Mohon tunggu...
Izham Giffari
Izham Giffari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pengetahuan pintar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk mengembangkan kemampuan dalam hidup sehari-hari melalui kegiatan sebagai penulis ilmu pengetahuan secara besar & luas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kuliner Bukan Biasa: Serangga sebagai Makanan Terkenal Asia Tenggara

27 Juni 2023   16:10 Diperbarui: 27 Juni 2023   16:11 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Asia Tenggara adalah wilayah yang dikenal dengan keragaman budayanya. Salah satu aspek budaya yang menarik perhatian adalah kebiasaan memakan serangga. 

Meskipun mungkin terdengar aneh atau bahkan menjijikkan bagi sebagian orang, serangga sebenarnya telah menjadi bagian dari makanan tradisional di beberapa negara Asia Tenggara selama berabad-abad. 

Dalam beberapa budaya di Asia Tenggara, serangga dipandang sebagai sumber protein yang melimpah dan terjangkau secara ekonomi. 

Di Thailand, misalnya, serangga seperti jangkrik, belalang, ulat sutra dan semut adalah makanan umum. Orang Thailand percaya bahwa serangga mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan, seperti protein tinggi, lemak sehat dan zat besi. 

Di Kamboja, tarantula goreng adalah hidangan populer. Di Laos, kumbang air dan belalang adalah hidangan populer. Hidangan serangga juga dapat ditemukan di Indonesia, terutama di daerah-daerah seperti Jawa Tengah dan Yogyakarta. 

Ketersediaan ini menjadikannya sumber protein yang murah dan berkelanjutan. Serangga juga dianggap memiliki dampak lingkungan yang lebih rendah daripada produksi ternak tradisional, yang seringkali membutuhkan lahan yang luas dan pakan yang intensif sumber daya. 

Namun, penting untuk dicatat bahwa kebiasaan makan serangga mungkin tidak populer di seluruh Asia Tenggara.Pengaruh globalisasi dan modernisasi juga telah menyebabkan perubahan pola makan di beberapa negara, yang mengakibatkan penurunan konsumsi serangga. 

Pengaruh globalisasi dan modernisasi juga telah menyebabkan perubahan pola makan di beberapa negara, yang mengakibatkan penurunan konsumsi serangga. 

Sumber: Seasia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun