Siapa yang tak kenal cinta? Sebuah perasaan yang menjangkiti setiap orang dengan kadar yang berbeda. Bahkan seorang bayi pun sudah memiliki cinta akan ibunya. Namun, di masa pemuda ini, cinta seperti hal baru yang berbeda dengan apa yang dahulu sudah ada, seperti perasaan yang belum pernah datang dan tiba-tiba hadir seiring bertambahnya usia. Cinta bagaikan pisau, pandai bermain tak akan membunuh, bodoh bermain akan melukainya. Cinta dijadikan permainan bagi sebagian orang, untuk menikmati syahwat sesaat pada seseorang yang dipandang baik baginya dan cocok untuknya.
Cinta terkadang membunuh, lihatlah orang yang mabuk cinta sering lupa pada siapa seharusnya dia tuju. Ibunya jarang ditelpon bahkan tak disapa, tapi kekasihnya ditanya kabar setiap saat. Ya, cinta membunuh hati orang yang seharusnya dicintai lebih utama. Cinta itu menyakitkan, bahkan banyak orang yang mati karena tak menerima kepergian cintanya.
Sebenarnya tak ada yang salah pada cinta, cinta adalah fitrah yang datang dari Allah, akan tetapi manusialah yang bertanggung-jawab mengaturnya, kepada siapa dia harus mencinta.
Aku mengqiyaskan ketulusan cinta dengan hubungan antara ibu dan anak. Cinta yang tulus adalah cinta yang tak tergantung pada wajah dan harta, karena wajah akan fana dan harta akan habis, akan tetapi cinta yang tulus adalah cinta yang benar-benar hadir dari hati yang bersih, akibat dari cinta yang tulus adalah menikmati proses susah mudahnya hidup tanpa mempedulikan waktu, tidakkah kau tak akan menerima kepergian ibumu dan berkata betapa cepatnya waktu pergi? Maka seperti itulah cinta yang tulus, tak akan terasa meskipun telah lama bersatu.
Cinta itu selalu berharap menjadi sempurna dan manusia tak bisa mengaku-ngaku kesempurnaan, bahkan bagi yang dia cintai pun dia hanya bisa menjadi dirinya apa adanya, tak bisa memaksakan diri untuk menjadi yang kekasihnya mau. Sayang, manusia terlalu lena terhadap kecintaan abadi pada Tuhan, dia mengejar cinta palu yang tak berujung bagaikan kapal diombang-ambing oleh ombak di laut luas, manusia mencintai orang yang membawanya untuk melupakan tuhannya, maksiat yang dibumbui cinta serasa lebih enak untuk dijadikan dalil pembenaran atas kesalahannya. Allah menetapkan cinta pada diri manusia untuk menciptakan kedamaian, tapi betapa banyak orang bertengkar karena cinta, terlebih cinta dunia dan kuasa yang mengakibatkan perang yang membunuh jutaan orang sekaligus mencabut cinta dari hati mereka.
Perkara cinta tak akan ada habisnya, bahkan hingga manusia putus asa dalam mencernanya, ringkasnya cinta ada dua: cinta dari Allah dan cinta dari setan, kau mampu membedakan dengan hati yang bersih tanpa campur tangan jiwa yang membawa pada dosa.
Dan inilah 3 puisi tetang cinta yang mendalam dan bermakna:
1. Manis Cinta itu Pahit
Sudah banyak korban berjatuhan
Di bawah pangkuan cinta manusia menuhan
Mata pun gelap mati pun lenyap
Siksa yang dinikmati, ialah
Cinta dibalut api setan yang membakar
Sudah sakit jiwa cinta merasuki
Hadirkan rindu candu paku
Yang melubangi hati rapuh
Bunga-bunga pun hiasi
R.I.P cinta, halalkan
Aku puas dengan pahitnya manismu
Aku bosan dengan halusinasimu
Fatamorgana yang menyihir matakuÂ
2. Menyelami Lubuk Hati
Aku tak bisa berenang
Apalagi menyelam
Laut dalam membuatku sesak
Namun adakah yang mungkin ku selami?
Apa hal yang lebih dalam dari samudra tak bertepi?
Hati adalah palung tiada kata tapi
Dalamnya menyimpan banyak misteri rumit bagai teka-teki silang dengan pertanyaan singkat dan abstrak yang sulit ditebak
Sekalipun aku bisa menyelami lautan
Sulit bagiku menyelami hati seseorang
Walau dengan kata seindah pegunungan
Sebab hanya Tuhan Pemegang hati setiap insan
Â
3. Karenamu
Karenamu aku paham
Lambang lain dari sabarnya lautan
Memikul sampah dari macam belahan
Karenamu aku sadar
Alam bersatu tanpa saling menghakimi
Untuk ciptakan keindahan
Karenamu aku yakin
Dunia akan tetap pada rotasinya
Dan kita saling bergandengan tangan
Karenamu aku rindu
Pada hari-hari singkat yang telah dilalui
Dan hari-hari panjang yang sedang menanti
Karenamu aku mengerti
Makna lain dari cinta, lebih luas dari kata-kata
Lebih indah dari rasa, lebih setia, lebih mesra
Saat dinaungi di bawah cahaya-Nya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H