SpA, dokter spesialis anak
7. DR Julia Maria van Tiel, doktor antropologi kesehatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H