Mohon tunggu...
gifaritaufani
gifaritaufani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa, Penulis, Pujangga, Konten Kreator

Ghiffari Taufani adalah seorang mahasiswa fakultas bahasa Arab di LIPIA, Jakarta, berasal dari kota Cianjur dan kini sudah menikah. Dia pernah beberapa kali mengikuti lomba cerpen dan artikel. Dia tergabung di komunitas penulis FLP cabang Cianjur. Sudah pernah menerbitkan 4 buku secara mandiri dan sering menulis opini-opini dan puisi. Kini dia mulai membuat konten sederhana di akun Instagramnya berisikan pikiran-pikirannya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

4 Prinsip agar Al-Quran Menjadi Benteng Kita, yang Terakhir Wajib Kamu Ketahui!

15 Juli 2024   12:44 Diperbarui: 15 Juli 2024   13:02 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/photos/quran-verse-moslem-alfatihah-6820099/Input sumber gambar

Kita sekarang berada di zaman di mana segala bentuk informasi mudah diakses oleh kita tanpa adanya filter, kita bisa tahu banyak hal, banyak pemikiran, banyak peristiwa. Namun di samping dampak positif yang ditimbulkan dari kemudahan akses tersebut, terdapat banyak dampak negatif yang harus kita hindari dan sadari, ketika arus informasi itu tidak terbendung maka tersisa kitalah yang harus memfilter mana yang informasi yang boleh diterima. Kita adalah generasi Z atau disingkat GenZ, kita terbiasa dengan hal-hal instan, kebiasaan itu diambil oleh para pengembang media sosial untuk menciptakan fitur baru yaitu reels, short video, dan tiktok, sebuah potongan video singkat dengan informasi yang tak utuh, kita senang sekali dengan tagline, judul berita, atau informasi menghebohkan tanpa membaca secara utuh atau cek kebenaran informasinya. Itulah yang menyebabkan banyaknya generasi Z yang kebingungan dengan arah hidupnya, bingung mana yang harus dia jadikan pegangan atau kebenaran, kita dengan mudahnya menyimpulkan sebuah judul berita tanpa membaca, kita dengan entengnya percaya pada kata-kata kehidupan di TikTok yang menyesatkan, dan saya melihat bahwa hari in tak ada satu pun orang yang menjadi dirinya sendiri, karena dia menjadi diri sendiri dengan membaca perkataan orang yang menyuruhnya untuk menjadi diri sendiri yang tanpa disadari dia telah mengikuti cara oranglain menjadi dirinya dan kita bukan menjadi diri sendiri tapi menjadi orang lain.

Nah, dari fenomena di atas, penting sekali bagi para generasi muda untuk memiliki prinsip yang kokoh dalam menghadapi tekanan zaman ini agar tak mudah terombang-ambing oleh kesesatan yang disiarkan.

Sekarang mulai banyak orang yang berfikir bahwa agama tidak penting, ada orang yang mengatakan bahwa "menghafal Al-Quran itu tidak penting, lebih penting belajar matematika," dengan melatarbelakangi perkataan itu dengan cerita dia yang pernah menghafal Al-Quran terus gagal dalam hidupnya. Jelas bahwa statement seperti ini merusak pandangan generasi muda muslim untuk berhenti menghafal Al-Quran dan lebih memilih untuk mencari dunianya. Ya betul, bahwa matematika, sains, teknologi dan ilmu apapun itu penting dan bukan berarti ketika mengatakan bahwa semua ilmu itu berguna untuk karir ke depannya lantas dengan enteng mengatakan bahwa menghafal Al-Quran itu tidak penting. Justru itu adalah bentuk perbandingan yang tidak tepat, karena menghafal Al-Quran itu adalah ibadah sedangkan mempelajari ilmu umum untuk tujuan karir adalah kebutuhan kita untuk mencapai tujuan hidup kita yang jika diniatkan untuk ibadah maka akan bernilai ibadah. Menghafal Al-Quran atau membaca Al-Quran itu kewajiban sedangkan belajar ilmu umum adalah kebutuhan, keduanya sama-sama penting, yang satu (Al-Quran) untuk membentengi kita (dari hal-hal yang bersifat merusak akidah Islam) dan yang satu lagi (belajar ilmu umum) untuk memenuhi kebutuhan kita (ekonomi) Maka dari itu, dalam kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai Al-Quran sebagai benteng terakhir dalam menghadapi tekanan zaman.

Bagaimana cara agar Al-Quran bisa menjadi benteng kita?

Caranya adalah dengan menjadikannya prinsip hidup, Al-Quran telah menjadi penerang umat dan sebagai sumber kemajuan sehingga kita bisa mengambil banyak pelajaran darinya. Berikut prinsip-prinsip yang bisa kalian pegang:

1. Merasa bangga punya Al-Quran

Al-Quran adalah sumber kemuliaan, maka jangan pernah merasa hina atau gagal saat diberikan kesempatan untuk bisa memegangnya. Lihatlah Jibril, dia bisa menjadi pemimpin para malaikat karena dia adalah malaikat penyampai wahyu kepada para nabi dan rasul dan di antara wahyu itu adalah Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad, kemudian saat sampai kepada nabi Muhammad, maka dia pun menjadi pemimpin para nabi dan rasul, menjadi penutup para nabi dan rasul dan menjadi nabi dengan pengikut atau jumlah umat paling banyak, menjadi nabi yang membukakan pintu surga dan memberikan syafaat pada umatnya, begitu besar kemuliaan Al-Quran hingga menjadi satu-satunya mukjizat yang masih terjaga hingga sekarang, kemudian Al-Quran itu disampaikan oleh Rasulullah kepada para sahabatnya yang kemudian menjadikan mereka generasi terbaik umat ini lalu terus diajarkan hingga umat nabi Muhammad digelari sebagai, "Umat terbaik yang dikeluarkan di muka bumi."

2. Yakin bahwa dengan Al-Quran, kita akan maju

https://pixabay.com/photos/quran-moslem-religion-islam-masjid-6820075/Input sumber gambar
https://pixabay.com/photos/quran-moslem-religion-islam-masjid-6820075/Input sumber gambar

Al-Quran adalah sumber kemajuan dan pemersatu bangsa Arab, maka jangan takut mundur saat kita berjalan bersama Al-Quran. Bangsa Arab punya bahasa yang tinggi dan luas, dalam bahasa arab terdapat banyak sekali lahjah (logat) yang satu dan lainnya punya ciri khas masing-masing dan agak sulit dipahami, datanglah Al-Quran sebagai pemersatu bahasa Arab. Kemudian saat Islam mulai menyebarkan agamanya ke berbagai negeri yang non-Arab seperti Syam dan Mesir, negara-negara tersebut berubah bahasanya dikarenakan pengaruh bangsa Arab dan tentunya Al-Quran, saat orang-orang non-Arab masuk Islam mereka harus membaca Al-Quran dan mau tak mau mereka pun belajar bahasa Arab. Kemudian munculnya gramatikal bahasa Arab seperti Nahwu dan sharf, balaghah dan adab (sastra) itu dimotori oleh keinginan kuat para ahli bahasa Arab untuk menjaga umat muslim terjerumus pada salah paham dan salah baca Al-Quran. Dan ilmu-ilmu bahasa Arab itu menjadikan bahasa Arab lebih mudah dipelajari oleh non-Arab hingga saat ini bahasa Arab termasuk bahasa paling banyak penuturnya di dunia dengan peringkat ke-4 dan jumlah penuturnya mencapai 220 juta orang serta masuk ke dalam bahasa-bahasa resmi PBB, itu semua berkat Al-Quran dan keinginan kuat para ahli bahasa untuk menjaga Al-Quran.

3. Bila bersama Al-Quran, jangan takut gagal hidup

https://pixabay.com/photos/table-reading-table-quran-moslem-6820081/Input sumber gambar
https://pixabay.com/photos/table-reading-table-quran-moslem-6820081/Input sumber gambar

Penghafal Al-Quran adalah keluarga Allah, lantas kenapa kita khawatir gagal dalam hidup? Kita pasti sering mendengar hadist tentang Ahlullah, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,

"Ahlul Qur`an adalah keluarga Allah dan orang khusus-Nya." (Ibnu Majah). 

Nah, ketika kita memilih untuk menjadi penghafal Al-Quran maka kita pun dipaksa untuk bisa mencerminkan Al-Quran dalam kehidupan kita. Ketika Al-Quran sudah menjadi bagian dari setiap langkah hidup kita, maka kita pun termasuk ke dalam keluarga Allah, dalam artian Allah mengenal kita, dekat dengan kita, dan apa yang kita cita-citakan bisa tercapai karena kita berada dalam lingkaran keluarga Allah, maka bagi penghafal Al-Quran tak perlu khawatir akan masa depan, selama dia mengambil sebab-sebab kesuksesan seperti belajar dengan serius dan dia pun menjadi penghafal Al-Quran sejati, insya Allah masa depannya tidak akan gelap, bahkan masa depannya akan terang benderang.

4. Tunjukkan bahwa kamu adalah penghafal Al-Quran

https://pixabay.com/photos/men-people-smiling-portrait-group-60744/Input sumber gambar
https://pixabay.com/photos/men-people-smiling-portrait-group-60744/Input sumber gambar

"Aku penghafal Al-Quran, aku harus berbeda dari yang lain." Munculkan rasa bahwa kita sebagai penghafal Al-Quran berbeda dengan orang pada umumnya. Penghafal Al-Quran punya wibawa, punya kedudukan yang tinggi di mata Allah dan manusia. Seringkali kita merasa bahwa, "kok saya gak dihargai, kok saya biasa saja di mata teman-teman saya padahal saya punya hafalan Al-Quran," sebabnya karena kita yang tidak memantaskan diri sebagai penghafal Al-Quran, kita melakukan hal yang sama dengan kebanyakan orang. Ketika yang lain berbicara kasar, kita juga ikut berbicara kasar, ketika yang lain nongkrong tidak jelas, kita ikut, diberikan circle yang shaleh kita malah cari yang salah, jadi kita telah Allah tinggikan derajatnya tapi kita juga yang menjatuhkan derajat kita, lantas kesalahannya ada pada kita saat kita tidak jadi terpandang di hadapan manusia. Atau kita punya salah niat yang memang niatnya untuk mencari martabat sehingga Allah pun tak meridhai dan akhirnya tak ditinggikan derajatnya. Penghafal Al-Quran harus berbeda dari cara dia berbicara, akhlaknya, dan cirlce pergaulannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun