Mohon tunggu...
gifaritaufani
gifaritaufani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa, Penulis, Pujangga, Konten Kreator

Ghiffari Taufani adalah seorang mahasiswa fakultas bahasa Arab di LIPIA, Jakarta, berasal dari kota Cianjur dan kini sudah menikah. Dia pernah beberapa kali mengikuti lomba cerpen dan artikel. Dia tergabung di komunitas penulis FLP cabang Cianjur. Sudah pernah menerbitkan 4 buku secara mandiri dan sering menulis opini-opini dan puisi. Kini dia mulai membuat konten sederhana di akun Instagramnya berisikan pikiran-pikirannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Palestina Ini Bikin Terharu, Baca Sekarang!

5 Juli 2024   21:02 Diperbarui: 5 Juli 2024   21:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gaza, Palestina sudah menjadi lokasi pembantaian massal yang punya sejarah kelam yang panjang, dan 7 Oktober 2023 menjadi sejarah baru dari kerasnya agresi militer Israel terhadap Gaza, Palestina, setelah kelompok Hamas berhasil melumpuhkan dan merebut kembali beberapa lokasi di Palestina dari cengkraman Israel. 

Perang terus berlanjut dan korban terus berjatuhan yang didominasi oleh anak-anak dan orang tua, ini adalah sebuah kekejaman di era digital yang dipertontokan masa. Maka, dalam rangka menyuarakan kondisi saat ini di Palestina, aku membuatkan dua puisi yang dalam dan menyentuh, dan inilah puisinya:

1. Gaza

Ini adalah gumpalan asap di atas reruntuhan merintih meminta pada Tuhan
Atas harapan dan masa lalu yang indah hilang dalam sekejap mata
Seorang lelaki sedang merenungi masa lalunya dan masa depannya yang hilang
Malaikat kecilnya bermain dengan malaikat maut
Bocah kecil berdiri di samping ibunya yang lemah tak berdaya
Ini adalah gumpalan asap dari jendela yang sedang menanti mati
Bahkan potongan roti pun belum masuk ke dalam mulut seorang bayi yang terbaring di rumah sakit
Jasad adalah pemandangan biasa bagi orang yang berdiri dan kelak mereka pun akan terbaring kaku
Kelaparan, pedih, luka, berdiri, syahid
Namun kuatnya iman mereka tak diragu
Masih kuat bertakbir di saat orang membisu
Masih kuat tersenyum di saat orang menangis tersedu-sedu
Sujud seorang bocah selamat yang amat tulus dari sujud kita di setiap sholat lima waktu
Nyatanya, kitalah yang lemah 


2. Rafah

Seluruh mata tertuju pada Rafah
Namun dunia buta dan tertidur lelap
Mereke bilang, "Pergilah ke Rafah"
Dan mereka pun menimpa jalan mereka dengan ledakan tak terduga
Mereka bilang, "Tempat aman ada di Rafah"
Dan mereka pun membakar tenda-tenda beserta penghuninya hidup-hidup
Lantas di manakah tempat aman itu?
Lantas di manakah tempat lari itu?
Kepala terpenggal, tubuh terurai, teriakan membahana, malam pun bersinar oleh api-api yang mereka bilang, "aman!?"
Sedih sekali
Seluruh mata tertuju pada Rafah
Tapi tangan kita tak menjangkau mereka
Di layar kaca kita menyaksikan penderitaan panjang Hanya kuasa Allah yang bisa menghentikan
Doa-doa dan dukungan kita panjatkan
Hanya itu daya upaya kita, wahai Rafah
Bila dunia lupa
Sungguh Allah tidak akan pernah lupa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun