Mohon tunggu...
gifari abdul jalal
gifari abdul jalal Mohon Tunggu... -

vamos

Selanjutnya

Tutup

Money

Langkah Cepat yang Tepat

29 Agustus 2013   14:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:39 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1377762806311390121

[caption id="attachment_275214" align="aligncenter" width="640" caption="Sumber foto: rri.co.id"][/caption]

Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.

Kacang kedelai adalah jenis polong-polongan yang sudah lama dikenal didunia dimana berkhasiat bagi kesehatan dan kecantikan. Di indonesia kacang kedelai digunakan sebagai bahandasar pembuatan tempe, tahu dan kecap. Selain sebagai bahan dasar pembuatan tempe ternyata kedelai memiliki khasiat yang baik untuk tubuh karena mengandung kadar protein yang tinggi dan lechitin. Protein sendiri berguna untuk pembentukan sel otot sedang lechitin bisa membangun kecerdasan dan daya ingat sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang seorang anak.

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang harus dipenuhi secara mandiri untuk mencapai kondisi ketahanan pangan di Indonesia. Pasalnya, selama ini kedelai sudah menjadi bahan pokok yang diolah menjadi berbagai jenis panganan lain seperti tempe, tahu, tauco, kecap, dan susu nabati.

Kini, harga kedelai di Indonesia mengalami kenaikan harga. Nilai tukar rupiah yang kian melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir menjadi salah satu penyebab naiknya harga kedelai. Kedelai kita memang banyak diimpor dari Amerika Serikat. Seperti diketahui, harga beberapa komoditas bahan pangan mulai melonjak pasca melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) yang sudah mencapai Rp11.500 per USD, salah satunya adalah impor kedelai yang menyebabkan harga tahu tempe di berbagai daerah melonjak.

Padahal, jika nilai tukar Rupiah kondisinya stabil, hampir dapat dipastikan gejolak harga kedelai saat ini tidak terjadi. Harga kedelai di berbagai daerah sudah tembus Rp9.000 per kilogram, padahal harga normalnya berkisar Rp7.700-8.000 per kilogram.

Kebutuhan kedelai nasional tak kurang dari 2,5 juta ton per tahun. Sementara, hasil produksi kedelai di Indonesia hanya sampai 800 ribu ton. Mau tak mau, 1,7 juta ton harus diimpor dari luar. Selama ini, pasokan kedelai di Indonesia datang dari AS.

Awal pekan ini saja, harga kedelai sebagai bahan baku produksi tahu dan tempe sudah menembus angka Rp 9.200/ kg untuk jenis kedelai dua roda. Sedangkan untuk merek bola seharga Rp 8.900/ kg sampai Rp 9.000/ kg. akibatnya, saat ini, kebanyakan pengusaha tahu dan tempe yang berada di daerah Warung Buncit, Duren Tiga, dan Mampang Prapatan belum menaikkan harga jual produksinya. Mereka lebih memilih untuk memperkecil ukuran tahu dan tempe mereka.

Menyikapi hal itu, pemerintah akan mengupayakan agar ketersediaan kedelai tercukupi. Pemerintah mengupayakan stok kacang kedelai di pasaran mencukupi dan tidak terjadi kelangkaan pasokan yang dapat menyebabkan kenaikan harga. "Kita mencukupi kebutuhan dalam negeri agar tidak menimbulkan harga meningkat dan suplainya cukup," demikian yang diucapkan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa , di Jakarta, Selasa, (27/8).

Salah satu langkah yang akan diambil oleh pemerintah dalam menghadapi kelangkaan kedelai adalah dengan melakukan impor karena pasokan dalam negeri mulai terbatas sebab masa panen yang sudah lewat. Kalau mau jujur memang diperlukan tambahan impor karena memang kedelai tidak ada karena sudah selesai panennya mereka.

Hatta mengatakan akan segera menerbitkan Surat Persetujuan Impor (SPI) kedelai untuk Perum Bulog pekan ini. Penambahan volume impor komoditas tersebut untuk menstabilkan harga kedelai di dalam negeri. Kalau SPI sudah dikeluarkan, Perum Bulog berencana mengimpor 100 ribu ton kedelai. Langkah ini merupakan bagian dari upaya pengamanan harga kedelai di dalam negeri. Dalam Peraturan Presiden Nomor 32 tahun 2013, Bulog mendapat tugas menjaga harga kedelai dan menyalurkannya. Meski sudah ada beleid penugasan pengamanan harga dan distribusi sejak Mei 2013, namun saat ini harga kedelai untuk perajin tahu dan tempe justru melambung.

Bulog melansir bahwa stok kedelai yang ada saat ini, baik di gudang importir maupun yang sedang dalam perjalanan, tersedia kurang-lebih sebesar 300 ribu ton. Jumlah tersebut diklaim oleh Bulog cukup untuk memenuhi kebutuhan perajin tahu dan tempe hingga dua bulan ke depan saja. Pasokan impor ditambahkan, selain untuk memenuhi kebutuhan hingga akhir tahun, juga untuk menjamin pasokan hingga awal tahun depan.

Data dari Kementerian Perdagangan menyatakan, tahun lalu, konsumsi kedelai nasional mencapai 2,5 juta ton. Sedangkan produksi dalam negeri hanya sekitar 700 ribu ton, sehingga diperlukan impor 1,8 juta ton. Hingga akhir Juli lalu, konsumsi kedelai dalam negeri sudah mencapai 1,9 juta ton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun