Mohon tunggu...
Giffara FayzaMuhlisa
Giffara FayzaMuhlisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prospek Summit of The Future Tahun 2024 dalam Mengatasi Permasalahan Hutang Internasional

2 Januari 2024   14:15 Diperbarui: 2 Januari 2024   14:15 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tahun 2024, dunia internasional bersiap menyambut Summit of the Future, sebuah forum penting yang diharapkan dapat menjadi panggung utama dalam membahas dan merumuskan solusi terkait permasalahan hutang internasional. Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, para pemimpin dan pakar dari berbagai negara diundang untuk berdialog dan bekerja sama guna mengidentifikasi prospek-prospek yang inovatif dan berkelanjutan dalam menangani beban hutang yang melanda beberapa negara. Summit ini diharapkan dapat menjadi momentum penting bagi kerjasama multilateral yang efektif dalam mencari solusi konkret dan memberikan dorongan bagi pembangunan ekonomi global yang lebih inklusif. Dengan tema utama mengenai penyelesaian hutang internasional, diharapkan bahwa Summit of the Future 2024 akan menghasilkan langkah-langkah strategis dan kemitraan yang kuat untuk membentuk masa depan keuangan global yang lebih stabil dan berkelanjutan.

Diperkirakan pada Summit of the Future tahun 2024, isu utang internasional akan menjadi salah satu agenda penting. Pasalnya, beban utang luar negeri negara-negara berkembang masih akan menjadi tantangan besar dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Salah satu pilar utama yang diperkirakan akan kembali menyinggung persoalan ini adalah pilar ekonomi hijau. Dalam pilar tersebut, negara-negara maju diperkirakan akan menindaklanjuti komitmen mereka terkait restrukturisasi dan bantuan pengurangan utang bagi negara berkembang.

Beberapa rencana konkret yang mungkin diajukan antara lain melonggarkan syarat utang, menurunkan suku bunga, dan memperpanjang tenggat waktu pembayaran. Selain itu kemungkinan akan ada skema penghapusan sebagian utang untuk negara-negara paling miskin, terutama yang rentan terhadap perubahan iklim. Tujuan utamanya tetap untuk memberikan ruang fiskal lebih besar bagi negara berkembang, sehingga mereka dapat mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk program-program pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, diharapkan Summit of the Future 2024 dapat menghasilkan kemajuan signifikan dalam penanganan beban utang luar negeri negara-negara berkembang.

 Dari perspektif pandangan dunia di masa depan, globalisasi semakin memperkuat interkoneksi ekonomi antar negara. Meskipun membuka peluang pertumbuhan, ketergantungan ekonomi yang meningkat juga membawa kompleksitas dalam penanganan utang internasional. Kemajuan teknologi finansial dapat mempercepat aliran modal internasional, namun, seiring dengan itu, timbul risiko finansial dan keamanan yang perlu dikelola secara bijaksana.

Dalam konteks pilar utang internasional, pasar keuangan internasional memegang peran sentral. Hubungan dengan lembaga keuangan internasional, seperti IMF (International Monetary Fund) dan World Bank, menjadi landasan utama dalam menyusun kebijakan ekonomi dan pengelolaan utang. Pentingnya transparansi dalam penyediaan dan penggunaan utang juga muncul sebagai pilar vital, memastikan dana utang digunakan efektif dan mencegah potensi korupsi. Dengan demikian, pandangan dunia masa depan dan elemen kunci dalam kerangka utang internasional menjadi dua dimensi yang saling terkait dalam upaya mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Dalam menghadapi banyaknya perubahan tatanan dunia, Bank dunia maupun IMF perlu mengambil langkah agar dapat terus eksis dalam sistem dunia perbankan, Salah satunya dalam menghadapi sistem bank pembangunan multilateral. Baru-baru ini Bank Dunia dikejutkan dengan kehadiran Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB), hal ini dikarenakan bank yang didirikan oleh China dan berfokus pada pembiayaan infrastruktur ini menjadi bank pembangunan multilateral dan memiliki peran yang hampir sama dengan Bank Dunia. Dilain sisi munculnya ketakutan bagi Bank Dunia akan eksistensi dari AIIB yang kemudian akan menyingkirkan Bank Dunia itu sendiri. Maka dibutuhkan reformasi dalam sistem Bank Dunia dan IMF sendiri baik dalam penyesuain tatanan keuangan dunia yang telah berubah dan bentuk pertahan akan eksistensinya itu sendiri. 

Sejauh Ini baik Bank Dunia maupun IMF telah melakukan reformasi dalam sistem bank pembangunan multilateral yang nyatanya telah menjadi topik pembahasan yang cukup hangat pada KTT G20 di India lalu. Reformasi Keuangan Global yang mencakup tata kelola dan kapasitas keuangan ini mengacu pada kekuatan neraca keuangan Bank Dunia dan juga IMF untuk lebih meningkatkan pemberian bantuan terhadap negara berkembang, terlebih dalam konteks pemberian biaya yang lebih murah dan konsensional. Reformasi ini bertujuan agar dapat mengatasi berbagai permasalahan terutama dalam menghadapi berbagai tantangan dalam pembangunan di negara berkembang, selain itu dengan dilakukanya reformasi tersebut dapat meningkatkan eksistensi dari Bank Dunia maupun IMF itu sendiri bagi negara berkembang. Dilain sisi reformasi ini dapat menjadi penolong akan ketidakpastian global yang terus mempengaruhi pembangunan di negara-negara berkembang. 

Seiring berjalannya waktu, World Bank dan IMF telah mengimplementasikan berbagai reformasi dan perubahan dalam sistem pembangunan multilateral mereka, menanggapi dinamika yang terus berubah dalam konteks pembangunan global.

Transformasi operasional menjadi fokus utama bagi World Bank, yang terus melakukan reformasi kebijakan dan strategis. Mereka menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam dinamika pembangunan global, dengan tujuan utama pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, pengentasan kemiskinan, dan pembangunan berkelanjutan.

Peningkatan pendanaan untuk pembangunan berkelanjutan menjadi landasan bagi perubahan lainnya. World Bank memusatkan perhatian pada proyek-proyek pembangunan berkelanjutan, termasuk namun tidak terbatas pada energi terbarukan, adaptasi perubahan iklim, dan pengurangan risiko bencana. Hal ini mencerminkan komitmen mereka terhadap pembangunan yang berkelanjutan dan memperhitungkan tantangan lingkungan global.

Dalam mendukung stabilitas ekonomi global, World Bank dan IMF memberikan dukungan keuangan dan bantuan teknis kepada negara-negara anggota yang menghadapi krisis ekonomi dan keuangan. Mereka berperan sebagai penyokong untuk membantu negara-negara ini mengatasi tantangan ekonomi yang mungkin timbul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun